Khutbah Jumat: Refleksi Hijrah Menuju Perubahan dan Perbaikan Diri
Kamis, 26 Juni 2025 | 15:00 WIB
Umat Muslim memasuki Tahun Baru Islam 1447 H. Dalam sejarah perjalanan umat Islam, Tahun Baru Islam memiliki beragam peristiwa penting dan Umat Islam dianjurkan untuk merefleksikan diri sekaligus momen untuk memperbanyak ibadah.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Refleksi Hijrah Menuju Perubahan Dan Perbaikan Diri.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).
Khutbah I
الحمد لله الذي جعل الهجرة سببًا للفوز والنجاة، وشرعها لأهل الإيمان سبيلاً للثبات والهداية. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
أما بعد، فيا أيها المسلمون أوصيكم ونفسي المقصرة بتقوى الله، فقد فاز المتقون. قال الله تعالى: “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُم مُّسْلِمُونَ” (آل عمران: 102).
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kami selaku khatib mengajak kepada diri saya dan kepada kaum muslimin untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Marilah kita bersyukur kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah, pada hari ini kita diberikan kesempatan oleh Allah bertemu dengan tahun baru hijriah 1447 H. Semoga di tahun baru ini kita semua mendapatkan keberkahan, dipanjangkan umurnya, diluaskan rezekinya, diberikan kekuatan lahir dan bathin untuk senantiasa taat kepada Allah SWT.
Hari ini adalah bulan Muharram, Muharram termasuk satu dari 4 bulan haram atau bulan yang dimuliakan dalam Islam yang juga dikenal dengan sebutan bulan haram. Lantas, mengapa bulan Muharram disebut sebagai bulan haram?
Muharram disebut bulan yang mulia karena di bulan ini masyarakat Arab sepakat menghentikan peperangan. Hal serupa juga berlaku pada tiga bulan haram lainnya, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Rajab.
Rasulullah SAW dalam sabdanya juga pernah menjelaskan empat bulan haram.
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
Artinya: "Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadal Akhir dan Sya'ban," (HR Bukhari Muslim).
Masyarakat Arab Berhenti Berperang Saat Bulan Haram
Masyarakat Arab dikenal memiliki permusuhan karena adanya fanatisme kesukuan akut. Namun permusuhan yang begitu mengakar itu dihentikan ketika memasuki bulan-bulan haram, termasuk Muharram.
Tak sampai di situ, masyarakat Arab bahkan rela untuk menghentikan aktivitas berburu hewan. Hal ini karena berburu hewan dianggap tetap saja mengalirkan darah atau menghilangkan nyawa seperti halnya dalam peperangan sehingga sangat dilarang dalam bulan haram.
Sebaliknya, empat bulan haram justru menjadi kesempatan besar bagi masyarakat Arab utamanya di tanah Hijaz untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. Empat bulan haram menjadi sangat penting untuk dimuliakan, terlebih tidak ada pemimpin yang benar-benar disegani untuk mengelola konflik sosial yang terus berkelanjutan seiring fanatisme kesukuan yang sangat kuat di tanah Arab.
Empat bulan haram juga menjadi kesempatan besar bagi para pedagang untuk melangsungkan bisnisnya atau para petani untuk menjual hasil-hasil pertaniannya. Bagi para peternak untuk menjual hewan, bulu wol dan hasil ternak lainnya.
Bisa dibayangkan bagaimana repotnya bila tidak ada jeda bulan haram, bulan perdamaian. Kapan orang-orang Arab dapat melakukan aktivitas ekonomi secara aman dan tenang tanpa was-was dari gangguan keselamatan? (Ahmad Ibrahim Syarif, Makkah Madinah fil Jahiliyah wa 'Ahdir Rasul, juz I, halaman 163-165).
Pentingnya bulan haram bagi masyarakat Arab bahkan dijelaskan dalam Al-Qur'an:
جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ، ذَلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: "Allah telah menjadikan Ka'bah rumah suci tempat manusia berkumpul, menjadikan bulan-bulan haram sebagai waktu yang aman dari peperangan, hewan hadyu sebagai penyempurna kekurangan ibadah haji dan qala'id sebagai jaminan keamanan ketika mereka keluar dari Makkah. Yang demikian itu agar kamu mengetahui, bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-Maidah: 97)
Karena latar belakang sosio-kultural semacam itulah masyarakat Arab sangat mengagungkan bulan-bulan haram dan menyakralkannya. Mereka berkeyakinan bahwa merusak keagungan dan kesakralan bulan-bulan haram akan mendatangkan petaka dan kesialan.
Oleh karena itu, masyarakat Arab Jahiliyah secara luas akan menentang siapapun dan apapun yang merusak kedamaian di bulan-bulan haram, yang telah menjadi bagian kehidupan, bagian dari eksistensi ekonomi, sosial, kepercayaan atau keyakinan dan peradaban mereka. Wallahu a'alam. (Ibrahim Syarif : I/163-165).
Maasyaral Muslimin Rakhimakumullah
Tahun baru ini juga sering disebut disebut dengan tahun hijrah atau hijriyah
Hijrah dalam Islam bukan sekadar berpindah tempat dari satu daerah ke daerah lain. Lebih dari itu, hijrah adalah simbol transformasi spiritual dan moral seorang hamba menuju derajat yang lebih tinggi di sisi Allah SWT. Ia bukan hanya mengenang peristiwa sejarah hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah, tetapi menjadi panggilan sepanjang zaman bagi setiap muslim untuk berubah menjadi lebih baik.
Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan. Dalam makna zhahir, ia berarti berpindah tempat. Namun dalam makna yang lebih dalam (ma’nawi), hijrah adalah perubahan dari kondisi buruk menuju kondisi yang lebih baik, dari kesesatan menuju petunjuk, dari maksiat menuju taat, dari lalai menuju dzikir, dari kebodohan menuju ilmu.
Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 100:
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةًۗ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًاࣖ ١٠٠
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.”
Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
صحيح البخاري ٩: حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang Muslim adalah yang tidak mengganggu Muslim lainnya dengan lisan dan tangannya, dan seorang muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari)
Kedua dalil ini menggarisbawahi bahwa hijrah bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual. Sebagaimana perkataan Sahal Abdullah At-Tustary رحمه الله yang dikutip oleh Abu Nu’aim Al Isfahani dalam Kitab Khilyatul Aulia Wa Tabaqatul Al-Ashfiya’:
الْهِجْرَةُ فَرْضٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؛ مِنَ الْجَهْلِ إِلَى الْعِلْمِ وَمِنَ النِّسْيَانِ إِلَى الذِّكْرِ وَمِنَ الْمَعْصِيَةِ إِلَى الطَّاعَةِ، وَمِنَ الْإِصْرَارِ إِلَى التَّوْبَةِ
“Hijrah itu wajib hingga hari kiamat: dari kebodohan menuju ilmu, dari kelalaian menuju dzikir, dari maksiat menuju taat, dan dari dosa menuju taubat.” (Hilyatul Auliyāʾ I/196)
Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Ada empat bentuk hijrah yang perlu kita lakukan secara berkesinambungan:
1. Hijrah dari Kebodohan Menuju Ilmu
Ilmu adalah cahaya. Tanpa ilmu, kita berjalan dalam kegelapan. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١١
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.”
Mari kita giatkan kembali pembelajaran Islam, majelis ilmu, dan budaya membaca agar kita tidak terjebak dalam kebodohan yang menyesatkan.
2. Hijrah dari Kelalaian Menuju Ingat kepada Allah
Banyak di antara kita yang lalai, tenggelam dalam dunia hingga lupa tujuan hidup. Maka Allah memerintahkan:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ ٤١
“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab: 41)
Dzikir, shalat, dan pergaulan dengan orang-orang sholeh adalah wasilah untuk selalu ingat kepada Allah.
3. Hijrah dari Maksiat Menuju Ketaatan
Dalam dunia digital ini, pintu maksiat terbuka lebar. Maka kita harus melawan arus itu dengan amal sholeh, dengan pergaulan yang baik, dan dengan komitmen kuat untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah.
4. Hijrah dari Dosa Menuju Taubat
Allah berfirman:
۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣
“Wahai hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap dirinya sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa.” (QS. Az-Zumar: 53)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Di zaman sekarang, kita dihadapkan pada fenomena kerusakan moral dan sosial: riba, pinjaman dan judi online, korupsi, asusila, hingga hilangnya rasa malu dan adab. Maka, inilah saatnya kita melaksanakan hijrah kontemporer:
• Hijrah dari sistem jahiliyah menuju sistem Islami.
Sistem jahiliyah modern mengajak kepada materialisme, hedonisme, dan kekosongan spiritual. Maka tugas kita adalah menerapkan nilai Islam dalam semua aspek hidup: dari individu, keluarga, masyarakat, hingga pemerintahan.
• Hijrah dari kebodohan menuju peradaban ilmu
Dengan mendirikan dan menghidupkan lembaga pendidikan, membesarkan majelis ilmu, serta menjadikan generasi muda kita sebagai pewaris ulama dan cendekiawan Islam.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
1447 Hijriyah telah datang. Ini bukan hanya penanggalan baru, tapi panggilan untuk hidup baru. Momentum Hijrah ini adalah panggilan untuk berubah. Jangan tunggu esok, jangan tunda taubat, dan jangan abaikan perintah Allah. Mari kita mulai perubahan dari diri kita sendiri.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
KH Samsul Ma’arif, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta
Terpopuler
1
LF PBNU Umumkan 1 Muharram 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
2
Pemprov Jakarta Buka Rekrutmen PPSU 2025, Ini Syarat dan Tahapannya
3
Muallim Radjiun: dari Berdagang Sampai Mengimami Jumatan Bung Karno di Istiqlal
4
Perang Iran–Israel Memanas, Pakar: Negara Barat Terlalu Fokus Militer Abaikan Riset Perdamaian
5
LFNU Jakarta Tekankan Pentingnya Rukyat Syar'i dan Rukyat Organisasi
6
Ini Niat Puasa Muharram Lengkap dengan Terjemahnya
Terkini
Lihat Semua