• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 2 Mei 2024

Nasional

PERGURUAN TINGGI NU

Gelar Halaqah Islam Nusantara, STAINU Jakarta Hadirkan Ulama Papua

Gelar Halaqah Islam Nusantara, STAINU Jakarta Hadirkan Ulama Papua

Jakarta, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta menggelar halaqah Islam Nusantara dengan menghadirkan ulama Papua KH. Enderson Miyoge dan pakar Islam nusantara Drs. KH. Agus Sunyoto di kampus STAINU Jakarta, Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat.<>

Dalam perkenalannya, Kiai Enderson mengungkapkan ketertarikannya dengan konsep Islam nusantara yang sangat menerima keberagaman sejak awal penyebarannya. Dia menerangkan, bahwa strategi kebudayaan dalam Islam nusantara cocok diterapkan dalam menyebarkan Islam damai di tanah Papua.

“Selama ini, dakwah di tanah Papua kurang menyentuh oleh kelompok-kelompok yang tidak mengerti tradisi lokal,” ujar Ketua MUI Kabupaten Sorong ini, Sabtu, (24/1) di Jakarta.

Enderson menjelaskan, Islam ala NU dengan konsep Islam nusantaranya dapat diterima dimana saja sehingga nilai-nilai kedamaian Islam menyebar luas di Papua. Menurut aktivis NU asal Wamena ini, NU sangat mudah sekali diterima di Papua, karena selama ini NU-lah yang merangkul semua golongan dengan berbagai keberagamannya. 

“Kuncinya, kita mau bergerak untuk mendakwahkan NU tidak,” tegas pria yang juga fasih berbahasa Jawa ini.

Menurut keyakinannya, ke depan, Islam damai ala NU akan berkembang pesat di Papua. Oleh karena itu, lanjut Enderson, visi NU harus dijalankan di seluruh nusantara secara keseluruhan. “Rapatkan barisan NU untuk menguatkan keislamannya,” tegasnya.

Sementara itu, KH. Agus Sunyoto menjelaskan, leluhur Indonesia berasal dari ras melanesia. Ras ini, lanjut Agus, cirinya berkulit hitam, rambut keriting, hidung besar, mata besar, dan gigi besar. Lebih lanjut Agus menerangkan, setelah ras melanesia, datanglah ras austronesia yang menyebabkan persilangan antara kedua ras tersebut sehingga menciptakan ras austromelanesia. “Yakni orang nusantara berkulit sawo matang seperti sekarang ini,” ungkapnya.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Brawijaya Malang ini juga memaparkan, orang-orang Jawa punya keyakinan bahwa leluhurnya adalah orang kulit hitam. “Oleh karena itu, tokoh-tokoh punakawan, semar dan kawan-kawan dalam pewayangan digambarkan dengan kulitnya yang hitam,” ujarnya. 

Lebih lanjut penulis buku Atlas Wali Songo ini menuturkan, bahwa strategi para wali di nusantara dalam menyebarkan agama Islam ialah dengan menggunakan agama lokal. “Yakni agama Kapitayan yang menjadi keyakinan orang-orang nusantara zaman dulu,” terangnya.

Hadir dalam acara ini, Ketua BP3NU, Dr. KH. Mujib Qulyubi, MH., yang mengaku telah menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga di Papua untuk merekrut putera-putera Papua belajar di STAINU Jakarta. Hadir pula Pembantu Ketua I STAINU Jakarta, Imam Bukhori, M.Pd., Pengurus Pusat Pergunu, H. Akhsan Ustadhi, MH., Ketua Pergunu DKI Jakarta, Aris Adi Laksono, M.M.Pd., dan 50-an mahasiswa Pascasarjana STAINU Jakarta. (Fathoni) 


Editor:

Nasional Terbaru