Al-Qur'an dan Kajian Psikologi Kontemporer di Indonesia (1): Konsep Psikologis dalam Al-Qur'an
Jumat, 25 Oktober 2024 | 10:00 WIB
Perkembangan psikologi kontemporer di Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks seiring dengan keragaman budaya dan nilai-nilai spiritual yang ada dalam masyarakat. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia memiliki kekayaan ajaran agama, terutama yang terkandung dalam Al-Qur'an, yang dapat berkontribusi signifikan dalam pemahaman dan penanganan masalah kesehatan mental.
Konsep-konsep psikologis yang terdapat dalam Al-Qur'an, seperti nafs, tawakkul, pengampunan, dan ukhuwah, tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga memiliki implikasi praktis dalam psikologi dan terapi.
Namun, meskipun terdapat potensi besar untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pendekatan psikologis, masih terdapat kesenjangan dalam penerapan konsep-konsep tersebut dalam praktik psikologi di Indonesia. Banyak praktisi yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya konteks budaya dan spiritual dalam intervensi psikologis.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Selain itu, stigma terhadap masalah kesehatan mental sering menghalangi individu untuk mencari bantuan, yang dapat diperburuk oleh kurangnya pemahaman masyarakat mengenai hubungan antara kesehatan mental dan spiritualitas.
Di sisi lain, masih banyak pendekatan psikologi yang bersifat universal dan kurang memperhatikan keunikan lokal, sehingga berpotensi tidak efektif dalam konteks masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi bagaimana ajaran Al-Qur'an dapat diintegrasikan ke dalam kajian psikologi kontemporer, dengan tujuan untuk menciptakan pendekatan yang lebih holistik dan relevan dalam meningkatkan kesehatan mental masyarakat.
Baca Juga
Tips Mudah Dalam Menghafal Al-Qur’an
Konsep Psikologis dalam Al-Qur’an
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya berfungsi sebagai pedoman spiritual, tetapi juga mengandung berbagai konsep psikologis yang relevan untuk kesehatan mental dan perilaku manusia. Berikut adalah beberapa konsep psikologis utama yang terdapat dalam Al-Qur’an:
1. Konsep Nafs (Jiwa)
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Konsep nafs (jiwa) dalam Al-Qur’an mencakup berbagai dimensi dan tingkatan. Terdapat beberapa jenis nafs, di antaranya:
a. Nafs al-Ammarah, yaitu jiwa yang cenderung kepada keburukan dan nafsu. Dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa nafs ini dapat mengarahkan individu pada perilaku negatif dan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Allah berfirman dalam Surah Yusuf ayat 53,
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf [12]: 53).
b. Nafs al-Lawwama, yaitu jiwa yang menyesali tindakan buruknya. Ia menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri. Al-Qur’an menggambarkan nafs ini sebagai langkah menuju pertobatan dan perbaikan.
Allah berfirman dalam Surah Al-Qiyamah ayat 2,
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
"Dan aku bersumpah dengan jiwa yang selalu menyesali (nafs al-lawwamah)." (QS. Al-Qiyamah [75]: 2).
c. Nafs al-Mutma’innah, yaitu jiwa yang tenang dan damai. Al-Qur’an menyatakan bahwa jiwa ini merasakan ketenangan melalui keimanan dan keteguhan hati, seperti dalam Surah Al-Fajr ayat 27-30, yang mengisyaratkan bahwa jiwa yang tenang akan diundang untuk kembali kepada Allah.
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
"Hai jiwa yang mutma'innah, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr [89]: 27-30)
2. Konsep Tawakkul (Berserah Diri)
Tawakkul merupakan sikap berserah diri kepada Allah setelah berusaha. Dalam Al-Qur’an, tawakkul sering dihubungkan dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah. Konsep ini penting untuk kesehatan mental, karena:
a. Dengan berserah diri kepada Allah, individu dapat merasa lebih tenang dan mengurangi kecemasan terhadap masa depan. Ketenangan ini berasal dari keyakinan bahwa Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
b. Sikap tawakkul membantu individu untuk tetap tegar dalam menghadapi kesulitan. Mereka yang mengamalkan tawakkul cenderung memiliki ketahanan lebih tinggi dalam menghadapi stres dan tekanan hidup.
Dalam Surah Ali-Imran ayat 159, Allah berfirman, "Jika kamu telah mengambil keputusan, maka bertawakallah kepada Allah." Ini menunjukkan bahwa tawakkul adalah bagian integral dari iman dan kehidupan sehari-hari.
3. Konsep Pengampunan
Pengampunan adalah tema sentral dalam Al-Qur’an dan memiliki dampak besar pada kesehatan mental individu. Konsep ini meliputi:
a. Pengampunan memberikan manfaat yang mendalam bagi kedua belah pihak, baik yang diampuni maupun yang mengampuni. Ketika seseorang memutuskan untuk mengampuni, mereka dapat melepaskan perasaan dendam dan beban emosional yang sering kali mengganggu kesehatan mental. Proses ini dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan suasana hati, dan membantu individu merasa lebih ringan dan lebih damai. Secara psikologis, pengampunan dapat berfungsi sebagai alat untuk penyembuhan diri, mendorong individu untuk berfokus pada hal-hal positif dalam hidup mereka.
Dalam Surah Al-Furqan ayat 70, Allah berfirman:
اِلَّا مَنۡ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًـا فَاُولٰٓٮِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمۡ حَسَنٰتٍ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا
“kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70)
Ayat ini menunjukkan bahwa pengampunan dan tobat dapat membawa kebahagiaan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Ini membantu individu melepaskan beban emosional dan mencapai kesejahteraan mental.
b. Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk saling memaafkan, sebagaimana tercantum dalam Surah An-Nur ayat 24:22.
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. An-Nur [24]: 22)
Konsep ini mendorong umat Islam untuk memaafkan satu sama lain, yang pada gilirannya memperkuat ikatan sosial dan memperbaiki hubungan yang rusak, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.
c. Pengampunan juga berkaitan dengan pengembangan empati. Ketika seseorang belajar untuk mengampuni, mereka belajar untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain.
Dalam Surah Ali-Imran ayat 134, Allah berfirman
الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَۚ
"Dan (sebagai) orang-orang yang menginfakkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Ali-Imran [3]: 134).
Ayat ini menunjukkan pentingnya menahan amarah dan memaafkan, yang merupakan bagian dari pengembangan empati dan pengertian terhadap orang lain. Ini dapat memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan kesejahteraan mental.
4. Konsep Ukhuwah (Persaudaraan)
Ukhuwah mengacu pada hubungan persaudaraan dan solidaritas di antara umat manusia. Dalam konteks psikologis, konsep ini penting karena:
a. Ukhuwah menciptakan jaringan dukungan sosial yang kuat, yang sangat penting untuk kesehatan mental. Dalam Surah Al-Maidah ayat 55, Allah berfirman:
اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوۡلُهٗ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوا الَّذِيۡنَ يُقِيۡمُوۡنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤۡتُوۡنَ الزَّكٰوةَ وَهُمۡ رَاكِعُوۡنَ
“Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah).” (QS. Al-Maidah [5]: 55).
Ayat ini menekankan bahwa sesama orang beriman saling mendukung dan membantu satu sama lain. Dukungan sosial ini sangat penting untuk mengatasi stres, rasa kesepian, dan tantangan hidup lainnya.
b. Dalam Surah Al-Hujurat (49:10), Allah menegaskan:
اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ اِخۡوَةٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَيۡنَ اَخَوَيۡكُمۡوَ اتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ
"Sesungguhnya, orang-orang beriman itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat [49]: 10)
Ayat ini menunjukkan bahwa rasa keterhubungan di antara umat Islam memperkuat rasa memiliki dan solidaritas. Ketika individu merasa terhubung dengan orang lain, ini dapat meningkatkan kesehatan mental dan memberikan rasa aman serta dukungan emosional.
c. Konsep ukhuwah juga membantu masyarakat menjadi lebih terbuka dalam mendiskusikan masalah kesehatan mental. Dalam Surah Al-Mumtahanah (60:8), Allah berfirman:
لَا يَنۡهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يُقَاتِلُوۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوۡكُمۡ مِّنۡ دِيَارِكُمۡ اَنۡ تَبَرُّوۡهُمۡ وَ تُقۡسِطُوۡۤا اِلَيۡهِمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُقۡسِطِيۡنَ
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8)
Ayat ini mengingatkan kita untuk menunjukkan kebaikan dan keadilan kepada semua orang. Dengan menekankan ukhuwah, masyarakat dapat lebih mendukung individu yang mengalami masalah kesehatan mental, sehingga mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya dukungan.
Sumber:
Alavi & Sadeghi, “The Role of Islamic Spirituality in Mental Health: A Review,” Journal of Islamic Psychology, 2020, 50.
Nasution, Psikologi dan Spiritualitas, (Jakarta: Gramedia, 2002), 67.
Hanafi & Rahmawati, “Psychological Resilience and Tawakkul in Islamic Perspective,” International Journal of Psychology and Educational Studies, 2021, 114.
Jannah & Mansyur, “The Impact of Forgiveness on Mental Health: A Study in Islamic Context,” Indonesian Journal of Clinical Psychology, 2019, 236.
Supriyadi & Yulianti, “Community-Based Mental Health Interventions in Indonesia: Challenges and Opportunities,” Asian Journal of Psychiatry, 2022, 5.
Achmad, Mahasiswa Doktoral Universitas PTIQ Jakarta
ADVERTISEMENT BY ANYMIND