• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 18 Mei 2024

Nasional

Kaji Pesantren Salaf, Iksan Raih Gelar Doktor di UIN Jakarta

Kaji Pesantren Salaf, Iksan Raih Gelar Doktor di UIN Jakarta
Iksan (kiri) bersalaman dengan Direktur SPs UIN Jakarta, Prof Masykuri Abdillah (kanan).
Iksan (kiri) bersalaman dengan Direktur SPs UIN Jakarta, Prof Masykuri Abdillah (kanan).
Tangerang Selatan, NU Online
Seorang peneliti muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri ( SPs UIN) Jakarta, Iksan K Sahri, berhasil meraih gelar doktor usai mengikuti ujian promosi doktoral, Senin (16/7). Adapun tema yang diangkat Iksan dalam disertasinya adalah Dinamika Islam Tradisional: Respons Pesantren Salafiyah terhadap Agenda Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Dalam disertasinya, Iksan memaparkan banyak hal terkait dengan pesantren salaf (tradisional). Mulai dari sistem kepemimpinan, kurikulum yang diajarkan, metode pembelajaran, hingga cara merespons intervensi pemerintah dan mentransformasikan idealitas pesantren ke era saat ini.

Soal relasi pesantren salaf dengan pemerintah Indonesia misalnya, Iksan menyebut pihak pesantren selalu mengambil jarak dari sistem yang dicanangkan meski sekarang jarak itu telah semakin dekat.

“Pesantren memiliki respons yang berbeda terkait upaya intervensi pemerintah, terutama terkait tata kelola pendidikannya,” jelas Iksan. 

“Relasi antar keduanya juga membaik belakangan ini. Yang lebih mempengaruhi sikap pesantren terhadap pemerintah bukanlah intervensi yang bersifat direct (langsung) tapi lebih pada kebutuhan masyarakatnya yang cenderung berkembang,” tambahnya. 

Iksan menambahkan, metode dan model pembelajaran pesantren salaf juga terus berkembang. Dulu pembelajaran di pesantren salaf berjalan secara konvensional, sementara sekarang pesantren lebih transformatif. Ada kelas matrikulasi, akselerasi, dan pengembangan metode pembelajaran yang berbasis konten.
 
Meneliti kitab kuning juga

Di dalam disertasinya, Iksan juga meneliti kitab kuning di pesantren-pesantren salaf. Karena bagaimanapun juga, kitab kuning tidak bisa dilepaskan dari pesantren. Begitu pun sebaliknya. Biasanya kitab ini terbagi dalam kitab matan (dasar), syarah (menengah), hasiyah (tinggi), dan mukhtasar (ringkasan).

Iksan menemukan, pemilihan kitab kuning di sebuah pesantren tidak dilakukan secara acak, tapi didasarkan dengan tujuan tertentu. Misalnya untuk mengimplementasikan dan mentransformasikan ideologi Islam tradisional melalui ragam cabang keilmuan seperti fiqih, usul fiqih, tafsir, ilmu tafsir, hadist, sejarah, akidah, dan akhlak tasawuf.

Ringkasnya, pengejawantahan dari ideologi Islam tradisional adalah dengan menganut Asy’ariyah-Maturidiyah dalam bidang kalam (teologi), mazhab empat dalam fiqih, dan tasawuf. 

Iksan juga meneliti pengaruh ulama salaf dan persebaran kitab kuning di pesantren-pesantren. Menurutnya, kitab-kitab Al-Ghazali lebih banyak diajarkan di pesantren salaf dari pada kitab karangan Junaidi al-Baghdadi.   

“Al-Jilani bersama al-Ghazali lebih berpengaruh di pesantren Indonesia dibanding Junaid al-Baghdadi,” terangnya. (Red: Muchlishon)


Editor:

Nasional Terbaru