Jakarta Raya

Guru Beda Pilihan Politik dengan Murid, Ini Kata Pimpinan Pesantren Asshiddiqiyyah 7

Rabu, 7 Februari 2024 | 13:45 WIB

Guru Beda Pilihan Politik dengan Murid, Ini Kata Pimpinan Pesantren Asshiddiqiyyah 7

Pimpinan Pesantren Asshiddiqiyyah 7 KH Ahmad Yazid Fattah. Foto: (NU Online).

Jakarta Timur, NU Online Jakarta

Pimpinan Pesantren Asshiddiqiyyah 7 KH Ahmad Yazid Fattah menanggapi permasalahan terkait perbedaan politik antara guru dengan murid. Dirinya berpendapat bahwa perbedaan pilihanpolitik adalah hal yang wajar karena setiap manusia punya ijtihad-nya (Usaha) sendiri-sendiri dalam menetukan calon kepala negara.


Hal itu dikatakannya saat forum musyawarah keagamaan atau bahtsul masail yang diadakan oleh Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM PCNU) Jakarta Timur (Jaktim) dikediaman KH M Chozin Machmud, Jalan Komplek Porli, Ciracas, Jakarta Timur, Ahad (4/2/2024) lalu.


”Pada dasarnya kita harus menghargai seorang pemimpin baik tokoh masyarakat dan sebagainya. Oleh karena itu, bentuk salah satu ta’dzim dan ihtirom seorang murid. Sebenarnya, tugas seorang tokoh masyarakat itu mengajak dan memilih sosok pemimpin yang terbaik,” kata Kiai Yazid.


Kiai Yazid menerangkan bahwa pada prinsipnya, seorang murid harus taat dan patuh akan perintah guru sepanjang perintahnya berisi kemaslahatan dan kebaikan. Namun terkadang dalam kontestasi pemilu, seorang guru memiliki pilihan calon yang berbeda. 


"Hal ini disebabkan karena sang guru punya ijtihad pertimbangan sisi kemaslahatan yang berbeda dengan ijtihad murid. Pada keadaan demikian, murid boleh berbeda dengan gurunya. Namun hendaknya tetap menjaga etika dan adab," jelasnya.


Lebih dari itu, Kiai Yazid menyampaikan bahwa seorang tokoh masyarakat diperbolehkan dan dianjurkan untuk memberikan nasehat dan ajakan kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam pemilu. Serta memberikan pencerahan agar memilih calon pemimpin yang berprilaku baik, berkarakter terpuji, memiliki kredibilitas dan kecakapan yang mumpuni, serta mampu menjalankan tugas amanat negara.


Terkait pendapatnya di atas, Kiai Yazid mengatakan hal itu bersumber dalam Tafsir Al-Kashaf dalam surat An-Nahl ayat 125 terkait etika berdebat yang memiliki arti 'serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah  dan pengajaran yang baik'. Kiai Ahmad Yazid menceritakan turun nya ayat ini setelah kejadian peristiwa yang menceritakan tentang wafat nya paman nabi yang terbunuh di Perang Uhud akhirnya nabi menyampaikan dakwah kepada umatnya. 


Senada dengan itu, Ketua Tanfidhiyyah PCNU Jakarta Timur Gus Azaz Rulyaqien mengatakan pengurus NU yang berada di Jakarta patutnya untuk mencoba netral di dalam kelembagaan. Sehingga nantinya tidak menjadikan NU sebagai bahan untuk menarik suara.


"Bahwa Pemilu ini ajang 5 tahunan sekali. Oleh karna itu, Saya mengingatkan bahwa tugas kita silahkan berbeda pendapat. Namun harus menjaga kerukunan dan kedamaian," terangnya.  


Kontributor: Nyimas Zulfa Lisami
Editor: Haekal Attar