• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 29 Maret 2024

Jakarta Raya

Ketua MWCNU Senen Ingatkan Jadi Pengurus NU di Ibu Kota Tidak Mudah

Ketua MWCNU Senen Ingatkan Jadi Pengurus NU di Ibu Kota Tidak Mudah
Silaturahim dan Rapat Pimpinan MWCNU Senen, Kota Jakarta Pusat, Sabtu (4/6/2022). Foto: NU Online Jakarta/Farhan
Silaturahim dan Rapat Pimpinan MWCNU Senen, Kota Jakarta Pusat, Sabtu (4/6/2022). Foto: NU Online Jakarta/Farhan

Jakarta Pusat, NU Online Jakarta

 

Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat, mengadakan silaturahim dan rapat pimpinan di Yayasan Pondok Pesantren Nahdlatun Nashirin, Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat, pada Sabtu (4/6/2022). 


Ketua MWCNU Senen Ustadz Zaenudin mengingatkan bahwa menjadi pengurus NU di tengah ibu kota bukan perkara mudah. Karena harus berhadapan dengan masyarakat yang memiliki fondasi dasar keagamaan yang berbeda-beda. 


“Rata-rata pengurus NU di tingkat kecamatan dan kelurahan ini adalah para ustadz yang menjadi pimpinan di sebuah masjid di daerahnya. Jadi perlu pemahaman mendalam tentang NU, baik dalam fikrah, harakah, dan amaliahnya,” jelasnya. 


Untuk itulah, MWCNU Senen menggelar agenda silaturahim dan rapat pimpinan dengan mengumpulkan pengurus ranting (PR) NU se-Kecamatan Senen. Pertemuan ini diadakan bertujuan mempererat kekompakkan antarpengurus sekaligus melakukan evaluasi program kerja. 


“Dikumpulkannya pengurus MWCNU dan Ranting NU se-Kecamatan Senen ini juga untuk memperbarui kualitas pengetahuan tentang NU kita semua, dan mengaplikasikannya dengan contoh studi kasus yang terjadi di tengah masyarakat,” ungkap Ustadz Zaenudin.


Ia menambahkan, untuk memperkuat kekompakkan antara pengurus MWCNU dan Ranting NU se-Kecamatan Senen maka diagendakan program kerja yang tidak hanya berpusat pada satu tempat. Ustadz Zaenudin lantas menyebutkan berbagai program kerja itu. 


“Program kerja itu ada Lailatul Ijtima, pengajian kitab kuning, pelatihan dai dan pemulasaraan jenazah. Untuk ekonomi dan UMKM ada pelatihan mencukur atau barbershop, penyajian mie ayam, catering, dan yang lainnya. Ada beberapa ranting yang sudah berjalan, sisanya yang belum berjalan tinggal dibantu untuk melaksanakannya,” tambah Ustadz Zanudin. 


Sementara itu, Sekretaris PCNU Jakarta Pusat Ustadz Fuad Cholil mengatakan bahwa faktor utama pengurus dan kepengurusan disebut aktif adalah hadir dalam kegiatan serta mengadakan kegiatan. 


“Jadi, istiqamah hadir saja dalam kegiatan itu sudah bisa disebut pengurus aktif. Nah kalau kepengurusan aktif itu harus ada kegiatan. Tidak usah melulu dengan kegiatan besar. Cukup dengan ngopi bersama tiap satu bulan dua kali saja itu sudah bagus,” jelasnya. 


Lebih lanjut Ustadz Fuad menjelaskan bahwa saat ini Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan memberikan penilaian mengenai klasifikasi kepengurusan aktif atau tidak. Jika tidak aktif, maka tidak diperkenankan memilih atau mendapatkan suara di dalam sebuah konferensi di level atasnya. 


Ustadz Fuad lantas mengajak seluruh pengurus NU yang hadir untuk terus menanmkan semangat khidmah (pelayanan) di organisasi keislaman terbesar di Indonesia ini. 


“NU ini organisasi keramat yang sudah banyak didoakan para ulama dan kiai yang alim. Akan banyak keberkahan dan kejutan jika kita mau aktif dan ikhlas dalam menghidupi NU,” tambahnya. 


Sebagai informasi, pada pertemuan itu hadir Wakil Ketua PCNU Jakarta Pusat Ustadz Warnadi, Rais Syuriyah MWCNU Kiai Fathoni, serta para ketua PRNU dan badan otonom NU se-Kecamatan Senen. 


Pewarta: Farhan Maksudi
Editor: Aru Elgete


Editor:

Jakarta Raya Terbaru