Nasional

RMI PBNU Sebut Ingat Kematian untuk Manfaatkan Waktu Sebaik-baiknya di Dunia

Rabu, 30 Oktober 2024 | 13:30 WIB

RMI PBNU Sebut Ingat Kematian untuk Manfaatkan Waktu Sebaik-baiknya di Dunia

KH Hilmi Ash Shidqi Al Aroky saat memimpin doa dalam acara pengajian bulanan Majlis Dzikir At-Taubah pada Selasa (29/10/2024). (Foto: NU Online Jakarta/Muhammad Agus)

Depok, NU Online Jakarta
Pengurus Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hilmi Ash Shidqi Al Aroky menyampaikan dalam pengajiannya bahwa mengingat kematian bukan berarti untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menyadarkan pentingnya memanfaatkan waktu di dunia dengan sebaik-baiknya. 

 

Hal ini disampaikan pada pengajian rutinan bulanan Majelis Dzikir At-Taubah, yang berlangsung di Jalan Palakali, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, pada Selasa (29/10/2024).

 

Menurut Kiai Hilmi, kematian adalah kepastian yang sering kali dilupakan oleh manusia. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengingat kematian. Kematian bukanlah akhir, melainkan pengingat bagi kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal untuk kehidupan selanjutnya.

 

“Kanjeng Nabi telah mengingatkan kita, 'cukuplah kematian menjadi nasihat bagiku.’ Dengan mengingat kematian, kita akan lebih semangat untuk menjalani hidup dan mempersiapkan bekal untuk kehidupan selanjutnya,” tutur Kiai Hilmi, yang juga Mursyid Thoriqah Al-Qodiriyah Al-Aroky.


Lebih lanjut, Kiai Hilmi menjelaskan bahwa orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan diri dan beramal dengan tujuan akhirat. Walaupun bentuk amalnya duniawi tapi tujuannya harus ukhrawi.


Kiai Hilmi menekankan, jangan sampai amalan yang bentuknya ukhrawi, tapi justru diniatkan untuk duniawi. 

 

"Orang yang cerdas adalah bisa mengendalikan dirinya dan beramal untuk setelah kematian. Kewajiban kita di dunia ini haruslah diniatkan untuk akhirat, selama tidak menyalahi syariat Rasulullah. Jangan sampai hal-hal ukhrawi kita niatkan hanya untuk kepentingan dunia," pesannya.


Selain itu, Kiai Hilmi mengingatkan pentingnya melandasi setiap amal ibadah dengan keikhlasan. Baginya, keikhlasan harus sesuai dengan syariat Allah, mencari ridho-Nya, dan dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Konsep ini, menurutnya, diajarkan oleh KH Hasyim Muzadi dengan prinsip lisyariatillah, limardhatillah, dan lillahi ta'ala.

 

Kontributor: Muhammad Agus