• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Selasa, 2 Juli 2024

Hadits

Tinjauan Hadist: Agama Cinta untuk Pemberdayaan Manusia

Tinjauan Hadist: Agama Cinta untuk Pemberdayaan Manusia
(Foto: Freepik).
(Foto: Freepik).

Hadist dalam agama Islam tidak hanya menjadi pedoman dalam hukum Islam, tetapi juga prinsip-prinsip yang mendorong pemberdayaan manusia melalui cinta dan kasih sayang. Konsep cinta dalam Islam tidak terbatas pada hubungan antarmanusia semata, tetapi juga mencakup hubungan antara manusia dengan Tuhan, alam semesta, dan diri sendiri. Oleh karena itu, ketika kita membahas tentang "Agama Cinta untuk Pemberdayaan Manusia" dari perspektif hadist, kita dapat menemukan banyak aspek yang mendalam dan relevan dalam kehidupan kontemporer.


Pertama-tama, hadist-hadist tentang cinta menekankan pentingnya memperlakukan sesama manusia dengan penuh kasih sayang dan pengertian. Sebagai contoh, hadist yang datangnya langsung dari Rasulullah "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim). 


Hadist ini menunjukkan bahwa cinta dalam Islam tidak hanya sebagai perasaan, tetapi juga sebagai landasan moral untuk bersikap adil, menghormati, dan peduli terhadap sesama. Selain itu, hadist-hadist tentang pemberdayaan manusia melalui cinta juga menggarisbawahi pentingnya memberdayakan orang lain secara ekonomi, sosial, dan intelektual. Misalnya, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, yang dirwayatkan oleh Jabir


خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ 

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." 

Pesan ini menunjukkan bahwa cinta dalam Islam bukanlah sekadar kata-kata, melainkan harus tercermin dalam tindakan nyata yang membantu meningkatkan kualitas hidup sesama.


Konsep pemberdayaan dalam Islam juga mencakup aspek pendidikan dan pengetahuan, Rasulullah juga pernah bersabda;


اطلبوا العلم ولو بالصين


Artinya : “Tuntutlah ilmu, walau ke negeri China” (Diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, No. 1612)
 

Hadist ini menegaskan pentingnya memperoleh pengetahuan sebagai sarana untuk mengembangkan diri dan memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat. Dengan cinta terhadap ilmu pengetahuan, seseorang dapat mengubah realitas sosial dan ekonomi dalam masyarakatnya.


Namun, untuk menerapkan konsep "Agama Cinta untuk Pemberdayaan Manusia" secara efektif, penting untuk memahami bahwa cinta dalam Islam tidak terbatas pada cinta antarmanusia saja, tetapi juga mencakup cinta kepada Allah SWT dan cinta terhadap alam semesta yang diciptakan-Nya. Terdapat pula ayat yang menekankan keindahan alam dan pentingnya menjaga lingkungan seperti pada Surat An Naml ayat 60;


أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ


"Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang menciptakan langit dan bumi serta yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami menumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah (yang) kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)."


menunjukkan bagaimana Islam mendorong kita untuk menjaga bumi sebagai bentuk cinta kepada penciptaannya.


Dalam konteks modern, konsep pemberdayaan manusia melalui cinta dalam Islam memiliki relevansi yang besar dalam menanggapi tantangan-tantangan sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan perpecahan sosial. Dengan mempraktikkan nilai-nilai cinta, solidaritas, dan keadilan yang diperintahkan oleh Islam, umat Muslim dapat menjadi agen perubahan positif yang memberdayakan masyarakatnya.


Dalam jurnal Pemberdayaan Masyarakat karya Munawar Noor, dijelaskan bahwa adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory, Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek : Pertama, enabling yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. 


Kedua, empowering yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya. 


Ketiga, protecting yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, langsung, demokratis dan pembelajaran social. 


Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala keterbatasannya belum mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, sehingga pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosial yang ada.


Di akhir tulisan ini, penting untuk diingat bahwa konsep "Agama Cinta untuk Pemberdayaan Manusia" dalam Islam tidak hanya relevan bagi umat Muslim, tetapi juga memiliki makna universal yang dapat diadopsi oleh siapa pun yang menghargai nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan perjuangan untuk kebaikan bersama. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, kita dapat berkontribusi secara nyata dalam membangun masyarakat yang lebih berdaya dan penuh kasih di seluruh dunia.


Penulis: Bobi Setiawan, Mahasiswa Ilmu Hadist, Univeristas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Editor: Haekal Attar


Hadits Terbaru