• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Selasa, 7 Mei 2024

Opini

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Peran Agama Islam dalam Membangun Perdamaian

Peran Agama Islam dalam Membangun Perdamaian
Paham yang menghancurkan umat manusia, seperti radikalisme, terorisme, dan intoleransi tentu sudah tidak sesuai dengan ajaran agama Islam itu sendiri. (Foto: NU Online).
Paham yang menghancurkan umat manusia, seperti radikalisme, terorisme, dan intoleransi tentu sudah tidak sesuai dengan ajaran agama Islam itu sendiri. (Foto: NU Online).

Dalam banyak hal, agama selalu menjadi ajaran yang mengisi ruang-ruang kemanusiaan baik yang berhubungan dengan Tuhan (teosentris), kemanusiaan (antroposentris) dan alam (ekosentris). Semuanya membuktikan bahwa agama tak pernahlepas dari kehidupan manusia. Betapapun keadaannya, ajaran agama selalu menjadi jalan yang dianggap paling baik bagi pemeluk-pemeluknya.


Misalnya dalam kegiatan muamalah yaitu hubungan antar manusia dengan manusialainnya juga diatur dalam agama. Salah satu contohnya dalam hukum jual-beli, dalam Islam diatur begitu rinci. Apalagi jika berkaitan dengan umat Islam atau manusia secara keseluruhan. Di mana kehadiran agama Islam sesungguhnya sebagai pembawa Rahmat bagi alam semesta (Islam rahmatan lil ‘alamin).


Berangkat dari situ, secara ontologis Islam adalah agama yang membawa perdamaian kepada manusia. Pun secara bahasa, kata Islam berasal dari kata “salama” yang bermakna keselamatan. Nah, dari makna asal kata Islam itu, maka ajaran Islam yang tidak dilaksanakan dalam rangka membawa keselamatan bagi manusia adalah ajaran yang menyimpang dengan sendirinya. 


Namun sayangnya, pemahaman manusia kontemporer terhadap ajaran Islam tidak dipahami dengan baik, untuk tidak mengatakan banyak penyimpangan. Misalnya banyaknya aksi radikalisme, terorisme dan intoleransi yang mengatasnamakan agama. Yang mana aksi tersebut banyak menimbulkan kerugian bagi umat manusia secara keseluruhan.


Kesalahpahaman pada teks keagamaan yang mengantarkan mereka melakukan hal tersebut. Radikalisme, terorisme, dan intoleransi tentu saja tidak sesuai dengan ajaran agama dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Perlakuan bom bunuh diri, misalnya, menjadi hal yang sangat merugikan banyak orang lain. Akibatnya, banyak korban yang luka-luka hingga tewas. Perlakuan yang mengakibatkan perceraian antar sesama warga negara itu tentu saja tidak dapat kita toleransi lagi. Karena menjaga keutuhan Negara Indonesia adalah tugas kita bersama. Tanpa memandang lagi keberagaman (agama) yang ada di Indonesia.


Paham-paham radikalisme itu didasari oleh kesalahpemahaman mereka dalam memahami teks keagamaan. Pemahaman yang kadang perlu ditafsiri ulang, tapi langsung dipahamai secara tekstual. Sehingga menimbulkan pemahaman yang tidak sesuai dengan inti ajaran agama Islam itu sendiri. Dan secara akal sehat pun, mungkinkah agama memiliki misi membuat kehancuran kepada kehidupan manusia. Tentu semua agama, bukan hanya agama Islam, memiliki misi untuk membuat perdamaian pada kehidupan manusia.


Kendati demikiain, kemudian muncul dalam benak kita, mengapa paham radikalisme, terorisme dan sikap intoleransi mengjangkiti banyak penganut keagamaan (Islam) di Indonesia? Sebenarya tujuan mereka bersikap seperti itu untuk “menegakkan agama Islam”, yang kemudian saya sebut salah dalam pelaksanaannya. Sehingga mengakibatkan percerai-beraian umat beragama dan keluar dari inti ajaran agama Islam itu sendiri.


Menghapus Paham Ekstrem dalam Agama Islam

Kesalahpahaman dalam memahami keagamaan tentu menjadi pemicu utama munculnya radikalisme, terorisme, dan sikap intoleransi dalam kehidupan manusia. Sehingga aksi-aksi seperti bom bunuh diri dan aksi yang melukai banyak orang lainnya, dengan dalih menegakkan agama Islam adalah sesuatu yang baik bagi mereka. Dengan melakukan aksi itu, dalam pemahaman mereka, akan mudah masuk surga misalnya, sebagai contoh yang benyak memengaruhi para pelaku. Nah, bagaimana kemudian menyadarkan mereka tentang inti ajaran agama Islam, yang membawa pada perdamaian umat manusia? Tentu saja ini adalah tugas kita bersama.


Menurut analisis saya, minimnya pengetahuan tentang ajaran Islam menjadi faktor utama paham itu terus berkembang. Bukan berarti mengatakan semua dari mereka adalah orang yang tidak berpengatahuan, tapi secara batiniah ilmu mereka tidak merasuk ke dalam hati nurani mereka. Selain itu, ada kesalahpemahaman pada teks yang misalnya berbunyi memerangi mereka yang tidak mengikuti ajarannya, ditelan secara mentah-mentah. 
 

Padahal ada ketidaksesuain konteks antara realitas pada waktu itu dan realitas saat ini. Makanya, kemudian timbul pemaksaan. Dari situ kemudian muncul perlakuan yang nirkemanusiaan. Makanya, kemudian penting bagi kita memahami asbabun nuzul dalam sebuah ayat. Maka dari itu, ilmu pengetahuan menjadi kunci paling utama untuk menghapus paham-paham radikalisme, terorisme dan intoleransi demi menciptakan perdamaian dalam umat manusia. Dan untuk sampai pada tahap penyadaran secara menyeluruh, tentu berawal dari diri sendiri dan kita bagikan pesan-pesan positif kepada orang lain, baik melalui perkataan maupun tindakan. Bahwa inti dari agama Islam adalah perdamaian dan keselamatan. Paham yang menghancurkan umat manusia, seperti radikalisme, terorisme, dan intoleransi tentu sudah tidak sesuai dengan ajaran agama Islam itu sendiri.


Penggunaan akal dalam memahami teks keagamaan juga menjadi sangat penting, karena banyak sekali umat Islam—utamanya mereka yang berpikir radikal—yang memahami teks dengan cara pandang yang sempit. Sehingga dengan pandangannya yang sempit dan tertutup itu akan menimbulkan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meletakkan akal sebagai basis di dalam memecah sebuah permasalahan.


Memang, tidak mudah untuk melepaskan doktrin yang sudah melekat kuat di dalam diri seseorang yang sudah dibentuk sejak kecil. Tetapi, bagaimanapun kita tidak bisa stagnan di dalam memahami isu-isu keagamaan. Sebab, kehidupan terus berkembang dengan berbagai permasalahannya. Hal itu yang menuntut pemahaman kita pada ajaran Islam yang harus terus dikembangkan, selama tidak menyalahi syariat yang memang sudah paten dari Allah.


Sangat dianjurkan sepanjang penafsiran ulang itu dilakukan dengan niat untuk mendatangkan kemaslahatan dan jika tidak sama sekali melanggar hukum Allah. Makanya tak heran jika As-Syathibi membuat teori dalam penciptaan hukum Islam yaitu yang dikenal sebagai maqashid syariah. Dengan kata lain, tujuan-tujuan syariah di dalam setiap penciptaan hukumnya. Menjaga kedaulatan manusia dan menciptakan kemaslahatan itu sebagai intinya.


Oleh karena itu, agama Islam memiliki misi yang tinggi di dalam menciptakan kemaslahatan, keselamatan dan perdamaian di kehidupan manusia. Hanya bagaimana kita dapat mengimplementasikannya. Tanpa kesadaran yang dibangun dari diri sendiri, mungkin tidak akan menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, kesadaran yang dibangun dari diri disertai ilmu pengetahuan yang mendalam menjadi sangat penting dalam menciptakan kemaslahatan bagi sesama.


Maka agama Islam sesungguhnya adalah agama bumi manusia. Ia tidak selalu berisi tentang ajaran-ajaran ketuhanan yang sulit dijangkau oleh manusia biasa. Akan tetapi, agama Islam merupakan agama yang sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri. Agama yang selalu berorientasi pada kemaslahatan umat manusia.


Artikel di atas merupakan karya dari Fazlur Rahman, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online. 
 


Opini Terbaru