Karakter Islami, Fondasi Kehidupan Bermoral di Era Digital
Jumat, 13 Desember 2024 | 19:00 WIB
Dunia semakin berkembang dari masa ke masa. Memasuki dunia yang semakin cepat dengan segala kemajuan teknologi, seseorang dituntut untuk piawai dalam memilah informasi. Salah satu cara menghadapi hal tersebut secara bijaksana adalah dengan memperkuat karakter Islami sebagai pondasi kehidupan bermoral di era digital.
Pada masa lalu, manusia masih hidup secara nomaden dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan berburu dan meramu. Ketika manusia semakin berkembang menjadi lebih baik dan semakin maju, manusia semakin sadar akan kehidupan yang sebenarnya, mereka mulai membutuhkan pengetahuan termasuk di dalamnya teknologi.
Tidak dapat dipungkiri, kemajuan teknologi dengan segala kemudahannya semakin memberikan manfaat untuk manusia, salah satunya efisiensi baik dalam pekerjaan atau proses belajar. Di sisi lain, kemajuan tersebut juga perlu disadari bahwa bisa memberikan dampak negatif di antaranya degradasi karakter.
Mengenal Karakter Islami
Dalam ajaran Islam, istilah karakter dikenal dengan sebutan akhlak. Karakter Islami adalah representasi dari nilai-nilai luhur yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.
Akhlak atau karakter, mencakup sopan santun, tingkah laku, dan budi pekerti yang merupakan wujud nyata dari berbagai pengamalan yang telah dilalui oleh seseorang. Berkenaan dengan karakter Islami, terdapat salah satu Hadis yang berbunyi:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Akhlak mulia mencakup kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, serta kemampuan menjaga hubungan yang harmonis dengan Allah (hablum minallah) dan sesama manusia (hablum minannas). Karakter inilah yang bisa dijadikan pedoman dan pondasi utama bagi seseorang.
Dalam membangun kualitas sumber daya manusia, pembentukan karakter menjadi hal yang sangat penting dan harus diterapkan dengan cara yang tepat. Dewasa ini, pendidikan karakter menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi keberadaannya dalam dunia pendidikan.
Tantangan Moralitas di Era Digital
Kemajuan teknologi memberikan manfaat luar biasa, seperti kemudahan komunikasi dan akses ilmu pengetahuan. Meski begitu, di sisi lain, paparan konten negatif, adiksi media sosial, dan budaya instant gratification dapat mengikis nilai-nilai Islami.
Data dari We Are Social (2022) menunjukkan bahwa rata-rata pengguna di Indonesia menghabiskan 3 jam 41 menit per hari di media sosial. Paparan berlebihan ini, menurut American Psychological Association, berpotensi meningkatkan kecemasan dan depresi, terutama di kalangan generasi muda.
Kemajuan pesat dunia digital ini memberikan tantangan tersendiri bagi pembentukan moralitas Islami di tengah kehidupan masyarakat. Akan tetapi, tantangan ini perlu dihadapi dengan mulai menerapkannya minimal untuk diri sendiri sebagai perisai saat berselancar di dunia digital.
Strategi Membentuk Karakter Islami di Era Digital
Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk membentuk karakter Islami di tengah era digital antara lain:
1. Pendidikan Islami Sejak Dini
Masa kecil adalah periode emas (golden age) dalam perkembangan manusia. Neurosains menyebutkan bahwa 90% persen perkembangan otak terjadi sebelum usia lima tahun. Karena itu, pendidikan karakter Islami sebaiknya dimulai sejak dini, dengan melibatkan keluarga, pendidikan formal, dan masyarakat.
Berkenaan dengan pendidikan sejak usia dini ini, Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Melihat dari Hadis tersebut, orang tua berperan besar dalam membangun karakter Islami anak melalui teladan, pembiasaan ibadah, dan pengajaran nilai-nilai moral. Pendidikan dari lingkung terkecil yaitu keluarga adalah benteng yang tepat untuk memulainya.
2. Memanfaatkan Teknologi untuk Kebaikan
Teknologi dapat menjadi alat yang mendukung pembentukan karakter Islami jika dimanfaatkan dengan bijak. Seseorang dapat memanfaatkan hal ini misalnya dalam penggunaan aplikasi Islami untuk belajar Al-Qur'an, doa harian, ataupun kisah-kisah Nabi. Tak hanya itu, limpahan informasi di dunia digital juga bisa digunakan untuk belajar konten edukasi Islami baik berupa video, audio, ataupun tulisan.
3. Membangun Etika Digital Islami
Di era digital, menjaga etika saat bermedia sosial menjadi hal yang penting. Ini mencakup kebijaksanaan untuk tidak menyebarkan berita palsu, tidak menghina orang lain, dan menjaga sopan santun. Etika digital Islami juga melibatkan kesadaran untuk tidak terpengaruh oleh budaya konsumsi yang berlebihan atau pamer yang kerap merusak nilai ukhuwah.
Era digital memberikan peluang besar untuk meningkatkan pendidikan dan karakter Islami, namun juga membawa ancaman jika tidak dikelola dengan bijak. Dengan pendidikan karakter berbasis Islam, pemanfaatan teknologi yang positif, dan pembiasaan etika Islami, umat Muslim dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mulia dalam akhlak.
Wallahu'alam
Kontributor:
Terra Nurlatipah
Mahasiswi Semester 7 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Terpopuler
1
Pemilik Pesantren di Jaktim Sodomi 7 Santrinya, MWCNU Duren Sawit Siap Bantu Korban
2
Kick Off Harlah Ke-102 NU Digelar Besok di Surabaya
3
Semarak Harlah Ke-102 NU, Muslimat NU Jakarta Gelar Doa Bersama dan Pasang Bendera Serentak
4
Presiden akan Hadiri Kongres XVIII Muslimat NU di Surabaya Februari 2025
5
Kick-off Harlah Ke-102 NU, Gus Yahya: Warisan Muassis NU Perlu Dijaga Generasi Penerus
6
Harlah Ke-102 NU, LDNU Jakarta Gelar Lailatul Ijtima dan Isra Mi'raj Malam Ini
Terkini
Lihat Semua