• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Sabtu, 27 April 2024

Jakarta Raya

BMKG Prediksi Badai Besar, LPBINU DKI Sepakat untuk WFH

BMKG Prediksi Badai Besar, LPBINU DKI Sepakat untuk WFH
Ilustrasi badai besar (Foto: Dok. NU Online)
Ilustrasi badai besar (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online Jakarta
Seiring dengan instruksi Penjabat (Pj) Gubernur Heru Budi Hartono untuk melakukan Work From Home (WFH) bagi Pekerja dan Buruh perkantoran menyusul adanya potensi badai dahsyat yang diprediksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), pada Rabu (28/12/2022) esok di DKI Jakarta. 


Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) DKI Jakarta Laode Kamaluddin mendukung kebijakan yang diinstruksikan oleh Pj Gubernur untuk melakukan WFH bagi para pekerja. Menurut Laode hal tersebut harus menjadi kesadaran bersama dan prioritas bersama untuk menjaga kesiap siagaan ketika terjadinya sebuah bencana akibat cuaca ekstrem.


"Hari ini kita bisa melihat bahwa, dari tanggal 20 sampai saat ini. Cuaca di DKI Jakarta ini tidak menentu, seperti yang terjadi di Jakarta Utara yaitu hujan yang besar disertai dengan banjir rob (suatu banjir akibat tingginya air laut)," kata Laode saat diwawancarai NU Online Jakarta, pada Selasa malam (27/12/2022).


Bagi Laode, kewaspadaan terhadap bencana harus menjadi sebuah pelajaran khususnya bagi warga DKI Jakarta. Laode menganggap kesiapsiagaan Warga DKI Jakarta masih cukup kurang dalam menghadapi sebuah bencana.


"Saya sepakat pada hari ini ketika Pj Gubernur mengeluarkan WFH di Jakarta, bila perlu masyarakat Jakarta tidak perlu keluar-keluar daerah seperti daerah pegunungan dan pantai," sambungnya.


Laode mencontohkan ada beberapa wisatawan yang sedang berlibur ke pantai yang terjebak selama tiga hari akibat cuaca ekstrem.


"Hal ini adalah dampak yang tidak stabil di kepulauan Jawa Indonesia," terangnya.


Ketua LPBINU itu juga mengimbau agar warga DKI Jakarta tetap di rumah akibat cuaca dan keadaan alam yang sedang tidak menentu bahkan cenderung ekstrem.


"Tidak perlu liburan ke Puncak, karena yang kita takutkan adalah terjadinya bencana. Contoh, seperti ombak besar di Pulau Seribu, kita tidak akan pernah tahu itu ombak kapan datangnya dan juga di pegunungan, apakah bisa menggaransi ketika ada hujan kemudian longsor. Lalu, siapa yang akan bertanggung jawab?," ungkapnya.


"Nanti pada akhirnya warga Jakarta sendiri yang menjadi korban di objek-objek wisata," sambungnya.


Lebih lanjut, Laode mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem memang perlu diwaspadai. Karena ditakutkan agenda liburan yang harusnya menjadi sebuah kesenangan, berbalik menjadi sebuah musibah.


"Ini yang harus menjadi kesiapsiagaan kita dalam menghadapi cuaca ekstrem pada hari ini," tutupnya.


Pewarta: Haekal Attar
Editor: Khoirul Rizqy At-Tamami


Jakarta Raya Terbaru