• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 18 Mei 2024

Jakarta Raya

Cegah Permusuhan, KH Zulfa Mustofa Jelaskan Konsep Semangat Persatuan

Cegah Permusuhan, KH Zulfa Mustofa Jelaskan Konsep Semangat Persatuan
KH Zulfa Mustofa di acara Tabligh Akbar Peringatan Tahun Baru Islam dan Kemerdekaan Indonesia ke 78 Tahun di Masjid Raya Kota Harapan Indah, Kota Bekasi, Senin (7/8/2023) malam. (Foto: Istimewa).
KH Zulfa Mustofa di acara Tabligh Akbar Peringatan Tahun Baru Islam dan Kemerdekaan Indonesia ke 78 Tahun di Masjid Raya Kota Harapan Indah, Kota Bekasi, Senin (7/8/2023) malam. (Foto: Istimewa).

Kota Bekasi, NU Online Jakarta


Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa menjelaskan konsep semangat persatuan dalam berfikir mengenai keagamaan (Taswiyatul manhaj). Sebab menurutnya, permasalahan sulit majunya umat Islam Indonesia lantaran adanya sikap suka perbuatan yang memicu permusuhan (Hubbul adawaa). 


"Di MUI sendiri, terdiri dari berbagai latar belakang ormas seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Washliyah dan lain-lain, yang disatukan adalah manhaj, atau cara berpikirnya, bukan cara ibadahnya," katanya saat menyampaikan ceramahnya di acara Tabligh Akbar Peringatan Tahun Baru Islam dan Kemerdekaan Indonesia ke 78 Tahun di Masjid Raya Kota Harapan Indah, Kota Bekasi, Senin (7/8/2023) malam. 


Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mencontohkan bagaimana NU dan Muhammadiyah mempunyai perbedaan soal cara beribadah. Namun, perbedaan yang ada di antara keduanya tidak bisa dikatakan cara ibadah mana yang sah, lantaran masing-masing keduanya memiliki dalil keabsahan. 


“Yang namanya NU terawehnya itu dari dulu 23 rakaat, Muhammadiyah dari dulu sampai sekarang rata-rata terawehnya 11 rakaat. Apakah harus disamakan, tidak perlu juga,” terang Kiai Zulfa.


Kiai Zulfa menerangkan yang dimaksud taswiyatul manhaj yang terpenting adalah dengan menumbuhkan sikap saling menghargai perbedaan. 


“NU pakai qunut percaya ngga ada dalilnya, Muhammadiyah shalat subuh ngga pakai qunut percaya ngga kalau ada dalilnya, masing-masing sah shalat subuhnya kecuali yang nggak sah itu yang nggak sembahyang subuh,” terang Kiai Zulfa di hadapan para jama'ah. 


Lebih lanjut, Kiai Zulfa bercerita yang mengisahkan tentang sebuah masjid di sebuah komplek. Ketika masjid dibangun, masyarakat setempat bahu kompak untuk mengumpulkan uang. Namun, ketika masjid sudah berhasil didirikan, timbullah permasalahan yaitu tentang mengisi cara ibadahnya yang menuai perdebatan. 


"Kenapa begitu? karena pengurusnya tidak pernah mengikuti acara (pengajian) seperti malam ini. Kalau pengurusnya sudah mengikuti acara seperti malam ini, dia sudah terbuka cara berpikirnya," tuturnya. 


Pada kesempatan itu, Kiai Zulfa mengajak masyarakat untuk menumbuhkan sikap saling menghargai perbedaan antar sesama manusia tanpa memandang suku, agama, ras dan antar golongan. Baik mayoritas maupun minoritas harus membuat kehidupan yang harmoni. 


"Di Indonesia memang harus begitu, jangan mentang-mentang kita sedang menjadi mayoritas lalu kita menginjak-injak yang minoritas. Selama itu terjadi, kita mau menang-menang sendiri, selama ada diskriminasi, selama tidak ada ketidakadilan maka selama itu jangan anda berpikir ada kedamaian," tegasnya. 


Kiai Zulfa menyebutkan bahwa kedamaian bisa tercapai dimulai dengan adanya sikap saling menghargai perbedaan dan saling memberi hak kepada satu sama lain. 


"Misalnya kalau kampung di sini mayoritas NU, nah makanya yang Muhammadiyah ngikut (cara ibadah). Nanti kalau kita di kampung Muhammadiyah maka yang NU ngikut aja tidak usah maksain qunut di situ," pungkasnya. 


Pewarta: Khoirul Rizky At-Tamimi
Editor: Haekal Attar


Jakarta Raya Terbaru