• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 18 Mei 2024

Nasional

Dekan FITK UIN Jakarta Jelaskan Pandangan Ki Hajar Dewantara

Dekan FITK UIN Jakarta Jelaskan Pandangan Ki Hajar Dewantara
Sururin, Dekan FITK UIN Jakarta
Sururin, Dekan FITK UIN Jakarta
Tangerang Selatan, NU Online
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei tak lepas dari sosok tokoh pendidikan Indonesia, yakni Ki Hajar Dewantara.

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sururin menjelaskan beberapa pandangan Menteri Pengajaran Indonesia pertama itu saat memberikan sambutan pada Seminar Nasional di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, Kamis (2/4).

Pertama, tetep, teteg, antep, mantep. Dalam dunia pendidikan, guru harus kokoh dan yakin dengan tindakannya dengan penuh pengetahuan. "Kita punya pendirian tak tergoyahkan," kata Sururin kepada ratusan peserta yang memenuhi auditorium.

Kedua, ngandel, kendel, kandel, bandel. Pembicaraan guru harus dipercaya dan penuh keberanian serta ketekunan.

"Ngandel itu dapat dipercaya. Kendel itu berani mengungkapkan pikiran. Bandel masih terus tekun," ungkapnya.

Ketiga, neng, ning, nung, nang. Empat hal itu merupakan kependekan dari meneng, wening, hanung, menang. Artinya diam dengan kejernihan untuk kemenangan.

"Tidak banyak komentar tapi banyak berpikir wening, jernih," katanya dalam seminar bertema Arah, Model Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri.

Lebih lanjut, Sururin menjelaskan bahwa tokoh bernama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat itu menggunakan diksi-diksi lokal sebagai sebuah kearifan yang harus terus dilestarikan.

"Ki Hajar Dewantara menggunakan bahasa lokal untuk mengglobal," ujar Dewan Pakar Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama itu.

Oleh karena itu, menurutnya, hal ini harus terus digaungkan mengingat masih sangat relevan di era masa kini. "Kita punya kewajiban moral mempopulerkan," pungkasnya. (Syakir NF/Muhammad Faizin)


Editor:

Nasional Terbaru