Jakarta, NU Online Jakarta 

Rebo Wekasan, atau Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah, dikenal sebagai tradisi sebagian masyarakat Indonesia untuk memohon keselamatan dan menolak bala. Tradisi ini berakar dari perpaduan budaya Jawa dan ajaran Islam yang diyakini mampu menghindarkan marabahaya.

 

Pada hari tersebut, masyarakat melaksanakan sejumlah ritual keagamaan dengan tujuan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

 

Dikutip dari NU Online Jawa Timur, amalan Rebo Wekasan dapat dilakukan dengan niat yang baik dan benar. Amalan tersebut bukan karena meyakini hari Rabu atau bulan Safar membawa kesialan, melainkan sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

 

Imam Abdurrauf Al-Munawiy dalam kitab *Faidh Al-Qodir* menuliskan:

 

وَيَجُوْزُ كَوْنُ ذِكْرِ الْأَرْبِعَاءِ نَحْسٌ عَلَى طَرِيْقِ التَّخْوِيْفِ وَالتَّحْذِيْرِ أَيِ احْذَرُوْا ذَلِكَ الْيَوْمَ لِمَا نَزَلَ فِيْهِ مِنَ الْعَذَابِ وَكَانَ فِيْهِ مِنَ الْهَلَاكِ وَجَدِّدُوْا للهِ تَوْبَةً خَوْفًا أَنْ يَلْحَقَكُمْ فِيْهِ بُؤْسٌ كَمَا وَقَعَ لِمَنْ قَبْلَكُمْ

 

Ia menjelaskan, “Diperbolehkan menyebut hari Rabu sebagai ‘hari sial’ dengan tujuan untuk menakut-nakuti dan memperingatkan. Artinya, waspadalah terhadap hari tersebut karena telah turun azab dan kehancuran di dalamnya. Perbaiki taubat kepada Allah, agar tidak menimpamu petaka seperti yang menimpa orang-orang sebelummu.”

 

Terdapat tiga amalan yang dianjurkan saat memasuki Rebo Wekasan. Pertama, berdoa kepada Allah. Dalam hadis disebutkan bahwa doa di bulan Safar akan dikabulkan, sehingga umat muslim dianjurkan memperbanyak doa pada waktu tersebut.

 

Kedua, memohon istigfar. Umat muslim diperintahkan untuk senantiasa memohon ampun atas dosa yang telah diperbuat, mengingat manusia tidak luput dari kesalahan.

 

Ketiga, membaca Al-Quran. Kitab suci ini diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW sekaligus pedoman hidup umat muslim, sehingga memberikan banyak manfaat bagi pembacanya.