Nasional

Fenomena Doom Spending di Kalangan Gen Z, Begini Kata Pengamat

Jumat, 11 Oktober 2024 | 16:00 WIB

Fenomena Doom Spending di Kalangan Gen Z, Begini Kata Pengamat

Ilustrasi doom spending. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online Jakarta

Fenomena doom spending atau perilaku belanja impulsif akibat stres semakin marak di kalangan generasi Z (Gen Z), memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap kesehatan finansial jangka panjang. Pengamat Ekonomi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Siti Khomsatun menyoroti risiko dan dampak potensial berupa ancaman bagi kesehatan finansial jangka panjang.


"Doom spending marak diperbincangkan mengingat banyak gen millennial dan gen z terjebak atas nama 'self-reward' yang keliru," ujar Khomsatun kepada NU Online Jakarta, Jumat (11/10/2024) sore. 

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Menurut Khomsatun, dampak doom spending sangat mengkhawatirkan. Ia menjelaskan bahwa kebiasaan ini dapat menghasilkan 'stres baru', terutama jika pengeluaran tidak direncanakan dengan baik.


"Jika tidak segera dikendalikan, kebiasaan ini akan berdampak buruk bagi kaum muda, khususnya zillenial. Turunan dari doom spending menyebabkan kaum muda tidak bisa merencanakan keuangan dengan baik dan perilaku ekonomi yang buruk," jelasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Lebih lanjut, Khomsatun menekankan dampak potensial terhadap tabungan dan investasi masa depan Gen Z.


"Generasi doom spending akan sulit untuk menabung dan berinvestasi. Kurangnya tabungan dan investasi akan membuat generasi Z sulit untuk memenuhi kebutuhan primer yang penting seperti kepemilikan rumah yang layak dan nyaman," paparnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Untuk mengatasi kecenderungan doom spending, Khomsatun menyarankan beberapa strategi pengelolaan keuangan, pertama, menyadari kondisi psikologi finansial diri sendiri dan memiliki niat kuat untuk mengurangi doom spending.

 

Kedua, lanjut Khomsatun, yaitu melakukan perencanaan keuangan yang bijak dan melakukan pencatatan pengeluaran secara rutin.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


"Pencatatan pengeluaran membantu evaluasi pengeluaran selama satu periode dan dapat mengendalikan keinginan belanja yang sudah di luar batas," tegas Khomsatun.

 

Sementara itu, Psikolog dari Unusia Maryam Alatas menambahkan bahwa perilaku konsumtif tidak hanya terbatas pada Gen Z. Ia juga meminta masyarakat umum juga perlu mengatur perilaku konsumtif dengan mengelola finansial dengan baik.


 "Saya rasa terkait perilaku konsumtif tidak hanya ada pada gen z, tapi rata-rata orang Indonesia itu konsumtif. Jualan apa saja di Indonesia itu gampang lakunya," ujarnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Maryam juga menyoroti bahwa belanja sering menjadi cara seseorang untuk mencari kesenangan atau pengalihan dari frustrasi dan stres yang dialami.


"Fenomena doom spending ini menunjukkan perlunya edukasi finansial yang lebih baik bagi generasi muda," tutupnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND