• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 2 Mei 2024

Hadits

Sistem Penulisan dalam Kitab Shahih Bukhari

Sistem Penulisan dalam Kitab Shahih Bukhari
Ilustrasi hadist (Foto: freepik.com).
Ilustrasi hadist (Foto: freepik.com).

Imam Bukhari, seorang tokoh terkenal di kalangan ahli hadis, dan ia merupakan penulis Kitab Shahih Bukhari. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim Mughiroh bin Bardizbah al Ju'fi al Bukhari. Dikenal dengan nama kunyah Abu Abdillah. Kelahirannya pada hari Jumat, 13 Syawal 194 H, di Bukhara yang sekarang dikenal dengan Uzbekistan. Karena lahir di Bukhara, Imam Bukhari dikenal dengan sebutan Bukhari sebagai bentuk penisbahan terhadap tempat kelahirannya. Dan wafat pada kecerdasan Imam Bukhari telah diakui oleh para ulama dari setiap generasi, dan karya-karyanya diterima oleh sebagian besar ulama sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur'an. Sebagai seorang cendekiawan hadits yang diharapkan memiliki kemampuan ingatan hafalan yang luar biasa, Imam al-Bukhari dijuluki sebagai tokoh utama dalam menghafal hadits. [M. Kamalul Fikri, Imam Bukhari (Yogyakarta: Laksana, 2022).]


Imam Bukhari mendapatkan pendidikan langsung dari ayahnya sendiri, yang juga berperan sebagai gurunya. Ayah Imam Bukhari bernama Ismail bin Ibrahim merupakan seorang ulama hadis yang dapat dipercaya, sebelumnya belajar dari beberapa ulama yang populer, seperti Imam Malik bin Anas, Imam Hammad ibn Zaid, Imam ibn Mubarok, dan lainnya. Kehebatan Imam al-Bukhari tentu tidak muncul secara tiba-tiba. 


Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan keagamaan dan positif, dan beliau juga merupakan anak dari seorang ulama. Meskipun ayahnya meninggal saat ia masih kecil, perhatian terhadap pendidikannya tidak pernah diabaikan. Ibnu Hajar al-Asqalani bahkan mengatakan bahwa jika pujian para ulama terhadap Imam al-Bukhari yang hidup pada masa setelahnya dijadikan dalam bab khusus, maka semua kertas akan terpakai dan begitu juga nafas akan habis, karena ia bagaikan lautan yang tak terbatas. [Ishamatul Maula, Rahasia Kejeniusan Para Ulama Salaf, ed. Yanuar Arifin, 2022.]


“Al-jami’al-Mustad as-Shahih al-Mukhtasar min Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyamih” merupakan judul lengkap Kitab shahih Bukhari, penulisan Kitab ini dimulai atas wasiat dari gurunya, Syaikh Ishaq menyarankan beliau untuk menyusun sebuah Kitab yang kitab tersebut berbeda dengan kitab lainnya, yakni dengan membukukan hadis-hadis yang dianggap shahih saja. Kitab tersebut dikerjakan selama enam belas tahun. [Karimin, “Metodologi Penulisan Dan Kualitas Kitab Hadits,” 2020, 34.] Dimulai ketika Imam Bukhari berada di Masjidil Haram, Madina. 


Salah satu keistimewaan dalam proses penulisan Kitabnya adalah beliau tidak mencantumkan hadis tanpa melakukan shalat istikharah sebelumnya. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Al-Firbari, murid Imam Bukhari, yang mendengar Imam Bukhari menyatakan, "Saya menyusun kitab Al-Jami Al-Mustad Al-Shahih ini di Masjidil Haram. Saya tidak memasukkan satu pun hadis ke dalam kitab ini tanpa melaksanakan shalat istikharah dua rakaat. Setelah itu, saya baru sepenuhnya yakin bahwa hadis tersebut adalah hadis yang shahih."


Imam Bukhari memiliki kriteria keabsahan hadis yang berbeda dari umumnya. Pada umumnya, sebuah hadis dianggap shahih jika sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, adil dan bebas dari cacat serta syadz.[ Ahmad Husin, “Kriteria Hadis Yang Bisa Dijadikan Hujjah Menurut Imam Bukhari Dan Imam Muslim,” Al-Fath 9, no. 2 (n.d.): 229.] Akan tetapi, Imam Bukhari menetapkan standar yang lebih ketat. Beliau berpendapat bahwa sebuah hadis bisa dianggap shahih jika ketersambungan sanadnya ditandai dengan pertemuan langsung antara guru dan murid. 


Dalam sistem penulisan Kitab secara umum ada 4 jenis, yaitu:


1. Sistematika Kitab Shahih dan Sunan, yaitu Kitab dan disusun dengan cara membaginya menjadi banyak kitab, setiap kitab dibagi menjadi beberapa bab.
2. Sistem Musnad, merupakan Kitab hadis yang disusun berdasarkan nama perawi pertama yang menerimanya dari Nabi.
3. Kitab hadis yang disusun berdasarkan lima bagian teretentu yang mencakup perintah, larangan, ibadah, serta af’al (perbuatan) secara umum.
4. Kitab yang disusun menurut sistematika kamus.


Kitab Shahih Bukhari menggunakan sistem penulisan pertama, yakni dengan cara mengelompokkan menjadi beberapa bab. Menurut mayoritas Muhaditsin (ulama ahli hadis), kitab ini dianggap sebagai Kitab hadis yang paling shahih setelah Al-Quran. [ Nurcahaya Nurcahaya, “Kitab Shahih Bukhari,” Al-Fikru: Jurnal Ilmiah 14, no. 2 (2021): 96, https://doi.org/10.51672/alfikru.v14i2.34.] Dalam kerangka sistematikanya, Kitab Shahih Bukhari terdiri dari 97 Kitab dan mencakup 3521 bab. Dimulai dengan Kitab Bad’ul Wahyi yang terdiri dari 6 bab, buku ini diakhiri dengan Kitab Tauhid yang terdiri dari 48 bab. [Masrukhin Muhsin, “Metode Bukhari Dalam Al- Jami’ Al -Shahih:,” Jurnal Holistic Al-Hadisholistic 02, no. 02 (2016): 285.]


Penulis: Qonitah Hadi


Hadits Terbaru