• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 4 Juli 2024

Jakarta Raya

Idul Adha 1445 H, Ketua PWNU Jakarta Ingatkan Pentingnya Kepedulian Sosial

Idul Adha 1445 H, Ketua PWNU Jakarta Ingatkan Pentingnya Kepedulian Sosial
Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Maarif. (Foto: dok. NU Online Jakarta)
Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Maarif. (Foto: dok. NU Online Jakarta)

Jakarta, NU Online Jakarta
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif mengingatkan pentingnya memahami makna ibadah kurban dan kepedulian sosial bagi umat Islam. Pernyataan itu disampaikan pada khutbah idul adha 1445 H di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari Jakarta, Senin (17/6/2024). 

 

"Diceritakan bahwa sejarah Islam mencatat kualitas kurban yang dimulai sejak zaman nenek moyang. Dua peristiwa kurban yang dikisahkan dalam sejarah ini tetap menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan kita hingga saat ini," jelasnya. 

 

Dikisahkan dua peristiwa kurban sampai saat ini menjadi kualitas yang berharga. Peristiwa pertama dalam kisah nabi yaitu, anaknya Nabi Adam. Para ahli tafsir mengambil intisari, bahwa kedua saudara dari putra Adam adalah solusi dari polemik perang dingin  yang terjadi antara keduanya. 

 

Kiai Samsul melanjutkan, Allah memerintahkan Nabi Adam untuk mengawinkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Qabil dinikahkan dengan Labuda dan Habil dinikahkan dengan Iqlima. Akan tetapi, karena paras yang Labuda yang tidak secantik Iqlima, Qabil merasa dengki karena Habil dapat menikahi saudari kembarnya. Ia bahkan mendapat bisikan dari iblis untuk membunuh Habil. 

 

"Dikarenakan tidak mau mengalah dan penuh rasa iri hati, Nabi Adam yang tidak ingin melanggar anjuran dari Allah pun memerintahkan kedua putranya untuk berkurban agar dapat mengambil pilihan terbaik," tuturnya. 

 

Nasehat Nabi Adam


Kiai Samsul mengutip ucapan Nabi Adam tertera dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 halaman 44 yang diterangkan, "Wahai anakku, Qabil dan Habil, hendaknya kalian masing-masing menyerahkan kurban. Maka siapa diantara kalian yang diterima oleh Allah dialah yang berhak menikahi Iqlimah," tulis salah satu ayat Kitab Tafsir tersebut. 

 

"Pada dasarnya kurban yang diterima oleh Allah kurban atas dasar keikhlasan ketakwaan kepada Allah  yaitu kurbannya Habil. Konon domba itu domba yang besar, sehat dan bagus," terangnya. 

 

Habil pun ikhlas, tulus untuk menyerahkan Kurban tersebut. Namun, sementara kurban nya Qabil ditolak karena atas dasar  kedengkian. Ia bahkan mendapat bisikan dari iblis untuk membunuh Habil. 

 

Kisah kerendahan Hati Habil

Kiai Samsul menyatakan, saat itulah, awal pertama kali leristiwa sejarah umat manusia. Sebuah pembunuhan yang dilatar belakangi keserakahan dan iri hati sesama manusia. Mengapa di Al-Qur'an Habil sebagai yang lemah, ia tidak mau membela diri ketika dibunuh oleh saudaranya dan mengapa Habil bisa terjadi menjadi korban.

 

Kemudian, sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa Habil tidak membela diri. Karena ia sengaja memilih kematian di tangan saudaranya. Ia ingin memberikan pelajaran kepada umat manusia bahwa pelaku kezaliman tidak pernah menang, bahwa hasad akar perseteruan untuk umat manusia. 

 

Kecintaan kepada Allah

Kiai Samsul berpandangan dengan menangkap ibrah peristiwa sangat besar muslim sejati adalah memiliki kecintaan dan kepatuhan kepada Allah, melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apapun. 

 

"Salah satu perjuangan Nabi Ibrahim dan Ismail. Hendaknya juga sebagai wahana introspeksi ketaatan kita dalam membentuk cinta kesyariatan Islam," paparnya. 

 

Selanjutnya, kualitas kurban dapat membentuk karakter kepribadian sebagai manusia yang peka dan peduli terhadap sekitar. Sebagai manusia gemar berkurban mengulurkan tangan yang lemah dan membutuhkan. Di tengah himpitan kritis yang besar. Bisa dipastikan dalam.syariat Islam mengandung dua dimensi sekaligus. 

 

"Pertama, dimensi ilahiyah (ketuhanan),  kedua, dimensi insaniyah (kemanusiaan)," katanya. 

 

Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk peduli terhadap sesama juga dianjurkan memberikan rasa simpati kepada sesamanya. 

 

"Mungkin di saat idul fitri Kemarin, Islam mengajarkan kita untuk empati merasakan menahan untuk tidak makan dan minum. Mungkin, idul adha ini, Islam mengajarkan kita untuk berbagi terhadap sesama. Mengulurkan tangan kita untuk memberi dan menebarkan kasih sayang," pungkasnya. 

 

Penulis: Nyimas Zulfa Lisamia
Editor: Khoirul Rizqy At-Tamami


Jakarta Raya Terbaru