• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Senin, 29 April 2024

Opini

Tata Cara Pemanfataan Media Sosial dalam Dakwah Islam

Tata Cara Pemanfataan Media Sosial dalam Dakwah Islam
Dakwah media sosial (Foto: Freepik).
Dakwah media sosial (Foto: Freepik).

Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. Ajaran Islam dari zaman Nabi hingga saat ini terus berkembang merata ke seluruh dunia. Khususnya di Indonesia, merupakan salah satu negara yang mayoritas berpegang pada ajaran Islam. Data mencatat bahwa penduduk Muslim Indonesia saat ini mencapai 229,62 juta jiwa atau sekitar 87,2% dari total populasi Indonesia yang berjumlah 269,6 juta jiwa. Jika diproyeksikan ke populasi Muslim dunia yang diperkirakan mencapai 2,2 miliar pada tahun 2030 (23% populasi dunia), penduduk Muslim Indonesia menyumbang sekitar 13,1% dari seluruh umat Muslim di dunia.


Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di Indonesia, hal ini tidak lepas dari peran tokoh pendakwah Islam terdahulu, termasuk Wali Songo yang menyebarkan dakwah Islam di pulau Jawa. Dakwah Islam menjadi kewajiban bagi setiap Muslim, karena Islam sebagai ajaran agama turunannya memerintahkan untuk menyebarkan dakwah agar tersebar merata. Hal ini sesuai dengan makna agama Islam, sebagai ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna agama sebelumnya. Firman Allah SWT dalam QS.Ali Imran ayat 104 menegaskan bahwa seorang Muslim diwajibkan menyeru (mendakwah) tentang Amar Ma'ruf Nahi Munkar, yaitu menegakkan kebenaran dan melarang keburukan.


Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, metode tradisional berdiri di depan dan berceramah dianggap membosankan. Meskipun acara keislaman mengundang penceramah mulai dari tingkat lokal hingga terkenal, masih banyak jamaah yang tidak sepenuhnya mendengarkan, bahkan beberapa sambil bermain game dan menggunakan media sosial di ponsel mereka.


Solusi untuk permasalahan ini adalah melibatkan para pendakwah untuk berkembang dengan memanfaatkan media digital. Ini memungkinkan pendengar dan penonton lebih fokus pada apa yang disampaikan oleh pendakwah. Penggunaan platform media sosial seperti Instagram, YouTube, Telegram, WhatsApp, Facebook, Twitter, TikTok, dan lainnya menjadi sarana efektif untuk berdakwah.


Pemanfaatan media digital menjadikan dakwah Islam lebih menarik untuk ditonton, terutama karena penonton modern lebih suka mendengarkan melalui ponsel daripada hadir langsung di majelis ilmu. Para pendakwah juga perlu beradaptasi dengan digitalisasi, karena perkembangan zaman semakin canggih dan cepat, baik dalam memberikan informasi maupun menerima informasi.


Pandemi COVID-19 yang melanda sejak tahun 2019 hingga tahun 2023 membuat larangan terhadap acara yang mengharuskan berkumpul di satu tempat. Ini mendorong penggunaan media digital, dengan munculnya content creator yang membuat video bermanfaat, seperti membaca Al-Qur'an dengan suara merdu, pembelajaran Islam, sejarah Islam, tutorial membaca Al-Qur'an dengan teknik Tilawah Mujawwad, masak-memasak, serta tutorial membuat dan mengedit video.


Namun, berkembangnya media digital juga membawa sisi negatif seperti konten berjoget, pamer anggota tubuh, pornografi, penjelekan terhadap sesama umat beragama, konten provokatif, lagu-lagu yang tidak bermanfaat, dan sebagainya. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk mengontrol penggunaan media digital agar tidak terjerumus dalam dampak negatifnya.


Orang tua juga diharapkan untuk mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan media digital, sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS.At-Tahrim ayat 6, yang mengajarkan pentingnya menjaga keluarga dari hal-hal yang dapat membawa keburukan. Pemerintah telah berupaya memblokir dan melakukan takedown konten yang dianggap tidak baik, namun luasnya ruang media digital tetap membuka peluang konten negatif diakses oleh berbagai kalangan.


Peran penting para pendakwah terletak pada cara mereka menjadikan konten dakwah lebih menarik dibandingkan konten negatif. Konten dakwah harus menjadi sarana untuk menyadarkan mereka yang terpikat konten negatif bahwa hal tersebut tidak sejalan dengan ajaran Islam.


Tips Konten Kreator Dakwah


Pertama, para kreator dapat mengkreasikan konten yang menarik untuk dipelajari. Karena banyak penonton yang belajar dari apa yang mereka tonton. Sebagai contoh, membuat konten tentang cara membaca Al-Qur’an dengan nada Nahawand. Sang kreator dapat mencontohnya secara perlahan dengan memberikan langkah-langkah membaca, misalnya, "nada yang pertama naik, nada yang kedua datar, nada yang ketiga turun," dan seterusnya.


Kedua, para kreator biasanya membuat konten tentang bershalawat. Dengan bershalawat, para pendengar akan merasa tenang dan dapat berfikir positif. Para kreator dapat membuat video cover sholawat yang diiringi musik yang indah, sehingga dapat menambah rasa tenang dan syahdu dari sholawat tersebut.


Ketiga, para creator biasanya membuat konten tentang sejarah kisah nabi. Dengan menceritakan sejarah kisah nabi, pendengar dapat mengetahui tentang kehidupan para nabi dan orang-orang pada masanya. Para creator dapat membuat video dengan menggunakan animasi, atau dengan menampilkan cuplikan film sejarah dengan didampingi oleh sang kreator yang menjelaskan dengan sederhana dan menarik.


Itulah tiga tips bagi para kreator dakwah yang mungkin baru akan terjun pada media digital. Semoga dengan adanya para kreator dakwah, penyebaran nilai agama Islam dapat merata, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga dapat merata hingga ke seluruh dunia.


Penulis: Muhammad Naufal Farhan, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.


Opini Terbaru