• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 2 Mei 2024

Literatur

Tipe-Tipe Murid saat Belajar

Tipe-Tipe Murid saat Belajar
Adanya perbedaan gaya belajar pada setiap individu, membuat pendidik harus memahami tipologi pembelajar peserta didik. (Foto: NU Online Jakarta/Novia Fitri Zahroh).
Adanya perbedaan gaya belajar pada setiap individu, membuat pendidik harus memahami tipologi pembelajar peserta didik. (Foto: NU Online Jakarta/Novia Fitri Zahroh).

Pendidikan adalah usaha setiap individu untuk meraih ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan tentunya ada pendidik dan juga murid (peserta didik). Peserta didik terdiri dari beberapa individu dengan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan individu inilah dapat diperlihatkan baik fisik maupun non fisik, yang menyebabkan seseorang mempunyai kepribadian atau sifat yang berbeda-beda. Tentunya sebagai pendidik harus mempelajari akan tipologi pembelajaran dari masing-masing peserta didik. 


Pendidikan adalah upaya dasar terencana untuk mewujudkan lingkungan belajar dan juga proses pembelajaran. Pendidikan memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, pengembangan akhlak, dan juga keterampilan yang dimiliki peserta didik perlu dikembangkan agar menjadi lebih baik. 


Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan, karya Munir Yusuf 2019, mengatakan bahwa pengertian pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu decure, yang artinya “menuntun, mengarahkan, atau memimpin”. Adapun pengertian pendidikan secara istilah yaitu usaha sistematis yang bertujuan agar setiap manusia mencapai satu tahapan tertentu di dalam kehidupannya, yaitu tercapainya kebahagian lahir dan batin. 


Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam buku Ilmu Pendidikan, karya Alisuf Sabri (1999), mengatakkan bahwa pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dan mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah belajar dan mengembangkan potensi yang ada pada diri agar menjadi lebih baik dalam hal kecerdasan, pengetahuan, dan kepribadian.


Dalam pendidikan, terdapat tipologi pendidikan yang membahas akan tipe-tipe belajar peserta didik. Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengklasifikasian berdasarkan jenis atau tipenya. Tipologi merupakan pengelompokan berdasarkan ciri-ciri dan juga jenis-jenisnya. Terdapat tipologi yang mempelajari mengenai gaya belajar peserta didik. Adanya perbedaan gaya belajar pada setiap individu, membuat pendidik harus memahami tipologi pembelajar peserta didik untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan juga efektif. 


Usaha-usaha untuk memahami dan menyingkap perilaku dan kepribadian manusia antara lain menghasilkan pengetahuan yang disebut tipologi. Menurut Rustam dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mendefinisikan tipologi sebagai pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakterisik fisik, psikis, pengaruh dominan nilai-nilai budaya, dan lain-lain.


Terdapat beberapa tipologi gaya belajar peserta didik yang terbagi menjadi enam tipe, yaitu: 


1.Gaya belajar auditori (pendengaran)
Peserta didik dengan gaya belajar auditori (pendengar) melakukan proses kegiatan menghafal dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan oleh para pendidik. Peserta didik dengan tipe belajar auditori lebih menerapkan pembelajaran dengan cara mendengarkan dibandingkan dengan membaca buku. Adapun kekurangan dari peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditori yaitu peserta didik sering lupa apa yang telah dijelaskan oleh guru, mereka juga sering lupa dalam membuat tugas yang diintruksikan oleh guru secara lisan, dan juga meraka kesulitan mengekspresikan apa yang dipikirkan oleh dirinya sendiri.


2.Gaya belajar visual (Penglihatan)
Peserta didik dengan gaya belajar visual (penglihatan) lebih mudah dalam mengingat dengan cara melihat apa yang sedang ia pelajari. Peserta didik dengan gaya belajar visual cenderung menerapkan pembelajarn dengan membaca dan tidak terganggu oleh suara ribut saat belajar. Peserta didik dengan gaya belajar visul juga lebih menemendemonstrasikan sesuatu dari pada menjelaskan. Peserta didik dengan gaya belajar visual juga tertarik pada seni lukis, pahat, gambar daripada seni musik. Adapun kekurangan dari peserta didik dengan gaya belajar visual yaitu peserta didik terlambat menyalin pelajaran di papan tulis dan tulisan tangannya berantakan sehingga tak terbaca.


3.Gaya belajar kinestetik (gerak)
Peserta didik dengan gaya belajar kinesteteik (gerak) dalam proses kegiatn belajar erat kaitannya dengan proses belajar yang membutuhkan banyak gerak, semisal pelajaran olahraga dan percobaan-percobaan sains. Peserta didik dengan gaya belajar kinestetik lebih banyak menggunakan bahasa tubuh dalam proses belajar. Saat membaca, peserta didik dengan gaya belajar kinestetik melakukan gerakan menunjuk kata-kata yang ada di dalam buku dengan telunjukknya. Peserta didik juga saat menghafal sesuatu biasanya dengan berjalan atau melihat langsung agar lebih mudah saat menghafal sesuatu. 


Peserta didik dengan gaya belajar auditori banyak melakukan gerak fisik dan punya perkembangan otot yang baik. Adapun kekurangan peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori yaitu anak peserta didik cenderung tidak bisa diam saat belajar. Anak dengan gaya belajar seperti ini tidak bisa belajar di sekolah-sekolah yang bergaya konvensional di mana guru menjelaskan dan anak duduk diam. Anak akan lebih cocok dan berkembang bila di sekolah dengan sistem belajar active learning di mana anak banyak terlibat dalam proses belajar.


4.Gaya belajar taktil (lebih mudah belajar melalui perabaan)
Taktil  adalah perasaan atau perubahan. Siswa taktil adalah siswa yang mengandalkan perolehan hasil belajar/mengajar melalui sarana sentuhan seperti tangan dan kulit atau bagian luar tubuh. Karena indra perabanya, siswa tipe ini sangat mampu mempraktikkan hasil latihan/pengajarannya, seperti disuruh menata mushala, memetik buah busuk, padahal tidak dilakukannya. Jika mereka tidak melihatnya, mereka langsung mengetahui benda yang disentuhnya. Siswa tipe ini belajar dengan cara berlatih langsung dengan tangannya, karena dengan menyentuh tangannya ia mengenali benda yang disentuhnya.


5.Gaya belajar olfaktoris (lebih mudah belajar melalui penciuman)
Siswa yang bertipe olfaktoris yaitu siswa yang mudah mengikuti pelajaran dengan menggunakan alat inderanya yaitu alat penciuman. Apabila ada materi pelajaran yang menggunakan penciuman seperti bau air atau cairan ia sangat bereaksi dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak bertipe demikian. Siswa yang bertipe olfaktoris ini akan lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan. 


Siswa yang demikian lebih mudah belajar dengan hal-hal yang berhubungan dengan bau-bauan seperti mengetahui makanan yang sudah basi dan sebagainya. Cara belajar siswa yang bertipe seperti ini adalah mencium segala sesuatu yang ada disekitarnya walaupun tidak melihat secara langsung karena alat inderanya yang paling berfungsi adalah hidung. 


6.Gaya belajar gustative (lebih mudah belajar melalui kemampuan mencicipi)
Siswa yang memiliki tipe gustative (kemampuan mencicipi) adalah siswa yang dalam belajarnya mengandalkan kecakapan lidahnya. Siswa yang yang memiliki tipe  ini akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indera kecapnya untuk mengetahui berbagai rasa asam, manis, pahit, dan sebagainya. Dalam berwudhu misalnya, siswa yang bertipe ini akan mengetahui kalau air sudah berubah rasa sehingga diragukan kesuciannya. Cara belajar siswa yang bertipe seperti ini adalah dengan mencicipi karena alat inderanya yang paling berfungsi dalam belajarnya adalah lidahnya.


Penulis: Novia Fitri Zahroh, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Literatur Terbaru