• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 19 April 2024

Nasional

Lantik PWNU DKI Jakarta, Kiai Said Jelaskan Dua Amanah yang Diemban Manusia

Lantik PWNU DKI Jakarta, Kiai Said Jelaskan Dua Amanah yang Diemban Manusia
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online)
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan bahwa ada dua amanah yang diemban manusia. Pertama, amanah berupa aqidah dan syariah. Amanah ini bersifat ilahiyyah (ketuhanan), samawiyyah (langit), dan muqaddasah (sakral).


“Bagi NU, amanah ini sudah selasai. Tidak perlu dibahas lagi. Tinggal mengamalkannya saja,” kata Kiai Said saat mengisi acara Pelantikan dan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) I Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Rabu (25/8) yang disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube NU Channel.


Sementara amanah kedua, lanjutnya, adalah amanah yang bersifat ijtihadiyyah, waqi’iyyah, dan insaniyyah. Isi amanah ini adalah keilmuan, tsaqafah (peradaban), hadharah (kebudayaan), dan insaniyyah (kemanusiaan). Amanah inilah, menurutnya, yang belum sesuai dari harapan Allah swt, sampai hari kiamat.


“Di sini lah tugas kita. NU Berkhidmah kepada Allah dalam rangka mengoptimalkannya. Bagaimana supaya kita muta’allim (berpendidikan) mutsaqqaf (berperadaban), dan mutahaddhar (berperadaban),” ujar Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.


Dalam momen itu, Kiai Said menjelaskan, salah satu problem pendidikan yang dihadapi umat sekarang adalah masih adanya anggapan terhadap pesantren sebagai pendidikan pinggiran dan tertinggal. Hal ini ditandai dengan didirikannya sekolah-sekolah umum di dalamnya. Ini membuktikan pesantren merasa tertinggal dan perlu mengejar ketertinggalan itu. “Padahal, pesantrenlah satu-satunya benteng ajaran Islam,” Papar Kiai Said.


Dijelaskan oleh Kiai Said, sejarah mencatat, pesantren telah mencetak kader-kader pejuang kemerdekaan. Ia menyebut Pangeran Diponegoro yang merupakan santri Kiai Hasan Besari, Ki Hajar Dewantara juga santri, dan masih banyak lagi. Dulu saat Indonesia merdeka, ada 20 komandan batalion yang terdiri dari para kiai pesantren.


“Oleh karena itu, kita harus bangga dengan eksistensi pesantren. Di pesantren ada tafaqquh fiddin, persaudaraan, dan kesederhanaan,” sambung kiai kelahiran Cirebon itu.


Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said melantik seluruh jajaran PWNU DKI Jakarta yang dipimpin KH Muhyiddin Ishaq sebagai Rais Syuriyah dan KH Samsul Ma’arif sebagai Ketua Tanfidziyah di Pondok Pesantren Al-Hamid, Cipayung, Jakarta Timur.


Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syakir NF


Editor:

Nasional Terbaru