• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 18 April 2024

Jakarta Raya

Tingkatkan Kapasitas Pengurus NU, KH Taufik Damas Ungkap Karakteristik Aswaja An-Nahdliyah

Tingkatkan Kapasitas Pengurus NU, KH Taufik Damas Ungkap Karakteristik Aswaja An-Nahdliyah
Kiai Taufik Damas saat menjelaskan karakteristik Aswaja An-Nahdliyah di hadapan Pengurus MWCNU Matraman, Jakarta Timur. Foto: NU Online Jakarta/Farhan
Kiai Taufik Damas saat menjelaskan karakteristik Aswaja An-Nahdliyah di hadapan Pengurus MWCNU Matraman, Jakarta Timur. Foto: NU Online Jakarta/Farhan

Jakarta Timur, NU Online Jakarta

 

Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Matraman, Jakarta Timur menggelar agenda Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas Pengurus di Sekretariat MWCNU Matraman di Jalan Nanas III Nomor 18, Utan Kayu Selatan, Matraman Jakarta Timur, pada Sabtu (4/6/2022) lalu.  


Pada kesempatan itu hadir Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Taufik Damas. Ia kemudian menjelaskan tentang karakteristik ideologi Ahlussunnah wal Jamaah untuk meningkatkan kapasitas pengurus MWCNU Matraman. 


Kiai Taufik mengungkapkan bahwa Aswaja merupakan sebuah ideologi yang sanadnya terhubung sampai kepada Rasulullah. Pada Muktamar Ke-33 NU di Jombang, ideologi ini ditambah istilah An-Nahdliyah sehingga menjadi Aswaja An-Nahdliyah. Karakteristik dari ideologi ini terdapat empat hal yakni tawassuth, tawazun, i’tidal, dan tasamuh


“Pertama, tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrem kiri atau pun ekstrem kanan. Kedua, tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan hadits),” ungkap Kiai Taufik. 


Kemudian karakteristik Aswaja An-Nahdliyah yang ketiga adalah i’tidal yang berarti tegak lurus. Keempat, tasamuh yang memiliki makna toleransi atau menghargai perbedaan dan menghormati orang yang memiliki prinsip hidup tak sama. 


“Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini,” jelasnya.

 
Kiai Taufik menambahkan, para pengurus NU di dalam menjalankan roda organisasi pasti sesuai dengan karakteristik Aswaja An-Nahdliyah itu. Ia mencontohkan, pada persoalan politik NU tidak pernah mengkritik pemerintah dengan kasar dan arogan. 


“Jika ada perbedaan (dengan pemerintah), NU menuangkannya dengan bersilaturahmi dan memberi nasihat. Karena rasa tawassuth atau moderat selalu diutamakan dalam menghadapi sebuah permasalahan,” tambahnya. 


Ia lantas mengajak kepada seluruh pengurus dan warga NU yang hadir untuk merawat serta menjalankan organisasi dengan menggunakan cara sebagaimana para kiai terdahulu lakukan. Salah satunya dengan berdakwah kepada umat dengan penuh kasih sayang.


“Ini nasihat yang selalu diungkapkan guru kita KH Mustofa Bisri (Gus Mus),” ujarnya. 


Selain itu, Kiai Taufik juga mengungkapkan bahwa penguatan kelembagaan merupakan program untuk memperkenalkan lembaga NU secara khusus kepada pengurus. Penguatan kelembagaan dihadirkan dengan berbagai penjelasan mengenai peraturan administrasi kesekretariatan, selain memberikan materi tentang pengenalan ideologi Aswaja An-Nahdliyah.


Sementara itu, Rais Syuriyah MWCNU Matraman KH Khudori merasa bangga karena Sekretariat MWCNU Matraman dijadikan sebagai tempat majelis atau perkumpulan para ulama, kiai dan asatidz se-DKI Jakarta. 


“Mohon doanya kepada para kiai dan asatidz agar para pengurus NU se-Kecamatan Matraman diberi kekuatan dan keberkahan dalam menjalani roda organisasi yang dibentuk para kiai sepuh ini,” katanya.  


Hadir dalam acara tersebut Anggota Lembaga Dakwah (LD) PBNU KH Soleh Sofyan, Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta KH Jamal F Hasyim, Ketua MWCNU Matraman Ustadz Wan Syarif, dan Pengurus NU se-Kecamatan Matraman. 


Pewarta: Farhan Maksudi
Editor: Aru Elgete


Editor:

Jakarta Raya Terbaru