• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Kamis, 4 Juli 2024

Tafsir

Ibadah Kurban, Bentuk Taat dan Syukur atas Nikmat Tuhan

Ibadah Kurban, Bentuk Taat dan Syukur atas Nikmat Tuhan
Ilustrasi Kurban (Foto: NU Online)
Ilustrasi Kurban (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online Jakarta

 

Memasuki bulan Dzulhijjah, umat Islam bersiap menyambut hari raya Idul Adha atau yang familiar juga disebut lebaran haji oleh sebagian masyarakat. Bulan ini adalah bulan yang istimewa. Sebab, terdapat perintah ibadah yang hanya ada pada bulan tersebut yaitu ibadah kurban.

 

Ustadz Zainuddin Lubis dalam artikel NU Online berjudul “Tafsir Surat Al-Kautsar Ayat 2: Perintah Tunaikan Shalat dan Berkurban” menjelaskan bahwa ibadah mulia yang Allah perintahkan ini memiliki makna tersirat yaitu sebagai bentuk rasa taat dan syukurnya seorang hamba atas nikmat Tuhan. Tidak heran, pada pelaksanaannya banyak umat Islam yang berlomba-lomba untuk berkurban dengan menyembelih hewan seperti kambing, sapi, bahkan unta.

 

Perintah Berkurban

 

Berkenaan dengan tafsir surah Al-Kautsar ayat 2, ia mengutip pendapat dari Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah bahwa ayat ini memuat perintah kepada Nabi Muhammad dari Allah ta’ala untuk melaksanakan shalat dan berkurban. Tidak lain tidak bukan adalah sebagai bentuk rasa syukur seorang hamba kepada Sang Pencipta.

 

“Kata (انْحَرْۗ) "inhar" pada ayat tersebut berasal dari kata (نحر) "nahrun" yang secara bahasa berarti dada, tempat di mana kalung diletakkan. Apabila seseorang mengatakan (نحرته) "nahartuhu", hal ini berarti dia menyentuh dadanya dalam konteks menyembelih. Kata (انتحار) "intihar" berarti bunuh diri,” demikian penjelasan Prof Quraish yang dikutip Ustadz Zainuddin Lubis. 

 

Umumnya, kata "an-nahr" digunakan dalam konteks penyembelihan hewan sebagai bagian dari syiar agama. Oleh karena itu, Hari Raya Idul Adha juga kerap disebut dengan juga 'Idun-Nahr karena pada waktu tersebut terdapat anjuran untuk menyembelih hewan kurban. 

 

Pendapat lain juga dikutip yaitu dari Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir Marah Labid. Menurutnya, surat al-Kautsar ayat 2 ini menjelaskan pentingnya ketulusan dan keikhlasan dalam pelaksanaan shalat. 

 

Hal ini menjadi bagian dari rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan. Namun tidak hanya sekadar syukur, ia juga menjadi wadah untuk memuji, mengagungkan, dan memohon kepada Allah. Sebab, shalat adalah ibadah yang paling sempurna dan mencakup semua jenis rasa syukur.

 

“Kurban yang dilakukan oleh umat Islam semata-mata adalah penyerahan seutuhnya kepada Allah. Begitu pula hewan yang dikurbankan tetap mengatasnamakan Allah, sebagaimana setiap ibadah yang dilakukan hanya ditunjukkan kepada Allah semata,” terang Ustadz Zainuddin Lubis dalam tulisannya.

 

Aspek Sosial Ibadah Haji

 

Perintah berkurban bukan sekadar memotong hewan semata. Bila ibadah ini dilihat dari sisi lain merupakan bentuk solidaritas sosial. Sebab umumnya daging kurban yang melimpah ketika Idul Adha akan didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan. Dari sini terlihat jelas bahwa tidak hanya aspek ketauhidan saja yang ada dalam proses berkurban, tapi juga erat kaitannya dengan membangun rasa kebersamaan dan saling peduli antar sesama.

 

Pada akhirnya melalui ibadah kurban Allah juga memerintahkan pentingnya kepedulian antar sesama. Tidak hanya khusyu’ beribadah kepada Tuhan, akan tetapi hubungan antar sesama manusia pun harus tetap dijaga, dirawat, dan saling mengasihi satu sama lain. 

 

Dalam salah satu hadis shahih yang diriwayatkan Imam Turmudzi dalam Sunan Turmudzi, Juz 3, hal. 388. Nabi bersabda:

 

 الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ، الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللهُ 

 

Artinya: “Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barangsiapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya (HR. Tirmidzi).”

 

Wallahu’alam.


Tafsir Terbaru