Mengatasi Stres di Era Modern: Empat Strategi Coping yang Efektif
Kamis, 7 Agustus 2025 | 12:30 WIB

Ilustrasi seseorang yang mengalami stres akibat berbagai tekanan hidup, termasuk pekerjaan, keuangan, waktu, dan masalah pribadi. (Foto: Freepik)
Elis Susiyani
Kontributor
Jakarta, NU Online Jakarta
Kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tuntutan teknologi canggih kerap menghadapkan masyarakat pada berbagai masalah kompleks. Tekanan dari pekerjaan, pendidikan, keluarga, ketidakpastian masa depan, hingga hubungan pribadi dapat menimbulkan stres bagi seseorang.
Selye memperkenalkan istilah stres pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan kedokteran. Ia mendefinisikan stres sebagai reaksi organisme terhadap situasi yang membebani atau mengancam jiwanya.
Lazarus & Folkman (1984) menyampaikan pandangan berbeda tentang stres. Mereka menyebut stres merupakan hubungan khusus seseorang dengan lingkungannya yang dianggap melampaui kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya. Kondisi ini memerlukan cara untuk mengatasi stres atau yang biasa disebut coping stress.
Lazarus & Folkman (1984) menjelaskan bahwa coping stress merupakan suatu usaha berbentuk kognitif maupun perilaku yang secara spesifik dilakukan untuk mengelola tuntutan-tuntutan yang menyebabkan stres.
Pertama, problem focused coping berfokus pada akar masalah atau pokok permasalahan yang dihadapi. Sementara emotion focused coping berfokus pada emosi seperti dukungan dari sahabat, keluarga atau aktivitas lain yang bersifat lebih positif seperti olahraga.
Kedua, berpikir positif menjadi salah satu strategi coping yang efektif. Suasana hati yang positif akan meningkatkan kemampuan memproses informasi dengan efisien dan meningkatkan harga diri. Aronowitz (2005) menyatakan bahwa berpikir positif dan menghindari pemikiran negatif merupakan strategi yang baik untuk menangani stres dalam situasi apapun.
Ketiga, dukungan dari orang terdekat dan terpercaya kerap menjadi cara efektif dalam menangani stres, seperti bercerita kepada keluarga, pasangan, maupun sahabat. Wang & Yeh (2005) menegaskan bahwa dukungan dari orang lain merupakan salah satu aspek penting agar seseorang dapat mengatasi stres.
Keempat, coping bukanlah sebuah proses yang berdiri sendiri. Coping dapat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dan sumber daya yang terdapat di lingkungan. Sebuah strategi yang efektif belum tentu efektif di situasi lainnya. Seseorang yang menghadapi lingkungan penuh tekanan akan memiliki banyak strategi yang harus dipilih. Memilih lebih dari satu strategi akan lebih bijaksana.
Sebagai contoh, seseorang yang mengalami serangkaian peristiwa hidup yang menimbulkan stres seperti putusnya relasi romantis atau kematian orang tua akan menemui tenaga profesional psikolog atau psikiater, mencari dukungan sosial, melakukan olahraga teratur, mengurangi konsumsi minuman keras dan berlatih relaksasi. Ketika suatu strategi dilakukan sendirian, mungkin tidak ada satupun strategi yang memadai.
Santrock (2007) menjelaskan bahwa apabila strategi tersebut dilakukan bersama-sama, maka orang tersebut akan berhasil mengatasi stres yang dialami. Penelitian Lester, Smart & Baum (1994) yang dikutip dari buku John W. Santrock (2007) berjudul "Remaja" menyebut adanya fleksibilitas coping, yaitu kemampuan untuk memodifikasi strategi coping yang diperlukan untuk menyesuaikan tuntutan dari situasi tersebut.
Terpopuler
1
Santri Magister Dorong Diplomasi Kemanusiaan di Forum IFHI
2
Ketua GP Ansor Jakut Nilai One Piece Bisa Tanamkan Nasionalisme
3
Islam dan Kesetaraan: Menghidupkan Gagasan Tohir Haddad tentang Perempuan
4
Pedagang Barito Ingin Relokasi Bahas Langsung dengan Gubernur
5
Mengatasi Stres di Era Modern: Empat Strategi Coping yang Efektif
6
Terpilih Ketua BEM Pesantren, Ini Harap Samsul Munir
Terkini
Lihat Semua