Akhlak Tasawuf

Bisakah Sains Gantikan Peran Agama?

Senin, 6 Januari 2025 | 19:30 WIB

Bisakah Sains Gantikan Peran Agama?

Ilustrasi Sains (Foto: Freepik).

Sains merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia modern. Dewasa ini, sains berkontribusi besar dalam memudahkan kehidupan manusia di berbagai sektor. Namun, benarkah dengan kemajuan tersebut, sains mampu menggantikan posisi agama bagi manusia?

 

Sains berfungsi untuk memahami dunia fisik melalui metode empiris, observasi, dan eksperimen. Tidak dapat dipungkiri, sains juga membantu manusia menciptakan teknologi dan solusi praktis untuk berbagai tantangan hidup.

 

Perbedaan Peran Sains dan Agama


Berkenaan apakah sains bisa menggantikan peran agama, Syekh Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan dalam karyanya Al-Madhkal ila Ma'rifatil Islam bahwa sains atau ilmu pengetahuan tidak bisa menjadi pengganti agama, karena urgensi keduanya berbeda.

 

Menurutnya istilah ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan dengan konsep pemaknaan Barat yang terbatas hanya pada hal-hal empirik, bukan ilmu dengan konsep Islam yang komprehensif, yaitu pengetahuan terkait dunia dan agama.

 

Syekh Al-Qardhawi juga menegaskan sains tidak bisa menggantikan peran agama, karena urgensi ilmu tersebut adalah untuk mempermudah kehidupan manusia, bukan untuk menjelaskan teka-teki kehidupan dan misterinya. Kendati membantu manusia dalam memecahkan masalah kehidupan, tapi sains tidak memecahkan masalah tentang hakikat keberadaan manusia dan problematika-problematika besar tentang hakikat kehidupan.

Sains Tanpa Agama

 

Sains memiliki kapasitas, potensi, dan sektor lingkup yang terbatas. Benar adanya, sains mampu memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia, tetapi ilmu ini tidak memiliki kapasitas yang mampu menginformasikan manusia tentang tujuan hidup.

 

Syekh Yusuf Al-Qardhawi menjelaskan ​​​​​​agama yang memberikan manusia tujuan luhur dan besar dalam kehidupan dan eksistensi hidupnya. Agama juga memberikannya nilai-nilai moralitas dan pelajaran-pelajaran besar yang dapat mencegahnya dari keburukan dan mendorongnya untuk kebaikan, bukan sekadar manfaat materi yang singkat. 


Sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Yusuf Al-Qardhawi bahwa negara-negara maju yang unggul dalam sains, justru penduduknya mengeluhkan kekosongan jiwa, kecemasan psikologis, keguncangan mental, perasaan hampa, dan sejenisnya. Tak jarang, para pemuda negara tersebut terombang-ambing antara penyimpangan berfikir dan penyimpangan berperilaku.

 

Manusia, melalui sains, telah menemukan banyak hal, akan tetapi melalui sains, manusia tidak dapat menemukan hakikat dirinya. Sains abad ke-20 telah mengantarkan manusia ke bulan, tetapi sains tidak dapat menyampaikannya menuju kebahagiaan dan ketenangan. 

 

Keseimbangan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Agama

 

Sains memperbaiki lahiriyah manusia, tapi tidak memperbaiki batiniah. Sains pun tak bisa menembus pembahasan "kelembutan Tuhan" yang insaf, waras, dan perasa, sesuatu yang jika baik, baiklah pula seluruh anggota jasad manusia, dan jika rusak, rusaklah seluruh anggota jasad manusia. 


Oleh karena itu sains tidak akan mampu menggantikan peran agama sampai kapanpun itu. Sebab, keduanya memiliki peran dan urgensi yang berbeda. Kendati demikian, penguasaan sains harus diiringi dengan pemahaman yang matang terhadap ilmu agama. Hal ini dikarenakan agama menjadi guide bagi kehidupan manusia.

 

Wallahu a'lam


Kontributor:

Ahmad Mulham Dawami,

Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta