Jakarta, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta menyelenggarakan Bedah Buku Peta Jalan NU Abad Kedua pada Rabu (24/10) di Gedung PWNU Jakarta Timur. Kegiatan tersebut dalam rangka memperingati Hari Santri 2018 dan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU DKI Jakarta yang akan diadakan pada Jumat-Sabtu (26-27/10) di Bogor.
Wakil Sekretaris PWNU DKI Djunaidi Sahal mengatakan, penyelenggaraan bedah buku ini untuk menambah wawasan pengurusnya agar memahami tantangan NU ke depan.
"Karena NU DKI sampai sekarang ini belum mampu secara terencana dan sistematis bisa mengembangkan NU menjadi suatu gerakan sosial, tapi masih lebih banyak yang bersifat politis," kata Djunaidi.
Menurut Djunaidi, NU DKI belum memiliki mempunyai lembaga pendidikan, rumah sakit atau klinik. Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan bisa menanamkan ide-ide sehingga menjadi gerakan sosial yang lebih nyata.
Sementara Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Ahmad Ya'la mengingatkan pengurus NU agar berkomitmen menghidupi organisasi yang didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari ini."NU harusnya ada dimana-mana dan selanjutnya bisa menghidupi NU. Saya PNS, tapi bukan karena saya NU terus jadi PNS. Tapi karena saya PNS maka saya berfikir apa yang bisa saya lakukan untuk NU," tuturnya.
Anggota DPD RI dari DKI Jakarta Abdul Azis Khafia yang menjadi pembicara mengatakan bahwa buku ini sangat menarik karena di dalamnya mengupas banyak hal, seperti perjalanan NU dan peroslan global yang dilakukan NU.
"Buku ini juga menawarkan jalan baru dengan berbagai catatan bahwa kondisi terus dinamis. Kalau NU statis, begini-begini saja, jangan heran kalau NU ditinggalkan. Jadi selain kegelisahan tentang NU, juga ada solusi dan tawaran identitas kebangsaan. Dan yang menarik ada semacam futuristik tentang NU," jelasnya.
Adapun penyunting buku tersebut, Abdul Aziz mengungkapkan, buku tersebut merupakan kompilasi dari sejumlah diskusi terkait NU dengan berbagai tokoh.
"Buku ini merupakan hasil diskusi dua tahun lebih sejak menjelang Muktamar di Jombang. Banyak pikiran dan kritik-kritik terhadap NU yang melihat sebenarnya NU ini besar atau kecil? Dan sebagainya. Itulah yang membuat penulisannya agak panjang," kata Aziz. (Husni Sahal)