• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Jumat, 29 Maret 2024

Nasional

Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Kawasan Jakarta

Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Kawasan Jakarta
Kendaraan terbuka berkeliling dengan diikuti shalawat.
Kendaraan terbuka berkeliling dengan diikuti shalawat.
Jakarta, NU Online
Khazanah tradisi Nusantara dalam menyambut bulan suci Ramadhan beraneka ragam. Keragaman tradisi ini menunjukkan bahwa ajaran Islam telah  diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat setempat secara turun temurun. Beberapa tradisi yang masih lestari dalam menyambut bulan Ramadhan adalah pawai obor di jalan utama. Penduduk  berkeliling serta mengadakan acara ruwahan.

Seperti yang terjadi pada Ahad (28/4) malam di daerah kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan yang dilakukan pawai obor dengan meriah. Kegiatan tersebut diselenggarakan karang taruna dari berbagai masjid atau Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Pawai dimulai dari ujung jalan Poltangan Raya dengan memutar atau bolak-balik.

Barisan paling depan diisi petugas keamanan yang mengatur arus lalu lintas. Di belakangnya diisi barisan pembawa sejumlah panji bertuliskan Jaya Raya beserta logo, pun demikian dengan Kelurahan Tanjung Barat. Selanjutnya, disusul barisan mobil yang membawa pengeras suara, bendera, rebana dengan pemainnya. Mereka yang berada di atas mobil bak terbuka melantunkan shalawat, seperti ya Hannan ya Mannan, ya Rasulullah, la Ilaha Illallah dan lainnya. Selanjutnya disusul barisan para remaja yang membawa obor berjalan kaki sambil bershalawat. 

Panjang pawai ini bisa mencapai setengah kilo meter diikuti ratusan muda-mudi. Untuk keamanan, petugas membuat batas berupa tali rafia sejak barisan awal di belakang mobil shalawat hingga paling akhir.  Kelap-kelip obor yang jumlahnya mencapai ratusan menambah keindahan acara malam itu.

Sementara di Kelurahan Pejaten Timur, sebelah timur jalan Poltangan Raya, yang masuk wilayah Kecamatan Pasar Minggu, juga diadakan acara menyambut Ramadhan bernama ruwahan. 

"Ruwahan ini bersifat pribadi dan bagi yang mampu atau ada rejeki saja untuk kirim doa kepada arwah leluhur," tutur H Muhammad, sesepuh Kelurahan Pejaten Timur. 

Malam itu ada acara ruwahan di rumah Bapak Medina dengan mengundang tetangga sebelah, termasuk H Muhammad. 

"Selain Yasin dan tahlil, di acara ini biasanya ada qadha puasa, fidyah puasa, dan qadha shalat untuk armarhum dengan memberikan beras dan sembako kepada jamaah yang hadir dan tetangga sebelah," terang sesepuh yang juga Takmir Masjid Nurul Huda Pejaten Timur ini.

"Sifatnya qadha itu tidak menggantikan, tapi menyempurnakan. Seperti punya baju yang robek lalu ditambal sehingga bajunya lebih bagus, " ungkapnya. Selain sembako, tuan rumah juga bersedekah makanan dan minuman dan buah-buahan, lanjutnya. 

Pembawa acara mengutip materi pengajian salah ustadz agar seluruh jamuan dan hidangan yang tersedia dimakan. Dan jika ada sisa, hedaknya dibawa pulang sehingga tidak boleh ada yang tersisa. “Supaya pahanya tidak nyangkut,” katanyayang disambut tawa jamaah. (Sugiarso/Ibnu Nawawi)


Editor:

Nasional Terbaru