• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Selasa, 21 Mei 2024

Nasional

Menengok Program Kelas Internasional STAINU Jakarta

Menengok Program Kelas Internasional STAINU Jakarta

Sejak berdiri tahun 2003 lalu, Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta baru bisa mengembangkan program kelas internasional pada tahun 2011. Perguruan Tinggi Islam milik Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini merangkul Universitas Ibnu Thufail di dan Universitas Abdul Malik es Sa’adi Tetouan. Keduanya di Maroko. Sedangkan pada tahun 2013, STAINU Jakarta juga berhasil menggandeng Universitas Zitounah di Tunisia.<>

Meskipun kerjasama di Maroko dimulai tahun 2011, namun program baru bisa berjalan di tahun 2012. Menurut Pembantu Ketua (Puka) I STAINU Jakarta, Imam Bukhori, sebetulnya program ini merupakan program Kementerian Agama RI dengan nama ‘Beasiswa Santri Berprestasi’. Namun, STAINU Jakarta ditunjuk oleh Kemenag untuk mengelola program ini, sebab mempunyai jaringan luas di Maroko dan Tunisia.

Tahun 2014 lalu, STAINU Jakarta memperpanjang masa kerjasama program kelas inetrnasionalnya dengan dua universitas bergengsi di Maroko, Universitas Ibnu Thufail dan Universitas Abdul Malik Essaadi Maroko. “Perpanjangan kerjasama ini hingga tahun 2016,” ujar Imam Bukhori berdasarkan keterangan yang berhasil dihimpun penulis.

Mewakili STAINU Jakarta, Imam menandatangani perpanjangan kerja sama ini akhir Januari 2014 lalu di Maroko dan diterima masing-masing wakil rektor kedua universitas tersebut. Pembaruan nota kesepahaman dilakukan sekaligus pada momen penyerahan angkatan ketiga program kelas internasional sebanyak 20 Mahasiswa.

Kerjasama kali ini juga mengembangkan dua program baru, yaitu  program pertukaran dosen dan program dosen tamu. “Rencana masing perguruan tinggi (PT) akan mengirim dosen yang berkualifikasi dan berkompetensi dalam waktu tertentu 3-6 bulan,“ ujar Imam. 

Ia berharap, dengan kerja sama ini STAINU Jakarta mampu bersaing di tengah kehidupan yang mengglobal. “Ini (kerja sama) penting karena tidak ada PT atau organisasi manapun dapat unggul dan bersaing tanpa membangun jaringan kerja sama dengan yang lain,” kata Imam. Program kelas Internasional ini ditujukan kepada 20 santri berprestasi dari seluruh Indonesia setelah melalui beberapa tahapan seleksi.

Memperdalam ilmu keislaman dan bahasa Arab

Kerjasama untuk menyelenggarakan program kelas Internasional ini dilakukan untuk memperdalam berbagai mata kuliah keagamaan seperti, fiqh, ushul fiqh, maqashid syar’iyah, qawaid fiqh, dan materi-materi kegamaan lain. Disamping itu, Universitas Ibnu Thufail juga menyiapkan program pendalaman Bahasa Arab bagi mahasiwa STAINU Jakarta yang mengikuti program kelas internasional.

Program yang telah berjalan selama empat tahun ini menjaring para santri dari berbagai pelosok daerah melalui bantuan beasiswa dari Kemenag dengan program beasiswa santri beprestasinya. Para mahasiswa dikirim di tiga universitas tersebut hanya untuk masa pendidikan selama satu tahun. Selanjutnya, mahasiswa menyelesaikan pendidikannya dengan kembali ke STAINU Jakarta.

Dari beberapa kali diadakan visitasi oleh pihak Kemenag dan STAINU Jakarta, para mahasiswa yang sedang menimba ilmu di daratan Afrika Utara tersebut cukup membanggakan dari segi penyerapan ilmu dan akhlak sehari. Hal ini diamini oleh pihak universitas di Maroko dan Tunisia yang mengungkapkan kebanggannya terhadap para mahasiswa STAINU Jakarta yang mempunyai akhlak baik selama berada di kelas maupun saat di luar kelas.

Saat pertama kali mengikuti perkuliahan, selama satu bulan para mahasiswa STAINU Jakarta lebih difokuskan untuk takhoshus atau pendalaman bahasa yang  telah diberikan pihak universitas sebelum mengikuti kelas reguler. Hal ini dilakukan oleh pihak universitas agar menjadikan mahasiswa STAINU Jakarta mampu menyerap perkuliahan dengan baik dan bisa beradaptasi dengan mahasiswa lainnya.  

Takhoshus tersebut tidak menjadi sesuatu yang sulit bagi mahasiswa STAINU Jakarta karena mereka juga ikut serta belajar  dalam satu kelas dengan mahasiswa pribumi Maroko sehingga menjadikan mereka untuk terus aktif mempraktikkan apa-apa yang telah mereka dapat ketika mengikuti takhoshus bahasa Arab.

Dengan menginisiasi program kelas internasional ini, STAINU Jakarta tetap memberikan perhatian bagi para mahasiswanya agar selama belajar di Tunisia dan Maroko, tetap mempertahankan identitas ke-NU-annya. Karena NU menjadi perhatian umat Islam di negara Timur Tengah, terutama di dalam menjaga amalan seperti hizib, ratib, maulid, dan istighotsah.

Program Aswaja Internasional Movement

Selain mengirimkan para santri berprestasi ke Tunisia dan Maroko, STAINU Jakarta juga memberikan beasiswa belajar bagi mahasiswa luar negeri yang ingin belajar Islam di Indonesia. Hal ini dalam rangka untuk mewujudkan program Aswaja Internasional. Untuk tahap awal, STAINU Jakarta menerima para mahasiswa berasal dari Pattani, Thailand pada tahun 2013 sebanyak 31 mahasiswa. 

Program ini dilakukan STAINU Jakarta dalam rangka mendidik para mahasiswa dari Thailand untuk belajar sekaligus memperdalam pemahaman tentang Islam aswaja. Program Aswaja Internasional Movement ini digagas oleh STAINU Jakarta bekerjasama dengan pengurus pusat organisasi Al-Khidmah.

Ketua BP3TNU yang juga mantan Ketua STAINU Jakarta HM Mujib Qolyubi, MH mengatakan sangat bergembira dan optimistis bahwa program Aswaja International Movement yang digagas oleh STAINU Jakarta dan Al-Khidmah ini akan terus berjalan dan bermanfaat untuk menyebarkan panji-panji serta ajaran Islam ahlusunnah wal jamaah ke depan. Terlebih di tengah serangan paham-paham yang cenderung semakin menjauhkan umat Muslim dari ajaran otentik Rasulullah SAW.

“Program Aswaja Internasional Movement adalah salah satu bentuk komitmen STAINU Jakarta dalam mempertahankan tradisi serta amaliah ahlusunnah wal jamaah ala Nahdlatul Ulama, ini adalah wujud pengejawantahan diri kami sebagai perguruan tinggi berbasis NU,” terang Kiai Mujib.

Misi ini juga dilakukan, sebab STAINU Jakarta tidak hanya sekedar mentransfer ilmu praksis-akademis semata. Melainkan lebih dari itu, STAINU Jakarta akan mendidik mahasiswa-mahasiswanya, termasuk yang berasal dari Thailand untuk belajar amaliah-amaliah praksis-ideologis NU semisal wirid, manaqib, tahlil serta istighotsah agar kelak bisa menyebarkan serta menjadi imam tatkala kembali ke daerah asalnya masing-masing. 

Untuk mengembangkan misi ini, STAINU Jakarta juga bekerjasama dengan Universitas Kebangsaan Malaysia pada tahun 2014 lalu. Kerjasama ini bukan hanya pada penyebaran pemahaman Islam Aswaja, melainkan juga di bidang akademik dengan mengembangkan dan mempublikasi hasil penelitian-penelitian akademik, selain pertukaran mahasiswa dan dosen.

Program Pascasarjana Islam Nusantara

Setelah membuka berbagai program kelas internasional, pada tahun 2013 STAINU Jakarta berhasil membuka program pascasarjana untuk jenjang S2 untuk Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan konsentrasi Kajian Islam Nusantara. Untuk angkatan pertama tahun 2015, Pascasarjana STAINU Jakarta berhasil mencetak sebanyak 45 mahasiswa dengan berbagai penelitian yang mengungkap khazanah keilmuan Islam Nusantara.

Konsentrasi Islam Nusantara menjadi pilihan STAINU Jakarta karena khazanah keilmuan Islam di Nusantara sangat melimpah. Selain itu, konsentrasi ini juga dipilih karena STAINU Jakarta, bahwa distingsi Islam Nusantara secara sosial dan budaya berbeda dengan karakter Islam di Negara-negara lain, misalnya Timur Tengah.

Konsentrasi ini bukan berarti melokalisir pemahaman Islam, yaitu hanya di Nusantara, melainkan berupaya memproduksi penelitian-penelitian akademik sehingga mampu mewujudkan Indonesia sebagai destinasi (tujuan) kajian Islam dunia. Hal ini berangkat dari pemahaman, bahwa Islam di Indonesia sebagai sebuah karakter, dikenal oleh masyarakat dunia sebagai Islam yang ramah, toleran, dan  moderat dengan berbagai kekayaan karya-karya manuskrip orang Nusantara terdahulu.

Dengan demikian, Pascasarjana STAINU Jakarta bukan hanya berusaha mencetak para Master Sejarah, melainkan juga ahli manuskrip nusantara, ahli geneologi keilmuan Islam Nusantara, ahli antropologi, sosiologi, maupun kebudayaan Islam Nusantara. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Pascasarjana STAINU Jakarta menyediakan para dosen yang berkompeten dibidangnya, baik dosen lulusan luar negeri maupun dalam negeri.

Untuk program S2 ini, STAINU Jakarta menggandeng Kemenag RI untuk menyediakan beasiswa setiap tahunnya. Bagi para guru madrasah, program S2 ini bisa diakses karena STAINU Jakarta menyediakan beasiswa guru madrasah untuk 25 orang tiap tahun. Selain itu, untuk program reguler, STAINU Jakarta juga menyediakan program beasiswa untuk tahun pertama. (Fathoni) 


Editor:

Nasional Terbaru