Khutbah

Khutbah Jumat: Membangun Kesadaran tentang Kesetaraan Manusia dalam Islam

Rabu, 21 Mei 2025 | 13:00 WIB

Khutbah Jumat: Membangun Kesadaran tentang Kesetaraan Manusia dalam Islam

Ilustrasi setara. Sumber: Canva/NU Online.

Salah satu nilai fundamental yang dijunjung tinggi dalam Islam adalah kesetaraan manusia. Sejak awal diturunkannya wahyu pada Nabi Muhammad, Islam telah memosisikan bahwa semua manusia berasal dari asal yang sama, yaitu dari Nabi Adam dan Hawa. Untuk itu, tidak ada satu pun manusia yang lebih tinggi derajatnya daripada yang lain hanya karena faktor ras, warna kulit, suku, atau status sosial.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul, “Khutbah Jumat: Membangun Kesadaran tentang Kesetaraan Manusia dalam Islam”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلَّهِ  كَما يَحْمَدُهُ الشَّاكِرُوْنَ وَيُؤْمِنُ بِهِ الْمُوْقِنُوْنَ ويُقِرُّ بِوَحْدَانِيَّتِهِ الصَّادِقُوْنَ. نَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ وَخَالِقُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِيْنَ وَمُكَلِّفُ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَنَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ مُخْالِصًا لَهُ الدِّيْنَ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ الْمُخْلِصُوْنَ


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang menciptakan umat manusia dengan segala keberagaman, namun tetap mempersatukan kita dalam ikatan keimanan dan ketakwaan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pembawa rahmat bagi seluruh alam. Semoga kita selalu menjadi umat yang istiqamah mengikuti ajaran Islam yang Nabi Muhammad bawa.


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita merenungkan bersama sebuah prinsip yang sangat penting dalam ajaran Islam, yaitu tentang kesetaraan manusia di hadapan Allah SWT. Sesungguhnya, dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, meskipun umat manusia diciptakan dengan beragam suku, bangsa, dan latar belakang, tidak ada yang lebih mulia di sisi-Nya selain mereka yang paling bertakwa.


Sebagaimana dalam Surat Al-Hujurat, ayat 13, Allah SWT berfirman:


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ۝١٣


Artinya; "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti."


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir halaman 259 menjelaskan bahwa tujuan Allah menciptakan umat manusia dengan berbagai suku, bangsa, dan bahasa adalah untuk saling mengenal, bukan untuk membanggakan keturunan atau suku tertentu. Hal ini ditegaskan dalam kata-kata beliau:


وَالْمَقْصُوْدُ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَكُمْ لِأَجْلِ التَّعَارُفِ لاَ لِلتَّفَاخُرِ بْالْأَنْسَابِ، وَإِنَّ التَّفَاضُلَ بَيْنَكُمْ إِنَّمَا هُوَ بِالتَّقْوَى


Artinya: “Maksud bahwa Allah menciptakan kalian (dengan berbeda-beda suku dan bangsa) adalah untuk saling mengenal, bukan untuk saling membanggakan keturunan (rasisme). Sesungguhnya keunggulan di antara kalian adalah hanya bisa diraih dengan takwa.” 


Sejatinya, dari penjelasan Syekh Wahbah, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam Islam, konsep kesetaraan tidak ditentukan oleh faktor keturunan atau status sosial seseorang, melainkan oleh tingkat ketakwaan hamba kepada Allah SWT. Ketakwaan menjadi tolok ukur utama dalam menilai kemuliaan di hadapan Allah. 


Ajaran Islam tentang kesetaraan ini memiliki relevansi yang sangat besar dalam kehidupan kita sehari-hari, karena mengingatkan untuk tidak terjerumus dalam kesombongan diri yang disebabkan oleh faktor keturunan, harta, atau kedudukan. Dalam Islam, kedudukan seseorang di mata Allah tidak diukur dari apa yang dimilikinya secara lahiriah, melainkan dari kedekatannya dengan-Nya yang tercermin melalui amalan dan ketakwaan.


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Selanjutnya, Imam Al-Qurthubi dalam kitab Tafsir al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an jilid 16, halaman 341, menjelaskan bahwa Allah menurunkan ayat ini untuk mengingatkan umat manusia agar tidak saling membanggakan nasab, harta, atau kekuasaan. Yang terpenting adalah ketakwaan kepada Allah.


فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ. زَجَرَهُمْ عَنِ التَّفَاخُرِ بِالْأَنْسَابِ وَالتَّكَاثُرِ بِالْأَمْوَالِ وَالِازْدِرَاءِ بِالْفُقَرَاءِ


Artinya: “Maka Allah SWT menurunkan ayat ini. Dia melarang mereka untuk sombong atau membangga-banggakan garis keturunan, bermegah-megahan dengan harta, dan menghina orang miskin. Karena tolok ukurnya adalah ketakwaan.” 


Bahkan, Syekh Nawawi al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid jilid 2, halaman 440 menyebutkan bahwa tidak ada alasan bagi umat manusia untuk membanggakan keturunan atau garis keluarga. Semua manusia pada dasarnya berasal dari satu nenek moyang, yaitu Adam dan Hawa. Ini adalah ajaran yang sangat jelas dalam Islam yang harus dipahami oleh setiap umat Muslim.


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Begitu pun dengan hadits Nabi Muhammad SAW,  mengajarkan hal yang sama tentang kesetaraan umat manusia. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bersabda:

 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (لاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَتَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخوَانَاً، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا – وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ – بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ). رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Janganlah kalian saling dengki, melakukan najasy, saling membenci, saling membelakangi dan sebagian dari kalian menjual apa yang dijual saudaranya. Jadilah kalian semua hamba–hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya. Takwa itu letaknya di sini –sambil menunjuk ke dadanya sebanyak tiga kali– cukuplah seseorang itu dalam kejelekan selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim)
 


Prinsip kesetaraan ini tercermin dalam kehidupan sosial umat Islam. Tidak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah selain dari ketakwaannya. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap Muslim harus menjaga sikap rendah hati, tidak membedakan satu sama lain berdasarkan asal-usul atau status sosial. Islam mengajarkan bahwa setiap orang memiliki potensi yang sama untuk meraih kebaikan dan kedekatan dengan Allah SWT.


Tidak hanya itu, ajaran ini juga mengajarkan kita untuk saling menolong dan menghormati satu sama lain tanpa melihat suku, ras, atau status sosial. Hal ini sejalan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa sesama Muslim adalah bersaudara, sebagaimana sabda beliau:


الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ


Artinya: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya, tidak boleh membiarkannya dalam kesusahan, dan tidak boleh merendahkannya.” (HR. Muslim).


Jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah

Sejatinya, dengan prinsip kesetaraan yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan hadis, umat Islam diharapkan dapat membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih sayang. Masyarakat yang saling menghormati, tanpa memandang perbedaan yang ada. Semua manusia adalah ciptaan Allah yang harus diperlakukan dengan rasa hormat dan kebajikan.


Sebagai penutup, khutbah ini mengajak kita untuk senantiasa mengingat bahwa kesetaraan manusia dalam Islam terletak pada ketakwaan kepada Allah SWT. Tidak ada tempat bagi kesombongan dalam agama ini, dan kita semua adalah saudara yang saling mendukung dalam kebaikan. Semoga kita semua dapat hidup dengan penuh rasa hormat, saling menghargai, dan menjauhi segala bentuk diskriminasi dalam bentuk apapun.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

 

Baca selengkapnya di sini.