Jakarta Raya

Ketua PWNU Jakarta Minta Pengurus Pahami Hak dan Kewajibannya dalam Berpolitik

Ahad, 6 Oktober 2024 | 16:00 WIB

Ketua PWNU Jakarta Minta Pengurus Pahami Hak dan Kewajibannya dalam Berpolitik

KH Samsul Maarif dalam acara Muskercab III yang digelar PCNU Kota Jakarta Utara di Aula PPPIJ, Koja, Jakarta Utara pada Ahad (6/10/2024). (Foto: dok. PCNU Jakarta Utara)

Jakarta, NU Online Jakarta

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif meminta pengurus NU untuk memahami hak dan kewajiban dalam berpolitik. Menurutnya, pengurus NU harus bisa membedakan hak sebagai pengurus dan hak sebagai individu atau pribadi.


Hal tersebut disampaikan dalam acara Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) III yang digelar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Jakarta Utara di Aula Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ), Koja, Jakarta Utara pada Ahad (6/10/2024). 


"Pengurus harus mengetahui hak-hak sebagai pengurus mana hak-hak sebagai pribadi. Tidak boleh misalnya pengurus merangkap sebagai tim sukses. Tetapi dia juga punya hak pribadi sebagai warga negara untuk memilih dan mengajak teman-temannya," ujarnya. 


Kiai Samsul menekankan hak pengurus sebagai pribadi harus berkomitmen untuk tidak mengatasnamakan NU dalam persoalan dukung-mendukung di ranah politik. Menurutnya, pengurus NU itu harus mengetahui mengenai mukallaf (beban) tugas kerjanya sebagai pengurus. 


"Pengurus itu punya beban, kalau tidak mau punya beban jangan jadi pengurus NU jangan malah jadi urusan (beban)," ucapnya. 


Kiai Samsul berharap melalui muskercab pengurus NU harus memiliki program kerja yang terukur dan tidak memberatkan. Ia juga mendorong seluruh program yang dirumuskan harus memiliki peningkatan. 


"Peningkatan itu sebagai pengurus harus mempunyai perangkat-perangkat yang tadrij (bertahap). Artinya ketika sudah melangkah, hari ini melangkah lebih tinggi lagi," tuturnya. 


Kiai Samsul menerangkan sebuah organisasi harus memiliki prinsip yang mengarah kepada perubahan. Perubahan dicapai dengan adanya sebuah harakah (pergerakan). Selain itu prinsip dalam berorganisasi itu harus memudahkan dan tidak menyulitkan orang lain. 


"Jadi prinsip kita adalah ber-NU ini tidak menyulitkan diri sendiri dan orang lain. Jangan yang susah-susah," katanya. 


Dengan demikian, Kiai Samsul berharap NU harus menjadi panutan dalam berpolitik. Pengurus NU harus memberikan pandangan-pandangan politik yang baik dan benar kepada masyarakat. 


"Insyaallah kita semua akan mendapatkan keberkahan dari Allah," pungkasnya.