• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 13 Mei 2024

Nasional

STAINU Jakarta dan UNJ Deklarasi Perguruan Tinggi Antiradikalisme

STAINU Jakarta dan UNJ Deklarasi Perguruan Tinggi Antiradikalisme
Jakarta, NU Online
Persoalan merebaknya paham Islam radikal khususnya di perguruan tinggi menjadi perhatian tersendiri bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) serta lembaga perguruan tinggi lain.

Untuk membangun komitmen menangkal paham radikal, STAINU Jakarta, UNJ, Asosiasi Sekolah Tinggi Islam Se-Indonesia, dan Asosiasi Program Studi Keagamaan Islam mendeklarasikan Perguruan Tinggi Antiradikalisme, Kamis (2/3) di Kampus UNJ.

Ketua STAINU Jakarta Syahrizal Syarif menyatakan, komitmen bersama ini merupakan bentuk membangun toleransi dan harmoni di perguruan tinggi.

“Karena sikap radikal awalnya anti terhadap perbedaan yang ada sehingga membangun toleransi menjadi langkah yang penting,” ujar Syahrizal.

Senada dengan Syahrizal, Wakil Rektor UNJ Ahmad Ridwan menegaskan, budaya saling menghargai harus tumbuh dan mendominasi di kalangan mahasiswa. Sebab itu menurutnya, nilai-nilai toleransi dan harmoni harus tumbuh subur di kampus atau perguruan tinggi.

Deklarasi tersebut juga diiringi dengan kegiatan seminar nasional yang menghadirkan narasumber Cendekiawan NU Zastrouw Al Ngatawi dan Cendekiawan Muhammadiyah Izzatul Mardhiah.

Zastrouw menjelaskan tentang langkah NU yang terus berupaya mengampanyekan Islam Nusantara sebagai inovasi budaya untuk merawat nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan di tengah kemajemukan.

“Islam Nusantara bukan ajaran baru, tapi ini merupakan bagian dari inovasi budaya untuk lebih membumikan Islam Indonesia dengan mengedepankan kearifan lokal, lebih humanis, dan harmonis,” ujar Dosen Pascasarjana STAINU Jakarta itu.

Sementara Izzatul Mardhiah menerangkan tentang dakwah Muhammadiyah yang terus berupaya bersinergi dengan NU untuk membangun Indonesia yang damai tanpa kekerasan agama maupun radikalisme.

“Sesungguhnya Muhammadiyah memiliki nilai yang sama dalam hal sikap toleransi dan harmoni. Hanya saja yang membedakan pola dakwah dan sasaran dakwah yang bebeda. Jika NU kuat pada ranah kultural, maka Muhammadiyah mengisi ruang dakwah pada sasaran kelas menengah dan seterusnya,” terangnya.

Hadir dalam kegiatan tersebut di antaranya, Moh. Zid (Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNJ), Andy Hadi (Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNJ), Rihlah Nur Aulia (Ketua Umum Asosiasi Prodi Keagamaan Indonesia), Ilyas Indra Damarjati (Ketua Umum Asosiasi Sekolah Tinggi Islam Se-Indonesia), dan Imam Bukhori serta Aris Adi Leksono (Wakil Ketua STAINU Jakarta). (Fathoni)


Editor:

Nasional Terbaru