Ketua PWNU Jakarta Kecam Insiden Penganiayaan dan Penusukan Santri Krapyak
Jumat, 1 November 2024 | 08:00 WIB
Jakarta, NU Online Jakarta
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Samsul Ma'arif mengecam insiden penusukan dua orang santri di Yogyakarta yang dilakukan oleh seorang pemabuk minuman keras. Menurutnya, kekerasan tersebut sangat tidak berperikemanusiaan dan bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan.
"Insiden ini menunjukkan betapa bahayanya dampak dari konsumsi minuman keras yang tidak terkontrol. Tindakan kekerasan seperti ini tidak dapat dibenarkan dalam konteks apapun dan harus mendapat perhatian serius dari masyarakat serta aparat keamanan," ujar Kiai Samsul kepada NU Online Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Lebih lanjut, terkait insiden ini, Kiai Samsul meminta agar aparat keamanan di Jakarta mengambil tindakan tegas terhadap penjual minuman keras ilegal yang beredar di Ibu Kota.
"Kami mendesak pihak berwenang untuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum terhadap peredaran miras ilegal. Ini adalah langkah penting untuk melindungi generasi muda dan mencegah terjadinya kejadian serupa di masa depan," tegasnya.
Kiai Samsul juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama memberantas peredaran miras ilegal dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua, terutama bagi para santri dan generasi penerus bangsa.
“Kami berharap kejadian ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih peduli dan berperan aktif dalam menciptakan keamanan dan ketenteraman di masyarakat,” pungkasnya.
Kronologi 2 Santri Krapyak Yogyakarta Dianiaya Gerombolan Pemabuk
Sebelumnya, dua orang santri (pembimbing atau tenaga pendidik) Pondok Pesantren Al-Fatimiyah Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta mengalami penganiayaan berupa penusukan oleh gerombolan pemabuk di daerah Prawirotaman, Jalan Prangtritis, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta pada Rabu (23/10/2024) malam.
Dilansir dari NU Online, dua korban santri tersebut yakni Shafiq Faskhan berusia 20 tahun dan Muhammad Aufal Maromi berusia 23 tahun. Korban dianiaya dan salah satu korban bahkan ditusuk menggunakan senjata tajam saat membeli sate di daerah Prawirotaman, sekitar pukul 21.00 WIB. Ketika sedang bersantai setelah makan, tiba-tiba diserang segerombolan orang.
"Setelah selesai makan kan tidak langsung pulang, ya kita (Shafiq dan Aufal) duduk santai, tiba-tiba itu kan ada keributan, keributannya itu ada gelas dan botol dilempar, dipecahkan di jalan, kan kita kaget. Nah tiba-tiba segerombol orang itu nyamperin kita sambil bilang ‘ini pelakunya’ kepada gerombolannya. Nah lalu dihantamlah kita,” ujar Aufal kepada NU Online pada Ahad (27/10/2024).
Aufal menyampaikan bahwa geng tersebut kemungkinan sedang mengkonsumsi minuman keras (miras) karena nada bicaranya yang tidak jelas.
"Kayaknya gerombolan itu sedang mabuk karena ketika ngomong banyak suara yang tidak begitu jelas," ujarnya.
Ia dan temannya mengaku tidak tahu gerombolan tersebut dan merasa tidak melakukan kesalahan. “Karena saya tidak tahu apa-apa, jadi kita ga sempat lari dan saya sempat bilang ‘saya tidak tahu apa-apa’ tapi tetap saja dihatam,” kata Aufal.
Aufal menyampaikan bahwa yang menyerang jumlahnya banyak lebih dari lima orang. "Banyak, mungkin lebih dari lima orang karena menyerang saya aja lebih dari lima orang, kalau ditambah sama teman saya mungkin dari lima,” ungkapnya.
Aufal menambahkan bahwa dirinya dan temannya diserang menggunakan balok, kursi, hingga menggunakan senjata tajam berupa pisau.
"Kepala saya dipukul, badan saya, ya semuanya, saya cuman bisa menggunakan tangan untuk melindungi kepala saya,” ujarnya.
“Saat itu, saya lari dan ada warga yang mengantar saya ke pondok, kemudian saya cerita kepada pembimbing yang lainnya, setelah itu langsung pembimbing lainnya ke lokasi kejadian,” ucapnya.
Sementara Shafiq menjelaskan hal serupa bahwa dirinya dipukul hingga diserang menggunakan pisau. "Saya cuman bisa melindungi kepala saya dengan tangan saya, karena semua badan saya dipukul pake balok, bahkan saya baru sadar kalau ada penusukan ketika banyak darah yang keluar dari perut saya," katanya.
Shafiq menyampaikan bahwa bagian tubuh yang ditusuk berada di perut sebelah kiri sedalam 15 cm dan tidak mengenai organ tubuh lainnya.
"Saya diantar pake mobil polisi ke Rumah Sakit Pratama, dan besoknya saya operasi, ini jahitanya ada 10 jahitan dan kata dokter tidak ada yang kena organ dalam lainnya hanya dibersihkan saja,” ujarnya.
Terpopuler
1
Ulama Kharismatik Betawi KH Bunyamin Muhammad Wafat, Ketua PWNU Jakarta: Sosok Berpengetahuan Luas
2
Anak 7 Tahun Ditemukan Kelaparan dan Penuh Luka Bakar di Jakarta Selatan
3
Relawan Ansor Banser Jaga Posko Kebakaran Kapuk Muara Selama Seminggu
4
Ketua Umum GP Ansor Kunjungi Posko Banser Peduli Kebakaran Kapuk Muara
5
PWNU Jakarta akan Gelar Bahtsul Masail soal Penggunaan AI hingga Solusi Masalah Haji
6
Warga Pondok Ranggon Rayakan Hajat Bumi Kramat Ganceng
Terkini
Lihat Semua