Jakarta Utara

Lewat Film Lyora, GP Ansor Jakut Ajak Masyarakat Bangun Empati Pejuang Garis Dua

Sabtu, 9 Agustus 2025 | 08:30 WIB

Lewat Film Lyora, GP Ansor Jakut Ajak Masyarakat Bangun Empati Pejuang Garis Dua

Poster resmi film drama ‘Lyora: Penantian Buah Hati’ yang mengusung kisah nyata Meutya Hafidz. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop mulai 7 Agustus 2025 mendatang. (Foto: Instagram/filmlyora).

Jakarta Utara, NU Online Jakarta

Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Jakarta Utara mengadakan nonton bareng (Nobar) film Lyora sebagai bentuk dukungan moral dan edukasi kepada masyarakat tentang isu infertilitas, sekaligus mendorong lahirnya empati sosial. 

 

Film Lyora hadir sebagai karya yang merangkul erat para pejuang garis dua- sebutan bagi pasangan yang sedang berjuang memperoleh keturunan. Dalam cerita yang menyentuh hati, Lyora menyampaikan sejumlah pesan penting.

 

"Pertama, Infertilitas bukan lah aib, melainkan penyakit. Karena penyakit dapat diupayakan solusinya, maka perlu mencari perawatan dan dukungan medis," ujar Panitia Penyelenggara Sufyan Hadi dalam keterangan tertulis diterima NU Online Jakarta, Sabtu (9/8/2025).

 

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat 1 dari 6 orang di dunia mengalami masalah infertilitas. Infertilitas tidak hanya dialami perempuan. Laki-laki juga dapat mengalaminya, sehingga stigma dan penghakiman kepada perempuan mandul harus dihentikan. 

 

"Kasusnya merata, baik di kota maupun desa, dan dialami semua lapisan ekonomi," ujar Sufyan.

 

Oleh karena itu, perlu dukungan kebijakan publik. Pemerintah diharapkan memberi perhatian lebih, seperti menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan reproduksi melalui BPJS.

 

Selalu ada harapan. Setiap perjuangan layak diiringi keyakinan dan doa bahwa jalan keluar akan ditemukan.

 

"Melalui nobar ini, kami tidak hanya mengajak masyarakat menikmati film, tetapi juga memahami bahwa infertilitas adalah isu kemanusiaan yang membutuhkan empati dan dukungan bersama,”ujar Sufyan.

 

"Ansor Jakarta Utara berharap kegiatan ini menjadi titik awal lahirnya kesadaran kolektif untuk mendukung pejuang garis dua, menghapus diskriminasi, dan mendorong kebijakan yang berpihak pada kesehatan reproduksi rakyat Indonesia," pungkasnya.