Ketua PWNU Jakarta Sebut Profesi Jurnalis Sama Mulianya dengan Tugas Kiai
Ahad, 22 Juni 2025 | 16:00 WIB

Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif saat memberikan sambutan dalam acara Kelas Pelatihan Jurnalis NU di kantor PWNU DKI Jakarta, Ahad (22/6/2025). (Foto: NU Online Jakarta/Ambar)
Riski Ambarwati
Fotografer
Jakarta Timur, NU Online Jakarta
Profesi jurnalis dinilai memiliki tugas yang sama mulianya dengan tugas seorang kiai dalam membangun bangsa. Pandangan ini disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif dalam acara Kelas Pelatihan Jurnalis NU di kantor PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya No. 112, Matraman, Jakarta Timur, Ahad (22/6/2025).
Kiai Samsul Ma'arif menjelaskan bahwa jurnalis memiliki keunggulan karena memiliki tiga kemampuan sekaligus yaitu membaca, menulis, dan mengamati. Ketiga kemampuan tersebut dinilai menjadikan jurnalis memiliki martabat yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari mubaligh yang hanya mengandalkan kemampuan berbicara.
"Karena jurnalis itu orang yang paling pinter. Tidak ada orang yang lebih pinter daripada jurnalis. Kenapa paling pinter? Dia membaca, dia menulis, dia mengamati," ujarnya saat memberikan sambutan.
Kiai Samsul menyebut bahwa hampir semua tokoh besar di Indonesia pernah menjadi jurnalis. Ia mencontohkan beberapa ulama besar seperti Gus Dur, Mustafa Bisri (Gus Mus), dan Mahbub Junaidi yang memiliki latar belakang sebagai jurnalis sebelum menjadi tokoh berpengaruh.
"Semua orang hebat itu rata-rata masa mudanya adalah jurnalis. Hampir semua, tokoh-tokoh besar. Gus Dur misalnya jurnalis. Mustafa Bisri, Kiai Gusmus jurnalis. Mahbub Junaidi, jurnalis," jelasnya.Â
Ia juga menegaskan bahwa martabat jurnalis jauh lebih tinggi daripada mubaligh karena jurnalis tidak hanya berbicara tetapi juga menulis dan mengamati. Ia menjelaskan bahwa mubaligh seringkali hanya mengandalkan kemampuan berceramah tanpa menulis karya.
"Jadi Anda jauh lebih tinggi martabatnya daripada mubaligh. Cuman kadang-kadang, karena mubaligh itu sering dapat amplop, orang banyak memilih jadi mubaligh. Tidak banyak yang memilih jadi jurnalis," ujarnya.Â
Lebih lanjut, Kiai Samsul menekankan bahwa masa depan bangsa sangat bergantung pada apa yang ditulis oleh para jurnalis. Ia mengingatkan pentingnya menggunakan media dan teknologi untuk hal-hal positif guna memajukan bangsa dan negara.
"Bangsa ini mau baik, apa tidak tergantung apa yang Anda tulis nanti. Kalau laptop Anda kalian gunakan untuk hal-hal negatif, maka bangsa negara menjadi rusak. Jadi kalau laptop Anda, HP Anda digunakan hal-hal yang positif, maka bangsa negara kita akan menjadi maju Insya Allah," tegasnya.
Terpopuler
1
PWNU Jakarta: Budaya Betawi Harus Jadi Akar Jakarta Menuju Kota Masa Depan
2
Ketua PWNU Jakarta Sebut Instruktur NU Harus Bertindak Nyata, Bukan Sekadar Nama
3
HUT Ke-498 Jakarta, Ribuan Perusahaan Ramaikan Jakarta Fair Kemayoran 2025
4
MUI Jakarta Gelar Mukerda Bahas Pelestarian Islam Lokal di Tengah Modernisasi Kota
5
MUI Jakarta Rekomendasikan Standar Air Suci untuk Warga Muslim
6
Khutbah Jumat: Palestina, Simbol Keteguhan Iman dan Persatuan Umat Islam
Terkini
Lihat Semua