Jakarta Raya

Pengasuh Pesantren Al-Hikam Sebut Kehidupan Sejati Tuntut Pengorbanan dan Kesabaran

Sabtu, 2 November 2024 | 12:32 WIB

Pengasuh Pesantren Al-Hikam Sebut Kehidupan Sejati Tuntut Pengorbanan dan Kesabaran

Gus Yusron saat menyampaikan nasehat di hadapan para santri Al-Hikam Depok, Kamis (31/10/2024). (Foto: NU Online Jakarta/Agus)

Depok, NU Online Jakarta
Pengasuh Pesantren Al-Hikam Depok KH Yusron Shidqi menyebut kehidupan yang sejati justru menuntut pengorbanan serta kesabaran. Oleh karena itu, kesulitan adalah sebuah keharusan dari perjalanan seorang santri.


Hal tersebut ia sampaikan dalam k kegiatan rutinan bulanan Pesantren Al-Hikam yaitu Tanbih Am di Masjid Al-Hikam, Depok pada Kamis (31/10/2024).


"Hidup yang normal adalah hidup yang penuh susah. Normalnya hidup itu berkeluh kesah. Kalau kamu tidak galau, maka hidup itu tidak normal," ujarnya.


Gus Yusron, sapaan akrabnya mengatakan kehidupan yang normal adalah kehidupan penuh tantangan dan ujian.


“Orang yang hidupnya normal itu betah di pondok," ucapnya.


Gus Yusron mengajak seluruh komponen Pesantren Al-Hikam untuk merefleksikan kembali tujuan pesantren dan para santri.


"Di penghujung bulan ini (Oktober), untuk mereorentasi kembali tujuan kita, sehingga apa yang menjadi cita-cita awal ketika mondok, tidak bergerak dari cita-cita yang kita impikan bersama," tutur Gus Yusron.


Terkait dengan makna sulitnya hidup, Gus Yusron mengutip dalam Al-Qur'an pada surah Al-Balad ayat 4 yang menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia berada dalam susah payah.


Selain itu, Gus Yusron juga mengajak para santri untuk berterima kasih kepada dirinya masing-masing, karena sudah bertahan di pesantren sampai saat ini.


"Tolong apresiasi dirimu sendiri, karena kamu bisa kuat bertahan di pondok ini," ungkap Gus Yusron yang juga putra bungsu KH Hasyim Muzadi itu.


Sebab, menurut Gus Yusron, kalau kegiatan yang dilakukan di pesantren semuanya dicatat, terkadang diri sendiri pun heran mengapa bisa melakukan semuanya. 


Tentu sebagai santri, ia meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika menyandarkan hidup kepada Sang Maha Kuasa.


"Jika anda sesekali mencoba mendata kegiatan di pondok ini, kemudian anda sampaikan ke mahasiswa yang tidak pesantren (mondok), insyaallah mereka akan trauma," ucapnya.


"Itulah hebatnya anda sebagai santri made in Gusti Allah bukan made in China. Makanya bisa sekuat itu, karena berdasarkan La Hawla wala Quwwata illa Billah," pungkas Gus Yusron.


Sebagai informasi, turut hadir dalam kegiatan ini, Ketua Ma’had Jam'yyah Ustadz Musthofa, Kaprodi STKQ Al-Hikam Ustadz Adib Minanul Choliq, dan sejumlah asatidz dan ustadzah Pesantren Al-Hikam, Depok.