Nasional

Menag Sebut Belajar Al-Qur'an di Pesantren Tak Hanya sebagai Kitabullah, tetapi juga Kalamullah

Ahad, 17 November 2024 | 15:27 WIB

Menag Sebut Belajar Al-Qur'an di Pesantren Tak Hanya sebagai Kitabullah, tetapi juga Kalamullah

Menag Nasarudin Umar dalam dalam acara Kick Off Majelis Masyaikh (MM) bertema Melayani Stakeholder Meeting Pengukuhan Dewan Masyayikh di Hotel JS Luansa, Jakarta Selatan pada Selasa (12/11/2024) kemarin. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online Jakarta
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menyebutkan pesantren bukan hanya tempat mempelajari Al-Qur’an sebagai kitabullah, tetapi juga sebagai kalamullah. Menurutnya, pesantren memiliki peran strategis dalam membangun karakter umat.


Hal tersebut disampaikannya dalam acara Kick Off Majelis Masyaikh (MM) bertema Melayani Stakeholder Meeting Pengukuhan Dewan Masyayikh di Hotel JS Luansa, Jakarta Selatan pada Selasa (12/11/2024) kemarin.


“Di pondok pesantren, kita tidak hanya diajarkan bagaimana memahami Al-Qur’an sebagai kitabullah, tetapi juga diajarkan bagaimana Al-Qur’an itu adalah Kalamullah,” tuturnya. 


Menurutnya, pengajaran yang ada di pesantren harus menekankan pada pemahaman yang menyeluruh dan mendalam, bukan hanya sebatas membaca dan menghafal teks-teks Al-Qur’an, tetapi juga memahami esensi dari Kalamullah itu sendiri.


Menag Nasar mengingatkan bahwa pentingnya menjaga tradisi pesantren agar tidak tergerus oleh pendekatan modern yang hanya mengutamakan aspek akademis atau materi.

 

“Kita harus berhati-hati agar jangan larut dengan metodologi atau alat ukur modern dalam mengukur pondok pesantren, karena hal ini bisa menyebabkan pendangkalan spiritual di kalangan santri kita,” ucapnya.


“Ukurlah pondok pesantren dengan ukurannya sendiri,” tambah Menag Nasar yang juga merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal.


Selain itu, Ia juga menjelaskan bahwa pembelajaran di pondok pesantren tidak hanya bersumber dari guru yang hadir secara fisik, tetapi juga dari sumber-sumber pembelajaran yang bersifat tidak langsung.


“Pondok pesantren itu bukan hanya belajar ke kepada guru tapi juga belajar kepada apa yang saya sering istilahkan dengan impersonal teachers guru yang bukan  orang,” sebutnya.


“Alangkah miskinnya seorang murid kalau gurunya hanya orang hidup ,” ujar Menag Nasar.


Sementara itu, Ketua Majelis Masyaikh KH Abdul Ghaffar Razin menyampaikan bahwa upaya membangun sistem penjaminan mutu pesantren merupakan langkah penting dalam pengembangan pesantren.


“Langkah ini merupakan upaya penting dan milestone baru dalam pengembangan pesantren, terutama setelah Majelis Masyaikh dikukuhkan,” ungkapnya.


“Keberhasilan pesantren dalam mencetak ulama masa depan sangat bergantung pada ekosistem pendidikan yang holistik, mulai dari pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi seperti Ma’had Aly,” ujarnya.