
Reporter RTV Olivia Ferari Nurul Fazri di Pelatihan Master of Ceremony (MC) di Gedung PWNU DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya, Matraman, Ahad (27/7/2025). (Foto: NU Online/Ambar)
Ahmad Thursina Roja
Kontributor
Jakarta, NU Online Jakarta
Reporter RTV Olivia Ferari Nurul Fazri menyampaikan tiga formula khusus yang harus dimiliki seorang MC atau pembawa acara profesional. Formula tersebut dikemas dengan istilah "FUN" guna memudahkan pemahaman para peserta.
Hal itu ia sampaikan dalam Kelas Pelatihan Master of Ceremony (MC) yang digelar NU Online Jakarta di Gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, Jalan Utan Kayu Raya, Matraman, Ahad (27/7/2025).
Pertama, F (Flow Keeper) yaitu penjaga alur acara. Menurut Olivia, tugas pertama dan paling krusial bagi seorang MC adalah menjaga alur dan waktu acara agar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (rundown). Hal ini sangat penting, terutama dalam acara formal yang melibatkan pejabat atau narasumber dengan jadwal padat.
“Menjaga flow dalam acara itu adalah sesuatu hal yang penting. Kuncinya adalah harus tetap koordinasi sama EO (Event Organizer), agar acara tetap berjalan dengan baik,” jelasnya.
Kedua, U (Unity Builder) yaitu Pembangun Kesatuan. Seorang MC tidak hanya bekerja sendirian. Ia harus mampu membangun "kesatuan" atau hubungan yang solid antara dirinya, audiens, dan narasumber. Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana yang hidup dan tidak canggung.
“Yang paling penting adalah menjaga kesatuan kita dengan audiens dan kita dengan narasumber. Kalau MC sudah bisa membangun kepercayaan, pasti si penonton juga menjadi tidak ngantuk,” terang Olivia.
Ketiga, N (Not Just Announcer) yaitu, bukan sekadar pengumum. Olivia menegaskan bahwa menjadi MC bukan sekadar "modal ngomong". Peran ini mencakup dua kemampuan krusial lainnya, yaitu sebagai Mood Setter (pengatur suasana) dan Crisis Handler (penangan krisis).
Sebagai Mood Setter, MC harus mampu membangkitkan energi audiens. Sementara sebagai Crisis Handler, MC dituntut untuk mampu berpikir cepat dan berimprovisasi ketika terjadi hal-hal tak terduga, seperti narasumber yang terlambat datang atau kendala teknis.
“Di situ PR kita. Kita harus berpikir cepat, tapi tetap koordinasi dulu sama EO-nya. Cara mengatasi situasi krisis akan lebih terasa natural jika kita bisa ajak audiens berinteraksi,” jelasnya.
Olivia juga menekankan bahwa peran seorang MC lebih dari sekadar pembawa acara, melainkan "tuan rumah" yang memegang kuasa penuh untuk mengatur dan memastikan acara berjalan dengan baik serta memberikan kesan mendalam bagi audiens.
“Posisikan diri sebagai tuan rumah. Oke, acaranya akan jadi gini. Kita yang tahu acaranya harus seperti apa dan seseru apa,” ujarnya.
Ia berharap pelatihan ini dapat memberikan bekal komprehensif bagi para peserta untuk menjadi MC yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga andal dalam mengelola acara secara profesional.
Terpopuler
1
Gelar Pelantikan Raya, PMII UBK Usung Visi Organisasi Kritis dan Progresif
2
LFNU Jakarta Akan Gelar Rukyatul Hilal, Libatkan Penggiat Falak Jelang Awal Safar
3
Harlah Ke-79, Muslimat NU Jakarta Perkuat Kiprah di Bidang Sosial dan Kesehatan
4
PWNU Jakarta Tekankan MC Tak Cukup Andalkan Bakat, Perlu Adab dan Keilmuan
5
Cetak MC Profesional, NU Online Jakarta Institute Hadirkan Tiga Mentor Berpengalaman
6
LKKNU Jakarta Gelar Pelatihan Kader Penggerak Kesehatan Mental Keluarga
Terkini
Lihat Semua