Jakarta Raya

PWNU Jakarta Tekankan Budaya Betawi untuk Pemberdayaan Masyarakat

Kamis, 5 Juni 2025 | 16:00 WIB

PWNU Jakarta Tekankan Budaya Betawi untuk Pemberdayaan Masyarakat

Wakil Katib PWNU DKI Jakarta KH Muzakki Kholis. (Foto: dokumen pribadi)

Jakarta, NU Online Jakarta

Wakil Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Muzakki Kholis menekankan pentingnya pemanfaatan budaya lokal, khususnya budaya Betawi, sebagai media pemberdayaan masyarakat di tengah persoalan kemiskinan di Jakarta.

 

Dalam pernyataannya, Kiai Muzakki menyoroti langkah pelarangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap penggunaan ondel-ondel oleh masyarakat Betawi, termasuk dalam aktivitas mengamen. Ia menilai, selama tidak ada penyalahgunaan, kegiatan semacam itu tidak seharusnya mendapat intervensi berlebihan dari pihak pemerintah.

 

"Ondel-ondel adalah produk budaya masyarakat Betawi asli. Semua masyarakat Betawi berhak menggunakan media budaya dan seni ini untuk berbagai kepentingan yang baik, termasuk untuk mencari nafkah," ujar Kiai Muzakki kepada NU Online Jakarta, Kamis (5/6/2025). 

 

Kiai Muzakki mengatakan, mengamen dengan ondel-ondel adalah dampak dari masalah sosial yang lebih besar, yaitu kemiskinan dan pengangguran. Ia juga mempertanyakan sejauh mana pemerintah telah berhasil mengatasi persoalan tersebut.

 

Kiai Muzakki juga mengingatkan Al-Qur'an surat Asy-Syu'ara, yang berarti "para penyair", sebagai bentuk legitimasi peran budayawan dalam kehidupan umat. Muzakki menambahkan bahwa Nabi Muhammad SAW kerap memanggil para penyair untuk membangkitkan semangat pasukannya sebelum berperang.

 

"Media budaya boleh digunakan untuk apa pun, termasuk untuk kepentingan dakwah dan infrastruktur agama. Bahkan dalam sejarah, Khalifah Harun Ar-Rasyid yang termasyhur pun menggunakan Abu Nawas seorang penyair, budayawan dan komedian sebagai medium komunikasi dengan rakyat," lanjutnya.

 

Sebagai penutup, Kiai Muzakki menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar lebih memberdayakan potensi budaya Betawi. Ia menekankan pentingnya menjadikan budaya sebagai media untuk mencapai kemakmuran rakyat dan menciptakan harmoni di tengah keberagaman Jakarta sebagai kota metropolitan.

 

"Kearifan pemimpin akan lebih baik ketimbang sekadar menegakkan keadilan," pungkasnya.