Bagi sebagian orang, kehidupan dunia penuh dengan gemerlap kemewahan, hasrat ingin hidup selamanya, dan mendambakan keabadian di bumi. Tidak jarang, rambu-rambu pengingat pada kehidupan akhirat yang lebih kekal kerap terlupakan. Lalu apakah kehidupan dunia sebagai nikmat atau ujian?
Berkenaan dengan ini, kehidupan duniawi sangatlah dicintai oleh mereka yang mengingkari hari kebangkitan maupun hari pembalasan. Hal ini dapat dianalogikan bagai anak kecil yang tengah bermain hingga lupa waktu. Mereka mendapatkan kesenangan dan juga kepuasan dalam permainan, serta tidak ada keinginan untuk menyelesaikan permainan tersebut.
Dalam konteks kehidupan dunia, semakin manusia terlena, maka semakin banyak pula kepuasan serta kesenangan yang diperoleh. Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan sesuatu apapun dari yang mereka lakukan tersebut.
Sedangkan, kehidupan dunia bagi orang-orang yang beriman akan dipandang sebagai jembatan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Mereka akan membatasi diri agar tidak terlena dengan kesenangan duniawi, sebab yang dituju adalah bukan dunia yang sifatnya sementara.
Yang bahkan mereka tidak mendapatkan apa-apa. Maka dari itu orang-orang yang beriman akan memilih kehidupan yang kekal bersama ilmu akhiratnya karena menurut mereka itulah merupakan kehidupan yang paling baik.
Kehidupan Dunia dalam Al-Qur'an
Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an telah mengabarkan tentang kehidupan di dunia kepada hamba-Nya. Dari sekian banyak ayat yang mengisyaratkan terkait hal ini, penulis mengutip Al-Qur’an Surat Al-An'am ayat 32 yang berbunyi:
وَ مَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ ؕ وَلَـلدَّارُ الۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لِّـلَّذِيۡنَ يَتَّقُوۡنَؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ
Artinya: “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
Dari ayat tersebut Allah mengajak manusia untuk merenungkan dan mengingatkan kembali makna kehidupan di dunia. Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari ayat tersebut, di antaranya:
Pertama, kesadaran akan keterbatasan dunia. Pada ayat ini kita diingatkan bahwa kehidupan dunia itu bersifat sementara dan tidak abadi. Karena terlau banyak orang-orang yang terjebak dengan kesibukan dan kesenangan duniawi, sehingga mereka lupa akan tujuan hidup yang lebih besar yaitu bertaqwa kepada Allah SWT.
Kedua, perbandingan antara dunia dan akhirat. Pada ayat ini, Allah SWT menekankan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang sebenar-benarnya. Dari sini kita dapat melihat juga seharusnya kita mempersiapkan diri dengan baik untuk kehidupan setelah mati nanti.
Ketiga, refleksi diri. Ayat ini juga mengajak manusia untuk melakukan refleksi diri tentang kehidupan di dunia. Apakah telah memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupan? Apakah telah mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal setelah kematian?
Dunia sebagai Nikmat dan Ujian dari Allah
Sejatinya kehidupan merupakan salah satu nikmat yang telah Allah berikan kepada seluruh makhluk tidak terkecuali manusia. Dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 28 Allah menyebut:
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْن
Artinya: "Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?" (Q.S. Al-Baqarah: 28).
Imam ar-Razi dalam kitabnya Mafatihul Ghaib menjelaskan, kendati ayat di atas berupa kalimat tanya, akan tetapi mengandung celaan keras dari Allah kepada orang yang mendurhakai-Nya.
Menurutnya, kehidupan adalah sumber dari segala kenikmatan. Hal ini dapat dilihat bahwa manusia yang sebelumnya tidak ada, kemudian Allah ciptakan dan diberikan kepadanya kehidupan untuk dapat merasakan berbagai kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh orang yang pernah hidup.
Lebih lanjut, dunia sebagai ujian telah Allah kabarkan pula di dalam Al-Qur'an. Firman-Nya di surah al-Hajj ayat 11:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah di pinggiran atau tepi. Jika ia memperoleh kebajikan, ia merasa tenang dengan ibadah itu. Tetapi jika ia ditimpa oleh suatu cobaan, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata."
Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa orang yang beribadah “di tepi atau pinggiran” adalah mereka yang memiliki pandangan keagamaan yang dangkal. Keimanan mereka tumbuh hanya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seperti kesehatan, kekayaan, atau keberhasilan.
Namun ketika suatu saat tertimpa musibah dan berbagai hal yang tidak menyenangkan, mereka kehilangan minat dalam beribadah. Di sinilah dapat menjadi salah satu refleksi dari ayat di atas bahwa dunia sebagai ujian tatkala manusia ditimpakan hal yang tidak menguntungkan.
Sejatinya dunia sebagai nikmat merupakan representasi sumber dari segala kenikmatan yang telah Allah berikan. Hal ini patut dan wajib disyukuri oleh setiap manusia. Begitu juga dunia dapat berubah menjadi ujian di saat yang bersamaan, sehingga menjauhkan manusia dari jalan-Nya.
Manusia, sebagai makhluk yang diberikan kepercayaan untuk mengelola bumi dan hidup di dunia sudah seyogyanya untuk menjalankan misi tersebut sebaik-baiknya. Menjadikan dunia sebagai kenikmatan sekaligus ujian adalah upaya untuk terus mendekatkan diri kepada Allah tatkala mendapatkan keberuntungan maupun hal yang tidak menyenangkan dalam hidup.
Sebab, segala sesuatu yang Allah berikan adalah amanah yang harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab. Jangan hanya melihat satu sisi kehidupan dunia, bukan sekadar kenikmatan ataupun ujian semata. Tetapi perlu ada kesadaran untuk melihat dari kedua aspek tersebut yang sejatinya menghantarkan manusia semakin dekat dengan kebesaran Sang Pencipta.
Wallahu'alam.
Kontributor:
Dara Alviyanti
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Terpopuler
1
Pemilik Pesantren di Jaktim Sodomi 7 Santrinya, MWCNU Duren Sawit Siap Bantu Korban
2
Kick Off Harlah Ke-102 NU Digelar Besok di Surabaya
3
Semarak Harlah Ke-102 NU, Muslimat NU Jakarta Gelar Doa Bersama dan Pasang Bendera Serentak
4
Presiden akan Hadiri Kongres XVIII Muslimat NU di Surabaya Februari 2025
5
Kick-off Harlah Ke-102 NU, Gus Yahya: Warisan Muassis NU Perlu Dijaga Generasi Penerus
6
Harlah Ke-102 NU, LDNU Jakarta Gelar Lailatul Ijtima dan Isra Mi'raj Malam Ini
Terkini
Lihat Semua