• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Anggota DPR Nabil Haroen Dorong para Kiai Sosialisasi Penanganan Stunting di Pesantren

Anggota DPR Nabil Haroen Dorong para Kiai Sosialisasi Penanganan Stunting di Pesantren
Sosialisasi Stunting di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta Timur. (Foto: NU Online Jakarta/Maria)
Sosialisasi Stunting di Padepokan Pencak Silat TMII Jakarta Timur. (Foto: NU Online Jakarta/Maria)

Jakarta Timur, NU Online Jakarta

Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI M Nabil Haroen mendorong para kiai dan santri untuk menjadi penggerak dan melakukan sosialisasi soal penanganan stunting di pondok pesantren. 


Hal itu diungkapkan Nabil dalam Sosialisasi Gerakan Masyarakat dalam Penurunan Stunting dan Covid-19 di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Kamis 7 Desember 2022 lalu. 


“Sosialisasi stunting di pondok pesantren perlu dilakukan. Justru kiai-kiai dan santri harus menjadi penggerak untuk sosialisasi (penanganan) stunting,” ujar pria yang akrab disapa Gus Nabil itu. 


Lebih lanjut, Gus Nabil menuturkan bahwa stunting merupakan tantangan besar yang dihadapi masyarakat di Indonesia. Tantangan ini sama beratnya dengan pandemi Covid-19. Ia menegaskan, dua masalah kesehatan itu mesti segera ditangani. 


“Pada bidang kesehatan beberapa problem lain memang ada, tetapi stunting dan Covid-19 ini yang harus segera ditangani,” ujar Gus Nabil yang saat ini menjabat ketua umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa itu.


Ia menyebutkan, tingkat kesadaran untuk penurunan stunting bersama kegiatan Germas ini memberikan dampak signifikan kepada masyarakat. Dalam setahun terakhir, misalnya, sosialisasi penanganan stunting ini masif dilakukan demi mengedukasi seluruh tingkatan masyarakat untuk waspada terhadap stunting. 


Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi balita pengidap stunting di Indonesia sebanyak 24,4 persen pada 2021. Dapat diartikan hampir seperempat balita  mengidap stunting pada tahun lalu. Namun dari penanganan yang intens dan masif presentasinya menurun dibandingkan pada 2020.


Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta ekonomi, budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan Kesehatan. 


Lahirnya tim percepatan untuk penanganan stunting, sekaligus prioritas Kemenkes di samping menangani Covid-19 terus diupayakan. Menurut Gus Nabil strategi khusus untuk memprediksi tantangan dalam bidang kesehatan dan bidang-bidang lain harus disiapkan. Dengan demikian, sikap sigap terhadap riset-riset terkait, sumber daya manusia, juga persiapan obat dan logistik akan bisa tercukupi.


“Cara pandang kita sebagai warga Nahdliyin terhadap gizi yang tercukupi mengurangi risiko stunting di masa depan. Karena itu, kebutuhan mengonsumsi sayur-mayur, protein dalam ikan (sejenis) dibangun sedini mungkin. Akses kita mencari bahan makanan kan banyak dijual di pasar, bahkan di pekarangan atau laut sekitar rumah," ujar Gus Nabil.


Kontributor: Maria Merlynda
Editor: Aru Elgete


Editor:

Nasional Terbaru