• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 16 Mei 2024

Nasional

Gus Dur Jadi Mata Kuliah Pascasarjana STAINU Jakarta

Gus Dur Jadi Mata Kuliah Pascasarjana STAINU Jakarta

Jakarta, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta membuat sebuah terobosan kurikulum dengan memasukkan pemikiran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai mata kuliah di Pascasarjana Program Magister Konsentrasi Islam Nusantara.
<>
“Bukan mata kuliah penunjang atau mata kuliah pilihan, tetapi mata kuliah utama, mata kuliah wajib, di bidang kajian ‘NU, Islam, dan Indonesia’,” kata Wakil Sekretaris Pascasarjana Program Magister STAINU Jakarta Muhammad Idris Mas’udi di Jakarta, Rabu (27/11).

Idris menjelaskan, mata kuliah pemikiran Gus Dur diperlakukan selayaknya mata kuliah lain yang menerapkan sejumlah peraturan akademik, seperti tingkat kehadiran mahasiswa, penugasan, dan ujian. Pembelajaran materi tersebut sudah berlangsung enam kali pertemuan untuk mahasiswa semester awal sejak dibuka program pascasarjana tahun ini.

Untuk semester ini, sambung Idris, mata kuliah pemikiran Gus Dur diikuti 25 mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama. Gelombang kedua akan dimulai Januari untuk mahasiswa reguler dengan jumlah sekitar 60 orang.

“Kami bekerja sama dengan The Wahid Institute yang kebetulan sudah memiliki kelas pemikiran Gus Dur. Pihak The Wahid Institute meyediakan pengajar di setiap perkuliahan,” ujarnya.

Silabus mata kuliah, di antaranya, berisi penelitian atas Gus Dur soal pribumisasi Islam, etika sosial Islam, hubungan Islam dan negara, Islam dan modernisasi, fundamentalisme Islam, pemikiran demokrasi, pemikiran kebudayaan, pemikiran pesantren, dan pemikiran ke-NU-an. 

“Ini sebuah prestasi bagi STAINU Jakarta. Saya kira di Indonesia mata kuliah pemikiran Gus Dur belum ada dan ini satu-satunya,” tutur Syaiful Arif, dosen mata kuliah ini.

Menurut Arif, Gus Dur memiliki kekhasan pemikiran yang dapat dibedakan dengan intelektual lain, khususnya dalam kajian Islam Nusantara. “Beliau menawarkan mekanisme Islamisasi yang mengacu pada gagasan populernya, yakni pribumisasi Islam,” paparnya.

Gus Dur, kata Arif, tak hanya mengabarkan bahwa proses pribumisasi sebagai fakta historis yang dipraktikkan Wali Songo berabad-abad lalu, tapi juga menjadi jalan terbaik saat orang ingin mengonversi Islam kepada budaya-budaya mapan di Nusantara.

"Jadi jika ingin membaca Islam Nusantara maka metodologinya ya pribumisasi Islam," tuturnya. (Mahbib Khoiron)


Editor:

Nasional Terbaru