Jakarta Raya

KH Said Aqil Siroj Serukan Nahdliyin Jadi Pelopor Islam Moderat di Masyarakat

Kamis, 24 Juli 2025 | 16:00 WIB

KH Said Aqil Siroj Serukan Nahdliyin Jadi Pelopor Islam Moderat di Masyarakat

Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj. (Foto: NU Online Jakarta/Arif)

Jakarta, NU Online Jakarta

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj menyerukan pentingnya nahdliyin untuk terus menjadi pelopor dalam menjaga pemahaman Islam moderat di tengah-tengah masyarakat.

 

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Majelis Mudzakarah yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta di Kantor PWNU Jakarta, Matraman, Jakarta Timur, pada Rabu (23/7/2025).


“Kalau agama tidak dipegang orang NU, bisa salah semua. Karena sekarang yang tekun tafaqquh fiddin itu hanya pesantren,” tegas Kiai Said, yang juga Ketua Umum PBNU 2015-2021.

 

Kiai Said menjelaskan, Islam harus dipahami secara menyeluruh dengan menggabungkan tiga pendekatan utama, bayan ilahi (wahyu ilahi atau Al-Qur’an), bayan nabawi (penjelasan kenabian/hadist), dan bayan ‘aqli (rasionalitas akal kolektif). Menurutnya, banyak perintah dalam Al-Qur’an bersifat global dan tidak dapat dipahami secara utuh tanpa penjelasan Nabi dalam bentuk hadits.


“Nash, hadits dan ijma’ qiyas sebagai bayan aqli maka itu pegangan kita Ahlussunnah waljamaah. Kalau hanya berpegang pada zahir teks (nas) saja, jadinya sesat,” kata Kiai Said.


Kiai Said mengisahkan bagaimana imam Syafi’i, pendiri madzab syafi’i yang diikuti mayoritas nahdlyin, menulis kitab Ar-Risalah sebagai respons atas permintaan gubernur Transoksiana yang ingin memahami Islam secara benar. 


“Imam Syafi’i meminta muridnya Ar Rabi’ bin Sulaiman untuk menuliskan balasan surat Gubernur Abdurrahman al-Mahdi sebanyak 300 halaman. Surat itulah yang kemudian menjadi kitab Ar-Risalah,” jelas Kiai Said.


Lebih lanjut, Kiai Said menjelaskan kitab Ar-Risalah yang berisi 300 halaman tersebut menjelaskan bagaimana memahami syariat Islam melalui pendekatan tafsir Al-Qur’an, hadits, dan metode rasional seperti qiyas dan ijma’.


Kiai Said mengkritik kelompok yang hanya berpegang pada Zahir Al-Qur’an saja dan menolak penjelasan ulama. Menurutnya, Islam yang diwariskan para ulama tidak hanya mengandalkan teks, tetapi juga digali melalui metode istinbat yang ketat seperti qiyas dan ijma’.


“Ada orang yang sok-sokan bilang saya langsung ke Al-Qur’an dan hadits, Bohong itu! Pasti belajar dari gurunya, dan gurunya pasti nyambung ke ulama-ulama Ahlussunnah,” tegas Kiai Said.