Jakarta Raya

PWNU Jakarta: Budaya Betawi Harus Jadi Akar Jakarta Menuju Kota Masa Depan

Jumat, 20 Juni 2025 | 20:00 WIB

PWNU Jakarta: Budaya Betawi Harus Jadi Akar Jakarta Menuju Kota Masa Depan

Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Ustadz Abdul Azis Suaedy. (Foto: NU Online Jakarta)

Jakarta, NU Online Jakarta

Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Ustadz Abdul Azis Suaedy menyambut antusias Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Jakarta yang jatuh pada 22 Juni mendatang. Tokoh NU itu menilai momen ini bukan sekadar perayaan, melainkan pengingat bahwa budaya Betawi menjadi akar di tengah perkembangan Jakarta menuju masa depan.

 

Ustadz Abdul Azis Suaedy menyampaikan pandangannya tentang perayaan HUT Jakarta sebagai momen introspeksi bagi masyarakat Betawi. Ia menilai perayaan ini menjadi waktu yang tepat untuk mengevaluasi peran dan posisi masyarakat Betawi di tanah leluhurnya sendiri.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

"Sebagai orang Betawi, perayaan ini jadi momen introspeksi. Sejauh mana peran dan posisi kita di tanah leluhur sendiri," ungkapnya pada Rabu (19/6/2025).

 

Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta itu menekankan pentingnya kesiapan anak-anak Betawi dalam menghadapi perubahan yang masif di tanah kelahirannya. Ia menantang masyarakat Betawi untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

"Apakah kita siap terus mengupgrade diri atau justru menyerah di tengah arus zaman," ujarnya menantang.

 

Ustadz Abdul Azis Suaedy mengajak masyarakat Betawi agar lebih aktif dan tidak sekadar larut dalam dinamika politik. Menurutnya, perlu ada langkah konkret seperti bergabung dan berpartisipasi dalam entitas yang peduli terhadap pelestarian budaya Betawi.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

"Jangan hanya sibuk berseteru dalam politik. Mari kembangkan sanggar budaya Betawi dan fasilitasi ruang tumbuhnya," tegasnya.

 

Tokoh NU itu juga menekankan bahwa dalam proses pembangunan Jakarta, pendekatan budaya Betawi harus dijadikan alat strategis untuk menyatukan kepentingan dalam wilayah aglomerasi. Ia menegaskan Jakarta boleh menjadi kota global dan multikultural, namun tidak boleh melupakan akar budayanya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

"Jakarta boleh jadi kota global dan multikultural, tapi jangan melupakan leluhurnya. Budaya Betawi harus jadi pendekatan kultural untuk menyinkronkan kepentingan konstitusional," tuturnya.

 

Abdul Azis Suaedy menjelaskan bahwa pendekatan budaya dapat diterapkan untuk berbagai sektor seperti transportasi, tata ruang, dan pengelolaan sampah. Ia menilai antarwilayah yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, hingga Tangerang akan lebih mudah menembus sekat-sekat birokrasi dan regulasi yang selama ini menjadi hambatan.

 

"Betawi tersebar secara administratif di banyak wilayah. Maka sudah saatnya budaya digunakan untuk menjembatani segala sekat itu," tutupnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

ADVERTISEMENT BY ANYMIND