Jakarta Raya

Pengamat Politik Sebut Fenomena Pemilih Bimbang Jadi Tantangan di Pilkada Jakarta 2024

Jumat, 1 November 2024 | 10:30 WIB

Pengamat Politik Sebut Fenomena Pemilih Bimbang Jadi Tantangan di Pilkada Jakarta 2024

Ilustrasi Cagub Cawagub pada Pilkada Jakarta 2024. (Foto: dok. NU Online Jakarta)

Jakarta, NU Online Jakarta

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 semakin dekat, tetapi hingga saat ini elektabilitas para calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) masih dihadapkan pada tantangan tingginya pemilih bimbang. 

 

Berdasarkan survei terbaru yang dirilis oleh Parameter Politik Indonesia (PPI), sebanyak 42,6% pemilih Jakarta belum menentukan pilihan mereka. Angka ini mencakup pemilih tidak loyal (32,7%) dan pemilih undecided atau yang belum memilih (9,9%), yang masih bisa berpihak pada calon mana pun. Hal ini menunjukkan bahwa hasil Pilkada Jakarta masih jauh dari kata final.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Direktur PPI Adi Prayitno mengatakan fenomena pemilih bimbang ini menunjukkan bahwa para kandidat perlu terus meyakinkan masyarakat dalam masa kampanye yang tersisa. 


“Jika 32,7% pemilih tidak loyal digabung dengan pemilih undecided 9,9%, secara total ada 42,6% pemilih mengambang yang masih bisa melabuhkan pilihan mereka ke calon mana pun. Sehingga Pilkada Jakarta masih jauh dari kata selesai,” ujar Adi dalam rilis surveinya, Selasa (29/10/2024).

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Pengamat Politik Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi mengungkapkan bahwa kondisi pemilih yang masih bimbang mencerminkan persoalan demokrasi di Jakarta. Robi menyoroti bahwa sistem politik yang ada memberikan otoritas pada partai untuk menentukan calon, tetapi seharusnya calon tersebut memiliki keterwakilan aspirasi rakyat, bukan hanya memenuhi kepentingan elite politik.


“Artinya, dalam formasi dua calon kuat ini, seperti pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang memiliki posisi potensial, publik harus yakin bahwa pilihan ini bukan semata-mata karena pertimbangan elit. Masyarakat perlu merasa terwakili dengan calon yang maju,” ujarnya kepada NU Online Jakarta, Jumat (1/11/2024).

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Ia menambahkan bahwa demi legitimasi politik yang kuat, masyarakat perlu memilih calon yang memiliki kedekatan aspirasi dengan harapan Jakarta ke depan. 

 

“Kalau saran saya, pilihlah calon yang punya kedekatan dengan apa yang kita mau dari Jakarta ini. Kita perlu melihat sejauh mana calon pemimpin ini dapat memenuhi janji yang disampaikan, apakah mereka memiliki kapasitas dan kompetensi untuk mewujudkannya,” kata Robi yang juga Sekretaris Lembaga Kajian dan Penegmbangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Jakarta.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Survei juga menunjukkan perbedaan tingkat loyalitas pemilih terhadap pasangan calon yang maju dalam Pilkada Jakarta 2024. Pasangan calon Ridwan Kamil-Suswono memiliki persentase pemilih loyal terbesar di angka 29,3%, disusul oleh pasangan Pramono Anung-Rano Karno dengan 25,7%. Pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardhana berada di urutan paling bawah dengan 2,4% pemilih loyal.


Perbedaan angka pemilih loyal ini, menurut Robi, menunjukkan bahwa persaingan akan terfokus antara dua pasangan calon, yaitu Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono Anung-Rano Karno. 


“Saya rasa akan sulit untuk salah satu dari tiga calon ini meraih persentase kemenangan besar karena masih banyak pemilih yang bimbang. Ini menunjukkan bahwa kita perlu terus menguatkan demokrasi di Jakarta agar pemilih mendapatkan calon yang benar-benar mereka inginkan,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

ADVERTISEMENT BY ANYMIND