• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 29 April 2024

Nasional

Pengajian Karya-karya Ulama Betawi di Jakarta

Pengajian Karya-karya Ulama Betawi di Jakarta
(Foto: @shutterstock)
(Foto: @shutterstock)
Oleh Rakhmad Zailani Kiki
Karya-karya ulama Betawi menjadi lestari karena terus dikaji dan dan diajarkan di majelis-majelis taklim dan halaqah, khususnya di wilayah Jakarta. Dari hasil riset berjudul Peta Halaqah dan Majelis Taklim Kitab di Jakarta Tahun 2017 yang dilakukan oleh Jakarta Islamic Centre dijelaskan bahwa karya-karya Habib Utsman bin Yahya masih diajarkan di beberapa majelis taklim kitab.

Karya Sayyid Utsman diajarkan di antaranya di Majelis Taklim Sulamul Mubtadi. Majelis Taklim Sulamul Mubtadi merupakan majelis yang dipimpin dan diampu oleh Ustadz Abdul Ghofur. Majelis ini berada di Jalan Matraman Dalam II, RT 08/08 Nomor 16, Jakarta Pusat. Materi yang diajarkan di majelis ini adalah masalah Tauhid dengan kitab Sifat Dua Puluh sebagai sumber rujukannya.

Selain Tauhid, Ustadz Ghofur juga mengajarkan kitab Irsyadul Anam karya Habib Utsman bin Yahya. Sanad Ustadz Abdul Ghofur dalam mengajarkan kitab-kitab itu bermula dari gurunya, Habib Abdurrahman Assegaf, dan Habib Abdurrahman sampai kepada Habib Husain bin Muksin Al-Attas. 

Karya Habib Utsman dipelajari di Majelis Taklim Al-Issa. Majelis taklim ini berada di Jalan Tanah Tinggi, RT 001/006, Kelurahan Tanah Tinggi Sawah, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. KH Baihaqi adalah pimpinan dan pengajar di majelis ini. Gurunya KH. Baihaqi adalah KH Syaifuddin Amsir, figur yang membuat sanad keilmuanya tersambung dan tali menali. Di majelis ini, KH Baihaqi menggunakan Sifat Dua Puluh sebagai bahan pengantar pengajian.

Karya Habib Utsman juga diajarkan di Majelis Taklim Khoirun Nisa yang merupakan majelis taklim kaum ibu pimpinan Ustadz Jalaludin Rais terletak di Buaran 1 RT 003/08 Jatinegara, Jakarta Timur.

KH. Rizki Zulkarnaen sebagai guru dari majelis tersebut memilihkan kitab untuk dikaji bersama dengan para Ibu yang berjumlah 30 orang selama 1 jam, yaitu Kitab Irsyadul Anam. Kitab yang diajarkan ini memiliki sanad yang menyambung kepada KH Saifuddin Amsir dengan sanad menyambung kepada Muallim KH M Syafi’i Hadzami dan Kitab Qami’ut Tughyan dengan sanad menyambung Sayyid Shalahuddin At-Tijani yang menyambung sanadnya sampai Syekh Yasin Al-Fadani.

Kitab Safinatun Naja karya Syekh Salim bin Sumair Al-Hadhrami diajarkan di antaranya:  Pertama, di Majelis Taklim Masjid Jami Matraman pimpinan Ustadz Abdurrahman di Jalan Matraman Dalam Nomor 1 Jakarta Pusat yang diasuh oleh KH Muhammad Munir Mugni. Kedua, Majelis Taklim Al-Husnah yang berada di Jalan Pembangunan I Dalam  Nomor 32, RT 05/01 Kelurahan Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat pimpinan Ustadz M Tajuddin Salman dengan pengasuh Ustadzah Hj Siti Husnah.

Ketiga, Majelis Taklim Syiar Islam yang berada di Jalan Duri Barat RT 003/08 Duri Pulo, Gambir, Jakarta Pusat yang dipimpin dan diasuh oleh Ustadz Ilyas Hasyim. Keempat, Majelis Taklim Al-Hidayah di Jalan Budi Mulia RT 015/008 Pademangan Barat Jakarta Utara pimpinan Muhammad Mualif dengan Ustadz Aminullah sebagai pengasuhnya yang mendapatkan sanad langsung dari gurunya, yaitu Habib Abdurrahman Assegaf, dari Habib Ali Kwitang.

Kitab Misbahuz Zhulam karya Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Ad-Darry diajarkan di Majelis Taklim Ash-Shodriyah 9, Jakarta Timur dengan pengajar KH Fachruddin. Kitab Al-Imamus Syafi`i fi Madzahibil Qadim wal Jadid karya Syekh Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi diajarkan di Majelis Al-Bahtsi wat Tahqiq As-Salam sejak 1993 M sampai sekarang.

Kitab Sullamun Nayrain karya Guru Manhsur Jembatan Lima diajarkan oleh KH Ahmad Syafi'ie di  Lajnah Falakiyah Mahad Al-Husiniyah, Tipar Cakung, Jakarta Utara. Sedangkan Kitab Taysirul Musykilat fi Qiratil Ayat karya KH Abdul Hanan Said diajarkan oleh KH Abdul Mafahir di Rawa Belong, Jakarta Barat.

Penutup
Karya tulis ulama Betawi dapat terus lestari dengan adanya regenerasi ulama Betawi yang terus ada dan terus mengajarkan karya-karya ulama Betawi terdahulu. Namun, tidak sedikit khazanah ulama Betawi yang kini hanya tersimpan di rumah ahli waris, rak-rak buku, di perpustakaan atau di tempat arsip karena belum diajarkan kembali.

Ini tentu menjadi ”pekerjaan rumah” kita bersama. Selain itu, karya ulama Betawi juga dapat terus lestari jika ada upaya untuk mereproduksinya. Di sisi lain, produktivitas ulama Betawi dalam menulis kitab, risalah atau artikiel, yang saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Tentu menjadi persoalan tersendiri yang harus dijawab oleh para ulama Betawi generasi sekarang terlebih tantangan dan persoalan umat saat ini tidak sedikit, bahkan lebih rumit dan beragam, dibandingkan zaman ulama Betawi terdahulu. Ini perlu banyak dijawab dengan karya tulis yang berbobot dari para ulama Betawi generasi saat ini.


Penulis adalah peneliti dan penulis Genealogi Intelektual Ulama Betawi. Ia kini diamanahi sebagai Sekretaris RMI NU dan Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre.


Editor:

Nasional Terbaru