• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 5 Mei 2024

Nasional

PWNU DKI Jakarta Imbau Penceramah dan Mubalig Tidak Gampang Berfatwa

PWNU DKI Jakarta Imbau Penceramah dan Mubalig Tidak Gampang Berfatwa
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online
Jakarta, NU Online
Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta KH Muhammad Taufik Damas mengajak penceramah dan mubalig untuk memahami batas-batas dari aktivitas dan kapasitas keilmuannya terkait fatwa. Pasalnya, tidak semua penceramah dan mubalig memiliki kapasitas seorang mufti.

Demikian disampaikan Kiai Taufik di Jakarta, Senin (25/11) ketika menanggapi fenomena dai dan penceramah yang kerap mengeluarkan sejenis fatwa saat ditanya oleh jamaah pengajiannya.

Ia mengatakan bahwa fatwa tidak sembarangan dikeluarkan. Fatwa dikeluarkan berdasarkan kajian yang matang dan ditujukan bagi orang tertentu dengan menimbang kebutuhan dan kondisi orang yang bersangkutan.

“Ya fatwa itu kan kalau yang mengeluarkan tokoh agama. Punya otoritas keilmuan. Kalau tidak punya ilmu atau tidak menguasai persoalan, bukan fatwa namanya, tetapi ocehan,” kata Kiai Taufik.

Ia mengutip Kitab Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir yang menceritakan Amir bin Zharib Al-Adawani, salah seorang tokoh masyarakat di zaman Jahiliyah sebagai tempat masyarakat bertanya segala hal.

Ia mengatakan bahwa Amir bin Zharib dikenal orang yang sangat berhati-hati dalam memberikan jawaban kepada masyarakat yang datang untuk bertanya. Ia pernah menghabiskan waktu 40 hari hanya untuk menjawab sebuah masalah.

Karena kehati-hatian Amir, Imam Al-Auzai mengomentarinya, “Laki-laki musyrik itu (Amir bin Zharib) tidak mengharap surga, tidak takut neraka dan tidak menyembah Allah. Tetapi, untuk menjawab satu pertanyaan (memberikan fatwa), dia butuh menahan diri selama empat puluh hari.”

Orang yang mengharap surga, takut neraka dan menyembah Allah, seharusnya lebih berhati-hati lagi dalam memberikan fatwa untuk satu pertanyaan yang berhubungan dengan urusan agama Allah, kata Al-Auzai.

“Untuk lebih hati-hati. Lebih banyak baca,” kata Kiai Taufik memberikan saran kepada para penceramah dan mubalig.
 

Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan


Editor:

Nasional Terbaru