• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Eksistensi Soto Betawi dalam Menghadapi Era Digitalisasi sebagai Kuliner yang Mewarisi Akulturasi

Eksistensi Soto Betawi dalam Menghadapi Era Digitalisasi sebagai Kuliner yang Mewarisi Akulturasi
Soto ada hampir di setiap daerah, karena hal tersebut soto bisa di sebut sebagai simbol solidaritas Nusantara. (Foto: Freepik).
Soto ada hampir di setiap daerah, karena hal tersebut soto bisa di sebut sebagai simbol solidaritas Nusantara. (Foto: Freepik).

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) akulturasi adalah proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan ciri khas kebudayaan masyarakat itu sendiri. Era globalisasi menimbulkan banyaknya perubahan, salah satunya adalah warisan kuliner nusantara. 


Dilansir dari situs resmi Lembaga Kebudayaan Betawi, beberapa etnis yang memengaruhi kuliner Betawi secara signifikan adalah China, India, Arab, Portugis, dan Belanda. Dan soto betawi merupakan akulturasi antara Indonesia dengan India, dengan beberapa komponen makanan yang masuk di dalamnya. Dalam era globalisasi ini yang dengan mudah mengandalkan teknologi, Indonesia masih punya cita rasa yang tidak dapat di ganti, sekalipun dengan teknologi yang canggih. 


Soto Betawi merupakan soto khas Jakarta yang terdiri dari campuran daging dan jeroan sapi serta kuah santan kental sehingga menghasilkan cita rasa yang gurih dan nikmat. Karena kenikmatan dan cita rasanya yang begitu khas, menjadikan kuliner di Indonesia seperti soto betawi ini tetap eksis di era gencarnya makanan luar negeri yang masuk di Indonesia.


Dengan berbagai penampilan dan rasa yang lebih modern, namun jika di lihat sekilas mata penampilan itu penting, tapi jika di lihat lebih dalam tentang cita rasa, maka tidak ada duanya dengan kuliner yang ada di nusantara. 


Sebuah tangan tidak akan dengan mudah tergantikan oleh tangan orang lain, begitu pun dengan makanan, resep bisa saja sama, tapi tetap saja rasanya akan berbeda, karena setiap orang pasti memiliki ciri khas sendiri untuk memberikan kenikmatan yang istimewa di setiap makanan yang mereka hidangkan.


Kuliner dari DKI Jakarta ini merupakan contoh mendasar tentang kesinambungan antara makanan dengan budaya di Indonesia, tujuan setiap makanan tidak hanya untuk di habiskan, tapi lihatlah lebih mendasar sejarah makanan tersebut yang masih berkesinambungan dengan budaya yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Semangkuk soto, makanan yang sering kita jumpai dengan berbagai embel-embel nama daerah di belakang nama kulinernya. 


Soto ada hampir di setiap daerah, karena hal tersebut soto bisa di sebut sebagai simbol solidaritas Nusantara, Nama soto tidak hanya menunjukkan perbedaan dalam segi nama dan dari mana ia berasal. Lebih dari itu nama soto menunjukkan keunikan cita rasa di suatu daerah itu tersendiri. 


Keanekaragaman soto yang dimiliki masyarakat sesungguhnya menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya di Nusantara. Sebab, soto adalah bagian dari warisan kuliner Nusantara, bahkan ada yang menyebutnya solidaritas dalam mangkok. Yaitu suatu kesatuan yang menjadi satu karena sebuah makanan. 


Di sini saya berharap, di era apa pun nantinya, eksistensi kemajemukan kuliner nusantara akan terus di jaga dan dilestarikan, terutama semangkuk soto yang sudah melegendaris dan menjadi simbol solidaritas Nusantara, mari sama-sama pertahankan cita rasa kuliner nusantara kita dalam semangkuk soto penuh sejarah khas DKI Jakarta. 


Penulis: Siswi SMA Wahid Hasyim Model, Ardini Dhaniah Arum.
Editor: Haekal Attar


Opini Terbaru