• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 4 Mei 2024

Jakarta Raya

RAMADHAN

Wakil Ketua NU Jakut: Rukyatul Hilal Bagian dari Syi'ar Agama Islam

Wakil Ketua NU Jakut: Rukyatul Hilal Bagian dari Syi'ar Agama Islam
Mengenai adanya perbedaan awal Ramadhan, Kiai Miftah ajak masyarakat menyikapinya dengan saling menghormati. (Foto: NU Online Jakarta/Khoirul Rizki At-Tamimi).
Mengenai adanya perbedaan awal Ramadhan, Kiai Miftah ajak masyarakat menyikapinya dengan saling menghormati. (Foto: NU Online Jakarta/Khoirul Rizki At-Tamimi).

Jakarta Utara, NU Online Jakarta

Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Utara KH Miftahul Falah menjelaskan ada hikmah yang tersirat dari perintah rukyatul hilal. Menurutnya ada syi'ar agama Islam yang luar biasa terjadi oleh karena adanya dinamika dan pembicaraan dalam khazanah Islam dari sisi rukyatul hilal. 


"Orang akhirnya melek ingin tahu tentang rukyatul hilal, jadi orang mau belajar ilmu falak dan astronomi. Jadi yang nggak kalah penting, para santri, Kiai, yang pernah belajar ilmu falak ilmunya bermanfaat untuk kepentingan umat," kata Kiai Miftah kepada NU Online Jakarta, Rabu (22/3/2023) malam. 


Kiai Miftah menyampaikan pentingnya rukyatul hilal dalam penentuan awal Ramadhan 1444 H, merupakan perintah agama dan memiliki dasar hukum yang jelas.


"Rukyatul hilal adalah perintah agama sebagaimana dijelaskan dari hadits Nabi bahwa berpuasalah ketika melihat hilal dan berbukalah ketika melihatnya. Artinya ini ada dasar argumentasi sama hukum syar'inya jelas ada," jelasnya.


Terlebih, ilmu falak mendapatkan posisi yang strategis di sebuah institusi keagamaan termasuk di Indonesia. Di Kementerian Agama (Kemenag) misalnya, ada posisi khusus untuk orang yang menguasai ilmu falak dan diberdayakan setiap tahunnya untuk kepentingan umat dalam beribadah. 


"Di Kementerian Agama ada lembaga yang mengurusi bidang falakiyah juga. Artinya, pemerintah pun juga menaruh perhatian terhadap ahli-ahli falakiyah dan bermanfaat untuk kepentingan umat," ujarnya. 


"Jadi, kalau tidak ada rukyatul hilal, maka kegiatan mengawali Ramadhan itu tidak ada syi'ar, stagnan, sepi jadinya cuma ada pengumuman doang, tidak ada kekhasan Islam yang tampil disitu," sambungnya. 


Mengenai adanya perbedaan awal Ramadhan, Kiai Miftah ajak masyarakat menyikapinya dengan saling menghormati. Sebab, masing-masing pihak tentunya memiliki dasar argumentasinya sendiri yang tidak menyimpang dari ajaran agama. 


"Perbedaan adalah sunnatullah (ketetapan Allah), yang harus dihindari adalah justifikasi bahwa dia merasa paling benar atau kita yang paling benar, itu nggak baik. Saling menghormati saja," tegasnya. 


Oleh karena itu, dalam memasuki Ramadhan, Kiai Miftah juga mengajak warga Nahdliyin untuk meningkatkan semangat dan kualitas ibadah dengan penuh khidmah dan disertai dengan keimanan yang kuat. 


"Perbanyaklah beribadah sebaik-baiknya dengan berzikir, membaca Al-Qur'an dan lain-lainnya sebagai peluang untuk merebut anugerah Allah yang luar biasa di bulan suci ini," pungkasnya. 


Pewarta: Khoirul Rizqy At-Tamami
Editor: Haekal Attar


Jakarta Raya Terbaru