Pengamat Sebut Koperasi Desa Merah Putih Harus Direncanakan Matang dan Bangun Ekonomi Lokal
Ahad, 13 Juli 2025 | 17:00 WIB
Suci Amaliyah
Penulis
Jakarta, NU Online Jakarta
Pemerintah akan meluncurkan 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih sebagai bagian dari strategi mendorong ekonomi berbasis desa.Â
Pengamat Ekonomi dari Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB University, Jaenal Effendi mengingatkan bahwa keberhasilan koperasi sangat bergantung pada perencanaan yang matang dan pemenuhan prinsip-prinsip dasar koperasi.
Prinsip-prinsip tersebut antara lain mencakup penguatan ekonomi lokal berbasis Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal, serta pemberdayaan SDM secara menyeluruh.Â
"Ketika warga memiliki modal sosial (social capital) yang kuat, mereka dapat membangun ekonomi daerah secara gotong royong —dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka," ujar Jaenal dikutip dari NU Online, Ahad (13/7/2025).
Lebih lanjut, Jaenal menuturkan distribusi kekayaan dan pemanfaatan SDA juga harus adil sehingga tidak diserap oleh lembaga keuangan di luar desa atau daerah tersebut.
"Jika setiap daerah mampu membangun ekonominya sendiri, maka kesejahteraan ekonomi nasional akan tercapai melalui akumulasi kekuatan ekonomi daerah," lanjutnya.
Namun, kata dia, untuk mencapai hal tersebut ada tiga hal mendasar yang menjadi ciri koperasi sukses di berbagai negara. Pertama, welfare impact atau dampak terhadap kesejahteraan anggota. Koperasi harus memiliki peta jalan (roadmap) yang jelas dan terukur agar mampu memberikan dampak positif bagi kesejahteraan anggota dan masyarakat di sekitarnya.
"Harus disusun langkah strategis yang terukur dengan multistage approach agar hal ini bisa terwujud, perlu perencaan yang matang dengan roadmap yang jelas dan terukur," kata dia.
Kedua, outreach, yakni koperasi yang dibentuk pemerintah harus bersifat inklusif dan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Koperasi Desa Merah Putih harus menyusun langkah strategis agar mampu menjangkau masyarakat seluas-luasnya, termasuk menyasar kelompok yang paling membutuhkan (pro poor)," jelasnya.
Ketiga, financial sustainability, yaitu Koperasi Merah Putih harus memiliki perencanaan keuangan yang matang agar dapat menghasilkan keuntungan yang dapat dirasakan oleh para anggotanya.
"Artinya, koperasi desa ini harus memiliki performa keuangan yang positif dan mampu menghasilkan keuntungan agar dapat terus bertahan (sustain) dan berkembang (survive) ke depannya," ujarnya.
Jaenal mengatakan tanpa tiga hal konsep tersebut dan tanpa pemetaan serta perencanaan yang matang maka konsep bagus pembentukan koperasi desa/merah putih sejumlah 80 ribu ini akan sia-sia.
"Tidak menimbulkan dampak apapun untuk mewujudkan added value (penambahan nilai) masyarakat dalam Indonesia Emas di 2045," tandasnya.
Selengkapnya klik di sini
Terpopuler
1
RMINU Jakarta-PAM Jaya Bangun Kerja Sama Penyediaan Air Bersih di Pesantren
2
Sopir Truk Bakal Mogok Kerja Nasional Imbas Aksi ODOL Tak Digubris Pemerintah
3
Ketua Majelis Alumni IPNU Jakarta Dorong Kolaborasi dalam Menghadapi Kota Global
4
Ketua PWNU Jakarta Sebut Orang yang Khidmah di NU Adalah Santri
5
PWNU Jakarta Selesaikan Program Sekolah Nahdliyin Pergerakan Kedua
6
LBM PWNU Jakarta Gelar Bahtsul Masail tentang Problematika Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah
Terkini
Lihat Semua