• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 25 April 2024

Nasional

Becak Gempur Gus Dur Surabaya-Jakarta Finish di Gedung PBNU

Becak Gempur Gus Dur Surabaya-Jakarta Finish di Gedung PBNU
Jakarta, NU Online
Kharisma yang dimiliki oleh Gus Dur mampu menggerakkan para pendukung dan pengikutnya untuk berkorban dan melakukan sesuatu yang membutuhkan energi luar biasa yang tak banyak orang mampu melakukannya.

Gerakan Masyarakat Pendukung (Gempur) Gus Dur melakukan napak tilas perjuangan Gus Dur dengan mengendarai becak dari Surabaya ke Jakarta dalam rangka peringatan haul pertama Gus Dur.<>

Rombongan yang dipimpin oleh Sadikun, awalnya terdiri dari 10 orang berangkat dari pos pertama di makam Sunan Ampel Surabaya sehabis sholat subuh, Sabtu 8 Januari 2011 dan tiba di gedung PBNU sebagai pos akhir pada Sabtu, 29 Januari. Mereka membutuhkan perjalanan selama 22 hari.

Banyak hambatan yang harus dilalui dalam perjalanan panjang ini. Hujan yang memang lagi musimnya memaksa mereka harus sering berhenti. Kerusakan onderdil juga menjadi hal yang harus siap dihadapi. Ada becak yang harus mengganti ban sebanyak sembilan kali. Namun semua peralatan telah disiapkan agar tidak mengganggu perjalanan. Di Cirebon, salah satu becak harus naik becak karena rusak tak bisa jalan. Di lokasi tertentu, ada becak yang diganggu oleh makhluk gaib dengan menjadi penumpangnya. Semua tantangan itu dihadapi dengan tabah.

Tak semua anggota mampu menyelesaikan niat besarnya. Di Lamongan, sebanyak tiga orang menyerah dan balik kucing ke Surabaya, kemudian seorang lagi menyatakan tak sanggup saat tiba di Semarang. Terakhir, seorang anggota harus pasrah karena tak mampu meneruskan kayuhan becaknya ketika tiba di Cirebon karena sakit sehingga hanya lima orang yang berhasil mencapai finish di Jakarta.

Perjalanan terakhir Cikampek-Ciganjur Jakarta di kediaman Gus Dur ditempuh secara marathon selama 24 jam agar bisa segera sampai di Jakarta.

Sonukdin, salah satu peserta mengungkapkan mereka mereka tak memaksakan diri untuk cepat sampai ke Jakarta. Jika capek, mereka istirahat, baik di masjid atau di kantor pemerintahan yang mau menerima mereka. Untuk makan, mereka juga berhemat dengan makan di warung pinggir jalan, bukan di restoran agar bekalnya cukup sampai di tujuan.

“Alhamdulillah kami juga mampu menjaga sholat lima waktu selama perjalanan,” katanya.

Selain menuju kediaman Gus Dur perjalanan ini juga diniatkan untuk ziarah Walisongo, yang sebagian besar makamnya memang berada di jalur pantai utara sekaligus silaturrahmi kepada para kiai dan ulama NU. Salah satu ulama yang dikunjungi adalah Wakil Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri.

“Kami diterima dengan sangat baik oleh Gus Mus dan juga diberi penginapan disana,” terangnya.

Dalam pesan yang ditulis dalam buku yang dibawa oleh rombongan Gus Mus menyatakan ”Banyak jalan menuju kebajikan. Tingkatkan kegiatan dengan menggali pikiran-pikiran Gus Dur untuk melanjutkan perjuangannya. Selamat, semoga sukses.”

Inayah Wahid, mewakili keluarga, yang menerima rombongan di Ciganjur juga memberi pesan “Mewakili keluarga Abdurrahman Wahid, kami menyampaikan terima kasih banyak kepada GEMPUR atas semua perjuangannya untuk Gus Dur. Insyaallah dibalas dengan lebih baik oleh Allah”

Usia tak menghalangi mereka untuk perjalanan panjang ini. Anggota rombongan paling tua, Mastuki berusia 58 tahun, sedangkan Sonukdin juga sudah berusia 52 tahun. Beberapa anggota rombongan yang gagal menyelesaikan tour ternyata berusia lebih muda. Di Semarang, mereka sempat mampir di sebuah rumah sakit untuk mengecek kondisi kesehatan dan diberi sejumlah multivitamin untuk menjaga stamina tubuh.

Mengayuh becak bukan hal yang aneh lagi buat mereka karena sehari-hari mereka berprofesi sebagai tukang becak. Salah seorang bahkan telah menjadi tukang becak sejak tahun 1985 atau sudah 26 tahun.

Jakarta sebelumnya hanya bisa ditonton di TV karena semuanya belum pernah ada yang ke ibukota negara ini. Jalan protokol ibukota yang seharusnya bebas becak bisa mereka lalui dengan aman karena membawa bekal surat-surat mengenai tujuan napak tilas ini. “Jakarta besar dan bagus,” katanya.

Di gedung PBNU mereka diterima dengan baik dan diberi fasilitas yang memadai untuk bisa istirahat. "Baru kali ini kami rasanya bisa tidur seperti di hotel," paparnya.

Sekretariat PBNU memberikan sejumlah souvenir kepada pejuang NU ini. Diantaranya berupa pin berlogo NU dengan warna emas, yang langsung dibagi berlima dan dipakai di dada dengan penuh rasa bangga.

Sabtu sore ini, mereka akan langsung pulang menuju Surabaya dengan menggunakan kereta sementara becaknya dipaketkan. Setelah sukses dalam napak tilas ini, selanjutnya rute Surabaya-Banyuwangi dan Surabaya Madura akan dijajal untuk bersilaturrahmi dengan para ulama NU dan menziarahi makam para pendakwah Islam.

Perjalanan becak Surabaya Jakarta ini tampaknya baru pertama kali dan layak masuk Museum Rekor Indonesia (MURI). Ketika ditanya soal rekor ini, mereka hanya tersenyum saja, karena tak tahu bagaimana agar bisa dicatatkan. (mkf)


Editor:

Nasional Terbaru