Jakarta Raya

Muharram Momentum Perbaiki Niat, Safar untuk Latih Kesabaran

Rabu, 30 Juli 2025 | 19:24 WIB

Muharram Momentum Perbaiki Niat, Safar untuk Latih Kesabaran

Kiai Hilmi Ash-Shidqi, saat menyampaikan pengajian rutin bulanan di Majelis At-Taubah, Palakali, Depok, pada Selasa (29/7/2025). (Foto: Istimewa)

Depok, NU Online Jakarta

Pengurus Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU), Kiai Hilmi Ash-Shidqi Al-Aroky, menjelaskan kaitan erat antara bulan Muharram dan Safar.

 

Menurutnya, Muharram adalah momentum memperbaiki niat, sementara Safar adalah saat yang tepat untuk melatih kesabaran.

 

"Bulan Muharram kita diminta memperbaiki niat supaya bisa hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mengikhlaskan hati melalui memperbanyak (membaca) bismillah,” tutur Kiai Hilmi saat mengisi pengajian rutinan bulanan di Majelis At-Taubah, Palakali, Depok, pada Selasa (29/7/2025).

 

Menurut Kiai Hilmi, salah satu cara menguatkan niat adalah memberbanyak membaca kalimat basmalah, minimal sebanyak 113 kali.

 

Hal ini dilandaskan dengan jumlah surat di dalam Al-Qur’an berjumlah 113 yang diawali dengan basmalah.

Sementara itu, pada bulan Safar, Kiai Hilmi mengajak untuk meningkatkan kesabaran.

 

Sebab, bulan tersebut adalah waktu yang tepat untuk melatih diri agar menjadi pribadi yang sabar. Menurutnya, salah satu makna dari Safar adalah sabar.

 

"Bulan Safar kita dituntut untuk meningkatkan kesabaran. Sebab, setelah kita mengikhlaskan niat dan hati, bukan berarti kita terbebas dari godaan, rintangan, dan hambatan. Justru di sinilah kita sangat membutuhkan kesabaran,”pesan Mursyid Thoriqoh Al-Aroky Al-Qadiriyah.

 

Lebih lanjut, Kiai Hilmi menjelaskan bahwa sabar adalah salah satu nilai keteladanan yang menjadi kunci atas derajat para nabi. Para nabi menjadi utusan Allah untuk umat manusia dan dalam perjalanan dakwah mereka, ada yang disebut sebagai Ulul Azmi, yakni para nabi dengan cobaan yang lebih berat dibanding lainnya.

 

Sabar menjadi sarana untuk selalu bersama Allah. Bahkan, Kiai Hilmi menyebut bahwa terdapat sebagian kalangan berdoa kepada Allah agar dijadikan bagian dari golongan orang-orang yang sabar, karena mereka ingin dibersamai oleh rahmat Allah.

 

Namun, secara fitrah, kata sabar menurut Kiai Hilmi, tidak disukai oleh nafsu kita. Saat mendengar kata itu, nafsu biasanya langsung menolak.

 

Dalam tasawuf, sabar disebut sebagai mukhālafatul hawā, yaitu menyalahi keinginan hawa nafsu.

Orang yang sabar adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya.

 

Mereka bisa mengelola emosinya agar tidak membawa pada keburukan. Untuk melatih kesabaran, Kiai Hilmi menganjurkan agar umat Islam memperbanyak istighfar.

 

"Dengan istighfar, kita mendidik nafsu agar bisa menerima kata sabar dan melaksanakan kesabaran. Adapun jumlahnya, kata Kiai Hilmi, jangan sampai sehari berlalu tanpa istighfar. Paling tidak, tidak kurang 100 kali sehari," jelasnya.

 

Kiai Hilmi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad sendiri mencontohkan dengan beristighfar lebih dari 70 kali setiap hari di luar shalat. Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an Wastaghfir li dzanbika. Ayat tersebut Allah memerintahkannya beristighfar padahal ia tidak memiliki dosa.

 

"Itu dilakukan sebagai keteladanan bagi umatnya untuk senantiasa memohon ampunan," jelasnya.

 

Kontributor: Muhammad Agus